Ch. 43: Nyaris

18 3 1
                                    

Keesokan harinya, Zovy terbangun dengan kondisi demam yang telah mereda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Zovy terbangun dengan kondisi demam yang telah mereda. Zovy melangkah keluar dari kasur dengan mantel hangat melingkupi tubuhnya. Dia meninggalkan ruang tidur dengan biru air mendominasi warna kamarnya.

Dalam ingatan, Zovy teringat sejenak akan perjalanan terakhirnya menuju kerajaan Aghaphantus sebelum akhirnya terlelap karena demam yang tak tertahankan.

Namun, kini, Zovy bingung dengan suasana kastil yang sunyi. Dia menyusuri sebuah koridor terbuka, di sisi kanannya terdapat taman terbuka yang diselimuti oleh lapisan salju. Dengan napasnya yang terlihat menguap di udara dingin, Zovy menggosok kedua tangannya agar tetap hangat.

Semakin jauh Zovy berjalan di dekat taman yang panjang dan mempesona di dalam kastil kerajaan Aghaphantus, Zovy mulai mendengar suara-suara yang samar dari balik dinding ruangan. Dengan hati-hati, Zovy mengintip ke dalam, di hadapannya terbentang pemandangan Zio beserta asistennya yang merupakan ular berkepala dua bernama Zaa, duduk bersama Raja Yoganiel dan asisten pribadi Raja Yoganiel, berbincang-bincang di dalam ruangan yang tertutup, duduk di atas sofa yang megah.

"Kau pikir, aku tidak mengetahui tindakan apa yang telah kau lakukan belakangan ini terhadap gadisku?" Suara datar Zio terdengar, namun terdapat penekanan yang tak terbantahkan.

"Apa maksudmu?" Raja Yoganiel terdengar ketakutan, suaranya gemetar mencoba menyembunyikan kebenaran di balik kata-katanya.

"Ia bahkan telah berbaik hati tidak melaporkan padaku tentang perbuatanmu padanya." Zio menekan, mencerminkan rasa kekecewaannya.

Wajah Raja Yoganiel semakin pucat dan panik. "A-aku...."

"Kau tahu, 'kan, bahwa aku dan asistenku selalu mengawasi gadis itu setiap saat?" Zio melanjutkan, dengan tegas memotong ucapan Raja Yoganiel yang tergagap. "Atau, mungkin kau tidak menyadarinya?" Senyum psikopat terukir di wajah Zio, sementara matanya menyiratkan ancaman yang tajam.

Raja Yoganiel segera bangkit dari sofanya, berlutut di hadapan Zio dengan gemetar. Asistennya pun ikut serta. "Baiklah!! Baiklah!! Aku saya mengaku salah!! M-maafkan saya karena telah berani mempermalukan gadis anda, Yang Mulia Kegelapan, Raja Aldar!! Saya sungguh minta maaf!! D-dan, saya akan bersungguh-sungguh mengajari sihir kepadanya kali ini!! Saya mohon beri saya kesempatan!!"

Zaa, asisten Zio, menjulurkan lidah ularnya untuk mengejek Raja Yoganiel. Sementara, Zio bangkit dari sofa, mengayunkan tangannya ke samping yang kemudian dari telapak tangannya asap hitam muncul.

"Zaa." Zio memanggil asistennya sambil asap hitam terus menggumpal di tangannya.

"Siap, Yang Mulia, Raja Aldar?" Zaa menjawab panggilan Zio, sambil membungkuk hormat.

"Kau sudah memperingatkan bahwa aku akan memenggal kepala mereka jika mereka berani macam-macam, 'kan?" Zio bertanya untuk memastikan.

"Sudah, Yang Mulia." Zaa tersenyum jahat, menatap tajam Raja Yoganiel dan asistennya.

Asap hitam di tangan kanan Zio membesar, membentuk asap yang semakin tebal, membuat Raja Yoganiel dan asistennya semakin panik ketakutan dan pasrah bahwasanya nyawa mereka sudah berada di ujung tanduk.

Zio hendak mengayunkan tangan kanannya ke arah kepala Raja Yoganiel dan asistennya untuk menebas kepala mereka dengan sihir hitammya, namun tiba-tiba...

"Berhenti!" Zovy muncul dari balik pintu, akhirnya menginterupsi, berteriak dengan pandangan tajam ke Zio.

Zio dengan cepat menarik kembali semua sihirnya, asap hitam menghilang begitu saja setelah mendengar Zovy berteriak. Zio sangat terkejut melihat Zovy di sana dan ucapan pertama Zio adalah, "Kenapa kau ada di sini?? Kau demam!" Dengan nada khawatir.

Zovy menggelengkan kepala dengan tegas. "Demamku sudah turun! Dan, aku datang kemari untuk menagih janji Raja Yoganiel!"

Raja Yoganiel melirik pelan ke arah Zovy dengan perasaan takut yang luar biasa, meskipun sebenarnya agak lega karena kepalanya gagal dipenggal oleh Zio.

"Apa yang dia janjikan padamu?" Zio bertanya heran, dengan rasa penasaran tinggi, begitu juga Zaa yang terus memperhatikan.

Zovy menjawab, "Dia berjanji akan melatihku sihir lebih detail, dia harus menepatinya!"

To be continued....

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Everoses: 7 Guardians Of Dawnfall [In Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang