Happy reading!!!
.
.
.
.
.•••
"Keperluannya udah semua kak?" Oline
"Emm.. kayanya udah deh Lin, kita langsung pulang aja kali ya ke kostan kaka?"
Oline mengangguk kala Ashel seolah bertanya tapi meminta, hari juga sudah mulai petang. Setelah membayar seluruh belanjaannya Oline menancapkan gas menuju kostan Ashel. Tidak terlewatkan juga perbincangan yang sangat asik diatas motor sepanjang jalan menuju tujuan.
Sesampainya ditempat Oline ikut membantu Ashel menyusun belanjaan yang beragam disana, biasa rutinan bulanan.
Merasa ada sepasang tangan yang melingkar diperutnya, Oline menoleh mendapati Ashel yang manaruh wajahnya diatas pundak Oline "Sebelum kamu pulang kaka masakin dulu ya" ucapnya dengan suara pelan.
Oline tersenyum mendapatinya, lalu mengangguk sebagai jawaban. Mendapat cubitan gemas dari Ashel tepat dipipinya.
2 bulan berlalu dan kedekatan mereka ternyata semakin erat, bahkan Oline sudah menduduki kelas 3 saat ini. Erine? Entah lah, Oline sudah lama tak berinteraksi lebih dengan anak itu. Ia malas, tiap bertemu juga pasti hanya ada perdebatan diantara mereka. Entah itu Erine yang memperingati Oline agar menjauhi Ashel, atau Erine yang menyuruhnya agar sadar apa yang sudah ia perbuat, Oline malas mendengar hal yang sama terus terulang.
Singkatnya sudah selesai melahap makanan yang ashel siapkan kini keduanya sedang menonton televisi yang menyiarkan film layar kaca luar negri. Dengan posisi duduk diatas sofa minimalis yang cukup untuk dua orang.
"Kaka perhatiin kayanya kamu udah lama ya gak main sama Erine?"
Pertanyaannya terlalu tiba-tiba, hingga Oline melepas genggaman tangan mereka yang sedari tadi tertaut. Oline menegakan badannya dari yang sebelumnya ia senderkan dipunggung sofa, lalu berdeham sebelum menjawab pertanyaan Ashel tadi.
"Engga kak" ucapnya, hanya itu saja.
"Loh kenapa? Yang awalnya lengket banget kaya lem gabisa dipisah ko malah jauhan gitu?" Ashel
Oline menarik napasnya terlebih dahulu, menggigit bibir bagian dalamnya lalu mulai melanjutkan ucapannya.
"Gapapa kak, lagi ga ketemu aja" Oline
Ashel ikut menegakan badannya, lalu memicingkan mata tepat didepan wajah Oline "itu doang? Masa sih? Ga percaya deh aku"
"Beneran kak, aku ga bohong" Oline
"Oline.. kaka ga ngajarin kamu buat berbohong ya, jawab jujur deh. Sayang kan sama kaka? Kalau masih tetap bohong juga kaka kecewa sih" Ashel
Oline mengusap tengkuknya, ingin menjawab jujur tapi ada rasa takut juga kalau kedepannya akan jadi masalah baru. Mau bagaimanapun Erine masih ia anggap sebagai sahabat walau beberapa bulan kebelakang mereka tidak ada interaksi, ada sih tapi sedikit.
"Aku kasih tau, tapi kaka cukup tau aja ya. Gausah bilang lagi ke Erinenya, simpen aja sama kaka rapat-rapat" Oline
Ashel mengangguk dengan jari tangannya yang kembali menautkan jari-jemarinya ke Oline.
Mulailah Oline yang menjelaskan semuanya dengan lengkap, ia percaya begitu saja kalau ucapannya tadi akan dilakukan oleh Ashel. Tanpa memikirkan konsekuensi kedepannya.
"Ya ampun Lin.. kaka minta maaf ya, karna kamu deket sama kaka pertemanan kalian jadi kaya gitu, kaka jadi merasa bersalah" Ashel
"Syuuttt.. kaka ga salah, emang udah jalannya gini kak. Mungkin masanya udah habis? Kalaupun masih ada ga mungkin kita saling diam kaya gini" Oline
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should You? (ORINE)
RandomOline, gadis yg tidak sengaja Erine tabrak tempo hari itu ternyata sosok yg membutuhkan sandaran untuk mencurahkan segala hal yg ia pendam selama ini. Seiring berjalannya waktu mereka selalu bertemu tanpa sengaja dan menjadi dekat. Erine semakin pen...