15

1.4K 167 28
                                    

"Angkat dong Lin pliss.."

Tuutt.. Tuutt..

Kaki Erine tak bisa diam disana, duduk diatas sopa ruang tengah dalam rumahnya menunggu panggilan agar diangkat sedari tadi

"Ckk.. kamu kemana sih Lin? Chat gk dibales, telpon gk diangkat. Segitunya ngehindarin aku?" Ia melempar Handphone-nya asal, untungnya masih ke-atas sopa

Terhitung sudah 3 hari semenjak pertandingan basket waktu itu Erine tidak dapat kabar lagi dari Oline, bertanya pada yang lain pun tak mendapat jawaban yang puas

"Gimana Rin, Oline ada ngejawab?" Mamah Erine datang dengan segelas teh angat manis untuk anak kesayangannya itu, cuaca diluar sana terasa dingin

Erine merengek seperti anak kecil "huhuuu gk ada maahhh.. Erine bingung harus gimana lagiii" badannya ia ubah menjadi tiduran diatas sopa

"Kalian tuh ada masalah apa? Jangan marahan lama-lama ah, gabaik" MamRin

Erine terdiam beberapa detik, kembali mendudukan badannya dan meminum teh buatan mamah-nya tadi. Setelah dirasa cukup untuk berpikir ia kembali mengeluarkan suaranya

"Mah, Erine mau cerita" Erine

MamRin yang sedang membaca list pesanan toko bunganya itu langsung memberi perhatian penuh pada anaknya

"Ayo, mamah dengerin" MamRin

Erine menarik napas panjang terlebih dahulu, bersiap karna kedepannya ia akan menjelaskan perihal antara dia dan Oline

"Jadi gini mah.."
































"Kok ada orang yang berpikiran bodoh kaya gitu? Mama aja waktu dulu berteman gk ada yang komen gk jelas" Erine menghela napas panjangnya lalu menyenderkan kepalanya itu ke pundak sang Mamah

"Yaitu lah ma, karna cinta dia gk dibales sama Devan. Oline jadi sasarannya" Erine

"Terlalu cinta bisa bikin pikiran bodoh dan terlalu memaksakan hal yang udah jelas gk bisa dia dapatkan" MamRin

Melihat anaknya yang selalu murung selama seminggu lebih tidak mungkin membuatnya tidak khawatir, dan sudah jelas sekarang penyebabnya apa. MamRin mengelus lembut rambut anak satu-satunya itu untuk menenangkan

"Aku gk mau kalau Oline sampai gk nganggep aku lagi mah, aku sayang banget sama dia" Erine mengusap air mata yang tak bisa ia tahan jika sudah menyangkut pautkan tentang Oline

"Iyaa.. mama ngerti, mama yakin kok Oline juga butuh kamu disana. Cuman dia ngerasa gak enak karna kamu jadi kebawa-bawa sama masalah itu, jadi dia butuh waktu untuk meredakannya" MamRin

"Mau sampai kapan ma? Erine gk bisa lama-lama kaya gini" Erine

"Sabar sayang, kalau kamu bener-bener mau bertindak.. ajak Oline bicara baik-baik. Jangan pake emosi ya, takut memperkeruh keadaan nantinya" Erine mengeratkan pelukannya pada seorang wanita yang sangat ia sayangi ini

Terlahir dari keluarga yang benar-benar memberi kasih sayang tanpa ada kata 'gengsi' dari pihak Mamah atau Ayahnya, Erine sangat bersyukur karna hal itu. Apalagi disaat seperti ini sangat bisa memberi solusi dan selalu hadir tanpa Erine minta sekalipun

Jika dipikir-pikir diumurnya yang sudah dibilang dewasa ini sangat jarang melihat temannya yang terang-terangan memberi pelukan atau ciuman tanda sayang pada kedua orang tuanya, berbeda dengan Erine yang tidak ada kata malu sedikitpun

"Makasih ya mah, Erine bakal hati-hati nanti" Erine kembali mengeratkan pelukannya dan mengecup pipi kanan mamah-nya

*Suara dering telpon

Why Should You? (ORINE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang