Ch. 49: Rumor Para Pembunuh

43 4 2
                                    

Keesokan paginya, keempat sekawan masih tertidur dalam keadaan perut lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan paginya, keempat sekawan masih tertidur dalam keadaan perut lapar. Semalaman mereka memutuskan untuk tidak mencari makan keluar dan mengunci rapat-rapat rumah penginapan mereka, semenjak mengetahui kejadian pembunuhan di penginapan sebelah, bahkan di seluruh wilayah Kerajaan Lilac ini.

Yang mereka heran, tidak ada satupun orang di tempat penginapan itu yang keluar ketika mendengar teriakan si wanita. Apakah sebegitu ketakutannya warga di Lilac sampai-sampai tidak berani ikut campur dalam urusan orang lain? Seakan mereka tahu, jika ada seseorang yang berteriak, maka sudah dapat ditebak bahwa mereka baru saja menyaksikan pembunuhan. Seolah-olah, pembunuhan telah menjadi hal yang lumrah di wilayah Lilac.

Azryl yang bangun paling awal memutuskan untuk segera mencari makanan di pasar. Azryl melihat teman-temannya masih tertidur pulas di atas kasur gulung di lantai. Azryl tersenyum melihat mereka yang kelelahan luar biasa setelah melakukan perjalanan panjang dari Kerajaan Cacao menuju ke Wilayah Lilac.

Azryl mengenakan mantel dan tudungnya untuk menutupi kepala, khawatir jika ada seseorang yang mengenali dirinya sebagai guardian. Lalu, Azryl mengelilingi pasar di pagi hari. Keadaan pasar sangat sepi. Ada beberapa penjual bahan makan pokok di pasar itu yang dapat dihitung dengan jari. Azryl segera menghampiri untuk membeli sesuatu darinya.

"Kek, saya ingin membeli ini dan ini." Azryl menunjuk barang dagangan si kakek yang di letakkan di atas tikar di tanah.

"Anda berani sekali keluar pagi-pagi." Kakek itu menyeletuk sambil tersenyum.

Sontak ucapan kakek itu membuat Azryl sedikit heran. "Maaf, tapi... memangnya kenapa, Kek?"

"Oh, iya..." Si kakek melihat pakaian Azryl yang seperti pendatang dan pengembara dari luar. "Anda seorang pengembara, ya? Di sini, kalau pagi, hampir tidak ada orang yang berani keluar lalu lalang. Takutnya... nanti akan jadi korban pembunuhan. Pembunuhan kan sedang marak di kota ini," jelas kakek itu.

Azryl yang tadinya lupa dengan kejadian pembunuhan di kota itu, kini mulai teringat kembali. Azryl menjawab penjelasan sang kakek. "Anda kan juga berani, Kek," kata Azryl memuji keberanian si kakek yang keluar dari rumah pagi-pagi buta di tengah ramainya kabar pembunuhan.

"Saya sih sudah tua. Jadi, tanpa dibunuh pun juga saya sebentar lagi akan mati karena usia." Kakek itu menjawab dengan tertawa kecil.

"Anda bisa saja, Kek." Azryl tersenyum tipis mendengar jawaban si kakek yang tidak terduga barusan.

"Lagipula, Nak." Kakek itu memasukkan barang belanjaan Azryl ke dalam kantong plastik. "Kebanyakan korban dari pembunuhan di kota Lilac ini adalah anak2 muda dan orang dewasa saja. Orang-orang tua seperti Kakek tidak diincar sama sekali." Kakek itu menjelaskan hal yang membuat Azryl semakin tercengang.

"Kok bisa begitu, Kek??" Azryl bertanya untuk menyahuti ucapan si kakek.

"Saya sendiri tidak tahu." Kakek itu menyerahkan kantong belanjaannya kepada Azryl. "Kau lihat saja orang-orang di pasar ini yang berani datang pagi...." Kakek itu melanjutkan sambil menunjuk orang-orang yang terhitung jari berada di pasar itu pagi-pagi begini.

The Everoses: 7 Guardians Of Dawnfall [In Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang