..Dengan wajah berlinang air mata, seorang anak yang diam-diam duduk di ranjang rumah sakit mengangkat kepalanya ketika pintu terbuka untuk ketiga kalinya sejak dia bangun.
Seorang pria bertubuh besar dengan wajah yang tampak familier muncul dari pintu. Wajahnya serius dengan tubuh tegapnya, dia tampak seperti orang jahat dari film aksi.
Saat dia berjalan ke arahnya, ketakutan muncul dari diri anak itu. Dia tidak tahu kenapa tapi ketakutan itu membuatnya gemetar ketakutan seperti anak anjing karena takut dipukuli.
Melihat reaksi anak itu, wajah pria itu melembut.
"Hei sayang, ini ayah jangan takut." katanya sebagai upaya untuk menenangkannya.
Dia duduk di ujung tempat tidur dengan tangan terulur ke arah gadis kecil yang gemetar ketakutan.
Setelah beberapa saat dia akhirnya menyadari sepertinya si kecil tidak ada rencana untuk membalas apa pun darinya.
"Sepertinya apa yang mereka katakan itu benar. Kamu benar-benar lupa segalanya." katanya sambil tersenyum sedih.
Anak itu tetap diam menyibukkan diri menenangkan hatinya yang sedang labil. Dia merasa tidak aman dan gelisah. Otaknya menyuruhnya untuk melarikan diri dan bersembunyi dari semua orang tapi dia tahu anggota tubuh kecilnya tidak bisa, gemetarnya itu benar.
"Aku tidak tahu apakah aku harus sedih atau bahagia saat ini, Nak. Sedih karena ibumu sudah meninggalkan kita atau bahagia setidaknya dia meninggalkanmu di sini bersamaku." ucapnya menatap langsung ke arah mata gadis itu yang berkilauan.
"Tapi aku berjanji untuk menjagamu dan aku akan memberikan semua yang kamu inginkan dan butuhkan." kali ini dia berhasil lebih dekat dengannya.
Tidak peduli bagaimana gadis itu bergidik ketakutan karena sentuhannya, dia memeluknya tanpa diminta.
"Kamu sangat cantik seperti ibumu. Aku tahu kamu akan tumbuh seperti dia.... Kamu akan menjadi dia." Setelah dia membisikkan kalimat terakhir, dia mencium pelipisnya dan tersenyum menakutkan sambil mempererat pelukannya.
-JENNIE-
Setelah membaca catatanya, aku meraih ponselku untuk menghubungi nomor si bodoh itu. Butuh dua kali dering sebelum akhirnya dia menjawab.
"Hai Nini!!!... Selamat ulang tahun! Sudahkah kamu menerimanya???... Apa kamu menyukainya? Aku harap kamu menyukainya." dia menyambutku dengan gembira.
"Tenang Rosie aku menyukainya, kamu dimana sekarang?" tanyaku sambil memandangi lukisannya dengan kagum. Sapuan kuasnya sangat bagus, perhatian terhadap detailnya sangat akurat. Aku tidak ingat kapan ini terjadi, tapi aku tahu saat itu senyuman yang terukir di lukisannya adalah senyuman tulusku.
"Aku berada dirumahku, apa kamu sudah membaca suratku?" Aku bisa mendengar napasnya yang tenang setelah menjawab.
"Tunggu sebentar.." Aku meminta dan menatap mamaku.
"Bolehkah aku keluar sebentar, ma?" dia menatap mommy sejenak seolah bertanya apakah dia boleh mengizinkanku dan menatapku lagi.
"Tentu saja aku akan membiarkanmu, Nak, tapi pengawal dan sopir harus harus ikut dan itu tidak bisa diperdebatkan." ucapnya sambil tersenyum, aku hanya mengangguk padanya sebagai jawaban.
Tidak apa mereka akan berada di sana tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat persembunyian Rosie, aku menghormati privasinya.
"Aku akan ke sana, Rosie, tunggu aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
Misteri / ThrillerMisteri, Romance. "Tunggu, apa kamu bisa melihatku?" "Ya! Haruskah aku tidak?!.. Aku punya mata bodoh!.." (Masih tahap Revisi)