Ch. 22: Obsesi⚠️

38 6 2
                                    

⚠️PERINGATAN KONTEN: BAB INI BERISI ADEGAN DEWASA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️PERINGATAN KONTEN: BAB INI BERISI ADEGAN DEWASA. PEMBACA DIMINTA UNTUK MEMBACA DENGAN BIJAK.⚠️

Zovy membuka matanya dengan perlahan. Kepalanya merasa pusing, dan tubuhnya terasa lemah tidak bertenaga. Dengan kebingungan, ia melihat sekeliling ruangan yang diselimuti nuansa gelap. Zovy tidak memiliki pemahaman pasti mengenai lokasi dirinya saat ini, dan dia tidak mampu mengingat peristiwa terakhir yang dia alami. Usaha Zovy untuk merekam kembali ingatan sebelumnya, hanya menyebabkan rasa sakit yang amat sangat di bagian kepalanya.

Dengan perlahan, Zovy bangkit dari tempat tidur yang luas tempat dia dibaringkan, lalu melangkah menuju pintu. Ketika Zovy membuka pintu kamar, pandangannya langsung tertuju pada Zio yang tengah berbincang dengan seekor ular berkepala dua, tidak jauh dari kamar tempat Zovy berada. Karena Zovy merasa takut, naluri Zovy membuatnya mundur secara spontan, namun akibatnya dia tersandung dan jatuh ke lantai.

Segera saat itu juga, baik Zio maupun makhluk aneh itu menyadari kehadiran Zovy. Zio meminta ular berkepala dua tersebut untuk segera pergi karena mengetahui Zovy syok melihat keberadaan makhluk itu, dan kemudian Zio mendekati Zovy dengan penuh kelembutan. Melihatnya duduk di situ, masih dalam keadaan syok akibat jatuh tadi, Zio mendekatinya dengan perhatian yang mendalam, berusaha untuk merasakan ketakutannya.

Dengan lembut, Zio mengangkat tubuh Zovy dengan gaya pengantin dan meletakkannya kembali di tempat tidur. Zio duduk di sampingnya, dia mulai membelai rambut cokelat Zovy dengan lembut. Zovy terlihat gemetar karena ketakutan, tak mampu melakukan apapun karena terlalu syok dengan situasi yang dia lihat sebelumnya.

Mengerti akan perasaan Zovy, Zio menenangkannya, "Tenanglah, kau akan baik-baik saja."

Zio mendekati Zovy, menahan lengan Zovy agar tidak bergerak; tubuh Zovy sekali lagi terkunci oleh sihir. Dengan lembut, Zio mulai mencium leher Zovy, sementara tangannya membuka perlahan kancing pakaian yang dikenakan Zovy.

"Z-Zio!" Zovy berhasil mengeluarkan suaranya, membuat Zio terkejut dan menghentikan gerakannya.

"Kamu mulai bisa melawan sihirku, ya?" Zio terpana, mengingat bahwa dirinya telah menggunakan kekuatan magis untuk membuat Zovy lumpuh. Namun, nyatanya Zovy mampu melawan sebagian kecil dari sihir gelap yang dimilikinya dengan mampu berbicara.

"Ngomong-ngomong... Nama asliku bukan Zio, tapi Aldar. Namun, jika kau merasa nyaman memanggilku Zio, itu tidak masalah. Hanya ingat untuk menyebutkan nama Aldar jika kau berada di dunia ini, karena mereka mengenalku sebagai Aldar," ungkap Zio kepada Zovy.

"Dan kamu adalah Han, orang yang selama ini aku cari... Aku sangat menantikan momen seperti ini bersamamu," Zio berbisik lagi, mencium dahi Zovy, kemudian perlahan turun ke pipinya, dan semakin turun ke lehernya.

Saat pakaian Zovy hampir sempurna terbuka, seseorang mendobrak masuk melalui pintu dengan tergesa-gesa. Zio cepat berbalik melihat bawahannya masuk secara kasar.

"Bukankah kamu diajari tata krama untuk mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar seorang Raja!?" Zio bersuara tegas.

Zovy tercengang mendengar Zio merujuk pada dirinya sebagai Raja. Tidak hanya itu, Zovy melirik ke arah pintu di mana ular berkepala dua itu berada. Zovy tidak dapat membayangkan apa yang sedang terjadi. Ketika dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya, ingatannya tentang kebun binatang mulai kembali. Saat tubuhnya dikuasai oleh entitas lain dan berakhir ada di dunia lain.

"Maafkan saya, Yang Mulia! Ada sesuatu yang sangat penting sedang terjadi!" Wajah ular itu terlihat malu saat berbicara dengan Zio, yang saat itu tengah menikmati waktu intim dengan Zovy. Anehnya, Zovy bisa mendengar ular berkepala dua itu berbicara dalam bahasa manusia.

"Katakan dengan cepat," pinta Zio dengan dingin, memperhatikan ekspresi bawahannya yang malu-malu itu.

"Pasukan Kerajaan Cacao memberontak di perbatasan Darkedon, Yang Mulia!"

"Lagi-lagi Kerajaan Cacao, manusia tank sialan! Aku muak mendengarnya! Cepat bunuh mereka!" seru Zio dengan marah, masih berada di atas kasur bersama Zovy. Ucapannya membuat Zovy kaget, ternyata pembunuhan sangat lazim terjadi di dunia kerajaan.

"Yang Mulia! Mereka terlalu kuat! Kami tidak bisa mengalahkannya sendiri tanpamu!" Ular berkepala dua itu memohon agar Zio ikut turun ke dalam pertarungan.

Zovy memproses setiap kata dan memahami bahwa Zio adalah seorang Raja. Zovy yakin bahwa dia berada di dunia lain saat ini. Tetapi yang dipikirkan Zovy adalah apakah Zio adalah seorang Raja yang berpihak pada kebaikan atau kegelapan? Zovy mengerti konsep ada sebuah cerita di mana seorang Raja berpihak pada kebaikan, dan ada juga Raja yang berpihak pada kejahatan. Zovy mempertimbangkan cara untuk mempelajari lebih lanjut tentang Zio. Itulah satu-satunya yang bisa dia pikirkan sekarang, daripada hal lain, termasuk bagaimana cara keluar dari dunia ini. Zovy menunda pemikiran itu untuk dipikirkan nanti.

Zio melihat Zovy sebelum memutuskan jawaban apa yang harus dia ambil dari permintaan bawahannya. Zovy secara tidak sengaja menatap Zio. Zio tersenyum saat melihat Zovy menatapnya, lalu mencium kening Zovy.

"Apa kau khawatir padaku? Aku adalah Raja Aldar dari Darkedon, kau tidak perlu khawatir tentangku," kata Zio dengan percaya diri.

Zovy mengernyitkan dahi dengan perasaan bingung dan tidak nyaman. Zovy hanya secara tidak sengaja melirik Zio, namun Zio bereaksi secara berlebihan. Ini menunjukkan kepada Zovy, betapa terobsesinya Zio pada dirinya.

Tidak. Batin Zovy.

Ini bukan tentang seberapa terobsesinya Zio pada Zovy, tetapi obsesi Zio pada seorang wanita bernama 'Han' yang mirip dengan Zovy. Zovy ingin mencari tahu lebih banyak tentang wanita itu nanti. Saat ini, Zovy pikir dia bisa memanfaatkan obsesi Zio padanya untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.

"Apa kau akan kembali?" tanya Zovy dengan suara yang sangat lembut seperti dibuat-buat, dan seperti yang diharapkan, Zio akan langsung terpikat oleh pertanyaan yang begitu sederhana itu, hanya karena Zovy yang mengatakannya.

"Tentu, sayangku! Aku akan kembali untuk meresmikan hubungan kita," Zio menatap Zovy dengan tajam dengan mata penuh cahaya obsesif dan nafsu yang tinggi. "Bolehkah aku menciummu sebelum aku pergi ke pertarungan?"

Zovy kaget, tapi dia menyembunyikan keterkejutannya dengan ekspresi datar. Zovy tidak tahu bagaimana cara menjawab permintaan aneh itu. Zovy sendiri belum pernah dicium oleh seorang pun. Dan jika Zio menciumnya, itu akan menjadi ciuman pertama bagi Zovy. Zovy tidak ingin itu terjadi dengan seseorang yang tidak dia cintai.

Namun, Zovy segera ingat pada orang yang dia cintai. Itu Zouka. Seketika dada Zovy terasa sakit, mengingat fakta bahwa Zouka tidak membalas perasaan Zovy. Zovy merasa frustasi dan itu mendorongnya untuk setuju dengan permintaan Zio untuk mencium dirinya.

Selain itu, Zio adalah pria yang tampan, kan? Mungkin ini waktunya bagiku untuk membuka hati kepada seseorang yang mencintaiku segila ini. Pikiran bodoh melintas dalam pikiran Zovy bersamaan dengan rasa frustasinya, menatap ke wajah Zio yang setelah dia perhatikan lebih jauh, rupanya Zio tampan juga.

"Sayangku? Bolehkah aku menciummu?" Zio mengulang pertanyaannya.

To be continued....

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Everoses: 7 Guardians Of Dawnfall [In Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang