Ch. 20: Gerbang Dunia Lain

26 5 3
                                    

Sebuah lingkaran dengan tulisan kuno bercahaya biru terbentuk di tanah, mengelilingi keberadaan mereka di atasnya. Dengan tanah bergetar, cahaya memancar dari bawah bumi, menembus langit. Bersamaan dengan itu, tulisan kuno bergerak searah jarum jam, lambat-lambat membentuk sebuah gerbang bawah tanah yang tidak terbuka sepenuhnya.

"Sudah waktunya pulang."

Zio segera melepaskan kekuatannya, asap hitam menyelimuti tubuhnya dari kaki hingga ke kepala, angin bertiup kencang di sekelilingnya bersamaan dengan munculnya tulisan kuno berwarna merah terang, menyembul melalui asap hitamnya. Zio melambaikan tangannya dari atas ke bawah, menyebabkan tulisan itu turun sejalan dengan gerakan tangannya.

Tulisan kuno berwarna merah itu bergabung dengan tulisan kuno biru milik Zovy. Saat kedua tulisan itu tergabung, gerbang bawah tanah pun berhasil terbuka sempurna. Mereka tidak jatuh ke dalamnya. Sebaliknya, gerbang itu naik ke permukaan bumi, menyerupai pintu, namun dengan kabut di dalamnya.

Everoses tercengang melihat apa yang terjadi di depan mata mereka. Mereka hanya bisa menatap dengan terkejut, tubuh mereka masih dikuasai oleh sihir Zio.

Dengan cepat, Zio melakukan teleportasi di belakang Zovy dan merangkulnya dari belakang, entah kenapa tapi hal itu membuat Zovy secara spontan kehilangan kesadarannya dalam genggaman Zio. Zio langsung membawa Zovy masuk ke dalam pintu berkabut itu.

"Kita harus cepat, Han. Sebelum mantranya menghilang," ujar Zio saat memasuki pintu berkabut menuju dunia lain.

"Zovy!" Zouka kembali merasakan kaki-kakinya, mulutnya langsung bersuara dan spontan menyebut nama Zovy sebagai ucapan pertama yang keluar dari mulutnya, ketika Zio masuk ke dalam kabut dan menghilang.

Tanpa ragu, Zouka dan yang lainnya, secara kompak dan spontan berlari menuju pintu berkabut untuk mengejar Zovy dan Zio.

Dalam waktu kurang dari sepersekian detik, mantra dari gerbang ke dunia lain itu lenyap, dan kebun binatang tiba-tiba tenang seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Retakan-retakan di tanah kembali normal, angin bertiup lembut seperti biasanya, tetapi yang berbeda adalah mereka sudah pergi dari sana.

Setelah memasuki pintu berkabut itu, mereka langsung terjun bebas ke langit yang tinggi, penuh dengan ketakutan dan adrenalin yang mengalir dalam tubuh mereka. Mereka berteriak sekuat yang mereka bisa. Sementara itu, Alfre, Aska, dan Zey terlihat langsung lelah dan diam, jelas pingsan karena syok berat dan takut ketinggian. Sekarang, hanya Zouka dan Azryl yang tetap sadar, melayang di udara dengan kecepatan tinggi.

Azryl dan Zouka tampak lebih tenang daripada tiga teman mereka yang lain. Mereka saling bertukar pikiran melalui pandangan. Kemudian, dengan tenang, mereka mencoba meraih teman-teman mereka yang pingsan dengan terjun tajam. Mereka berdua mencapai lengan teman-teman mereka di langit, dengan Azryl meraih Alfre, sementara Zouka menangani Zey dan Aska.

Terjun ini terasa seperti memakan waktu yang lama, sampai akhirnya lautan biru mulai terlihat.

"Zouka! Itu laut!" teriak Azryl, panik terlihat dalam suaranya untuk pertama kalinya.

Zouka berpikir keras. "Terus pegang mereka." Zouka memegang erat Zey dan Aska.

Demikian pula, Azryl memegang erat Alfre dan bersiap untuk terjun ke dalam laut biru.

Tidak peduli seberapa kuat mereka, keduanya mengalami ketakutan luar biasa. Laut terbuka itu dalam dan pasti dipenuhi oleh makhluk laut berbahaya. Selain itu, mereka tidak tahu di mana tepatnya mereka berada sekarang, hingga akhirnya terjun bebas seperti ini.

Splash!

Mereka menyemplung ke dalam lautan terbuka secara bersamaan. Karena mereka terjun dari ketinggian yang sangat tinggi, mereka menyelam lebih dalam dengan berat tubuh mereka.

Gelombang air memecah saat mereka menyentuh permukaan laut, dan mereka tenggelam lebih dalam lagi. Di bawah permukaan, kegelapan laut menyelimuti mereka, dan suara gemuruh dan tekanan air memenuhi telinga mereka. Meskipun ketakutan melanda, Zouka dan Azryl tetap berusaha untuk menjaga kesadaran dan mempertahankan cengkeraman mereka pada teman-teman yang pingsan.

Laut biru terlihat tenang sejenak. Beberapa detik kemudian, kepala Azryl muncul dari permukaan air bersamaan dengan Alfre. Azryl mengambil napas dalam-dalam dan mengusap wajahnya yang basah dengan tangannya. Dia melihat ke kanan dan kiri, namun tidak melihat siapa pun; Zouka belum muncul. Tidak masuk akal jika Zouka terpisah di tempat lain karena mereka mendarat di titik yang sama, di atas laut yang tenang, tanpa gelombang yang mungkin memisahkan mereka. Satu-satunya kemungkinan yang terlintas di pikiran Azryl adalah Zouka masih berada di dalam laut.

Di sisi lain, Zouka kehilangan kendali dan tenggelam terlalu dalam karena menahan berat kedua temannya; Zey dan Aska. Namun, Zouka tidak mungkin melepaskan teman-temannya. Zouka hampir kehabisan nafas. Dalam keadaan seperti itu, Zouka pasrah; tekanan air semakin mempersulitnya untuk bernafas. Namun, Zouka bertekad untuk tetap hidup. Insting bertahan hidupnya menyuruhnya untuk mengorbankan salah satu dari kedua temannya yang pingsan. Dengan terpaksa, Zouka memilih melepaskan Zey dari tangannya sehingga bobot beban pun berkurang dan Zouka bisa berenang naik ke atas permukaan. Sementara, Zey semakin tenggelam ke lautan terdalam.

Setelah berenang cukup lama dengan penuh perjuangan, Zouka akhirnya berhasil naik ke permukaan dengan napas yang terengah-engah. Rasa penyesalan harus memenuhi pikirannya karena dia terpaksa melepas Zey tenggelam di lautan yang dingin dan gelap.

Azryl, melihat Zouka, segera mendekat. "Zouka... apa kau baik-baik saja?! Aku pikir kau tidak selamat!" Azryl, dengan mata berkaca-kaca karena air laut dan air mata, tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Hatinya yang dingin mulai luluh karena rasa takut yang mendalam.

"Aku masih hidup," jawab Zouka lemah. "Tapi... aku harus..." Zouka tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Azryl melihat Zouka dengan ketakutan yang semakin dalam, merasa semakin tidak nyaman. Setelah beberapa detik, Azryl menyadari bahwa Zouka sekarang hanya memegang Aska. Azryl baru menyadari bahwa Zey tidak ada bersama Zouka, yang berarti...

"Zouka...." Azryl meminta penjelasan hanya dengan memanggil nama Zouka.

Sementara itu, Zouka tidak sanggup untuk bicara lebih jauh. Sudah cukup bagi Azryl untuk mengetahui fakta itu. Namun, Azryl tampak tidak bisa menerima kehilangan satu temannya itu, teman yang telah menderita bersamanya, dengan orang tua yang kasar, teman bermain game, teman sejak kecil. Azryl benar-benar terpukul oleh kehilangan itu. Dia tidak pernah mengira bahwa Zey akan berakhir seperti ini.

"Apa yang kau lakukan pada Zey?! Hah?! Mengapa kau kehilangannya?!" Zouka hanya diam, tidak ingin menjawab. Dia tahu Azryl sedang dalam keadaan emosional.

Azryl mendekati Zouka dan mendorong pundaknya beberapa kali, meskipun mereka masih berada di tengah lautan. Azryl terlihat sangat marah dan sepertinya ingin bertengkar dengan Zouka di tempat itu juga. Namun, Zouka mencoba untuk menghadapinya dengan dewasa. Sekarang dia sudah kehilangan dua orang yang dia sayangi, Zovy dan yang paling parah adalah Zey.

Zouka tetap diam, menunggu Azryl menangis hingga merasa tenang, mengambang tanpa tujuan di tengah lautan, dengan Aska dan Alfre yang masih tidak sadarkan diri di sampingnya.

To be continued....

The Everoses: 7 Guardians Of Dawnfall [In Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang