20

2K 163 37
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi, tapi hal itu tidak membuat Devan melangkahkan kakinya menuju rumah. Disini ia menapak sekarang, lapangan indoor sekolah yang tak diisi kegiatan oleh murid lain selain dirinya, sendiri

Mungkin saking larut dalam dunianya sendiri Devan tak menyadari sedari awal kakinya melangkah ada sesosok wanita yang mengikutinya dari belakang. Kalian tau siapa? Yup benar!
Oline

Dengan perasaan campur aduk alias sulit jika dijelaskan, Oline masih duduk di tribun bagian atas memperhatikan Devan yang masih terus bermain sendirian dibawah sana

Jika dipikir-pikir Oline jadi dejavu. Waktu itu dia juga pernah seperti ini, tapi posisinya Erine yang memperhatikan gerak-geriknya. Ternyata seperti ini rasanya, sangat terlihat Devan bermain dengan tersempil emosi disana

Tangannya terus bergerak tak tenang sambil menunggu balasan dari Erine melalui gadgetnya, tak lama kemudian Erine menjawab

Catherina
BISAAAAA
PERCAYA SAMA AKU!
Kalau kamu berani berarti kamu keren
Ayo! Tunggu apalagi? Kamu emang betah mau gitu aja?
Ngomongnya pelan-pelan ajaaaa
Kalau Devannya nolak, kamu ajak baik-baik
Inget ya, jangan sampai ada yang emosi!
Kalau semisalnya dia gitu, pihak dari kamunya jangan
Nanti takutnya memperkeruh
Aku do'ain dari sini yaaa
Cumunguutt oyiinn o(^o^)o hehe:v
<___o___>

Oline menyibakkan rambutnya kebelakang, grogi. Dia bener-bener takut tidak sesuai harapannya

Dengan keyakinan yang penuh Oline bangun dari duduknya dan berjalan menuju bawah, tepatnya ke arah lapangan. Meneguk saliva serta membasahi bibirnya guna menyingkirkan rasa gugup

Saat sudah ditengah lapang tepatnya hanya beberapa jarak dari tempat Devan, Oline baru saja ingin memanggil. Tapi Devan terlebih dahulu membalikan badannya karna bola yang ia pakai main terpantul ke lawan arah

Alangkah terkejutnya keduanya saat saling berhadapan dari jarak kejauhan, dengan netra Devan yang membulat saat menyadari ternyata ada orang selain dia disini

Oline mengalihkan pandangannya ke titik lain, belum siap menghadapi lelaki yang ada didepannya

Devan menghiraukan Oline, ia berjalan untuk mengambil bola basket dan kembali lagi ke tempat ia bermain. Sungguh Oline tidak percaya bahwa Devan akan melakukan hal itu padanya. Ia mengerti, bahkan sangat setuju jika diperlakukan seperti itu. Tapi mau bagaimanapun juga ia ingin memperbaikinya agar semua berjalan membaik

Maka dari itu Oline sudah siap

"Van" panggil Oline

Terlihat bahwa Devan sempat berhenti dari pergerakannya, tapi ia lanjutkan lagi

"Devan, boleh minta waktunya?" Oline

Asal kalian tau, jika dari depan Devan sangat terlihat menahan dirinya agar tak berbalik. Oline sudah bergerak, maka ia harus bertindak

"Van pliss.. sebentar aja"

Oline sempat memberi jeda disana, ingin melihat apakah Devan mau me-notice dirinya? Tapi ternyata tidak, ia masih sibuk dengan dunianya, maka dari itu Oline melangkah maju agar lebih dekat dengan anak itu

Bola ia lempar dan masuk kedalam ring. Devan menjatuhkan tangannya dengan napas berat, merasa bahwa ada yang mendekatinya. Wajahnya tertunduk, merasa ada banyak masukan dalam otaknya yang berbagai macam untuk menghadapi wanita yang ada dibelakangnya

Dengan wajah yang ia naikan lagi, Devan berbalik. Melemparkan senyum untuk Oline disana, dan sudah pasti Oline menilai bahwa senyum itu palsu

"Sorry, gua mau balik" usai berkata seperti itu Devan hendak berjalan menuju tasnya yang ada dibangku pinggir lapang, tetapi langkahnya terhenti saat Oline berucap

Why Should You? (ORINE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang