CL 01 : "Dia tunanganku "

5K 360 22
                                    

"Romeo take me somewhere, we can be alone

I'll be waiting; all there's left to do is run

You'll be the prince and I'll be the princess

It's a love story, baby, just say yes"

Alunan nada dari lagu milik Taylor Swift menggema di kamar luas bernuansa dark blue. Di atas kasur bersize nomor 1, seorang gadis dengan rambut panjangnya terdengar bergumam mengikut irama lirik.

Bibir semerah cerry itu terbuka dan tertutup bergantian. Wajahnya tampak bahagia, bahkan mata cokelatnya berkilaun karena bahagia. Hanya sekali pandang, orang-orang akan langsung menyukainya. Bahkan langit malam tidak mampu menutupi kecantikannya itu. Tampaknya ketika dia diciptakan Tuhan sedang tersenyum, itu sebabnya bagian lain dari surga berada di dirinya.

Tok!

Tok!

Tok!

Suara ketukan di pintu membuat volume suara musik menurun pelan.

"Chika kamu di dalam?"

Gadis yang di panggil Chika sekarang beranjak dari kasur empuknya dan melangkah ke arah pintu.

Ketika pintu terbuka seorang pria paruh baya dengan tongkat merah bata yang kokoh di tangannya berjalan masuk, sama sekali tidak menunggu gadis bernama 'Chika' itu memberi izin lebih dulu.

"Kakek ini kamarku"

Chika terlihat tidak suka ketika area yang menjadi zona nyamannya di masuki oleh orang lain.

"Dan ini rumahku, kakek bebas bergerak ke mana pun"

Chika tidak berkutit mendengar balasan kakeknya.

Melihat cucu perempuannya akhirnya diam, pria tua itu tersenyum lebar.

"Kakek hanya ingin bertanya, setelah selesai kakek langsung pergi. Lagipula restoran sedang sibuk"

"Bertanya apa?" Alis kanan Chika terangkat, mulai merasa penasaran.

"Kapan Javin berniat untuk menikah? Kalian sudah bertunangan terlalu lama"

Pertanyaan kakeknya membuat Chika tersenyum kikuk. Ini juga merupakan pertanyaan yang selalu dia lontarkan setiap jalan berdua dengan Javin, tapi tunangannya itu selalu mengelak dan terkesan acuh.

"Kakek, aku dan Javin masih muda. Lagipula Javin masih sibuk dengan jadwal syutingnya" Chika memberi alasan, berharap kakeknya yang memiliki warna mata sepertinya sedikit paham.

"Yahhh, kakeknya hanya tidak ingin menunggu lama. Umurmu mungkin bisa menunggu tapi umur kakek tidak"

Mendengar penuturan kakeknya, kedua lengan Chika dengan sigap meraih tubuh sang kakek dan mendekapnya erat.

"Hari ini aku akan bertemu dengan Javin dan kembali bertanya, bagaimana?"

"Hufttt, lakukan sesukamu. Kakek harus pergi sekarang, gadis kecilku menunggu"

Mata cokelat Chika mendelik ketika mendengar kata gadis kecilku. Itu karena dia tahu, gadis kecil yang kakeknya sebutkan adalah sebuah restoran bintang lima yang sudah menjadi warisan turun temurun di keluarganya, itu adalah restoran dengan nama MOTONUI.

Setiap mendengar nama itu Chika selalu menggeleng kuat. Dia merasa seluruh keluarganya, yang di mulai dari kakek buyutnya hingga kakeknya yang sekarang adalah sekumpulan orang-orang dengan kurangnya pengetahun memberi nama.

Tidak ingin berlarut-larut dengan nama keluarganya yang terkesan aneh, dia bergegas ke kamar mandi.

Suara gemericik air terdengar lebih dari 20 menit sebelum akhirnya Chika keluar dengan hanya berbalut handuk berwarna biru langit.

Cooking Love (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang