Ara memarkirkan kendaraan roda empatnya dengan rapi sebelum turun. Bangunan tinggi di depannya terlihat menyilaukan dengan beberapa lampu yang menyala di setiap tingkatnya.
Dengan langkah pasti Ara masuk, seorang pria dengan perut buncit yang sejak tadi menunggunya memasang senyuman saat melihatnya.
"Boss..."
"Kamarku yang mana?" Tanya Ara tanpa basa-basi.
Pria itu menyodorkan kunci kepada Ara dengan ramah.
"Ini nomor 45 bos di lantai 6"
"Baik, terima kasih"
Ara meraih kunci tersebut dan berjalan masuk.
Di dalam lift tidak ada suara tambahan selain decak kecil Ara, matanya menatap kearah pintu lift dengan sorot mata yang tidak dapat di jelaskan.
Ting.
Pintu lift kembali terbuka setelah tiba di lantai 6.
Ara melangkah keluar, tangan kanannya memainkan kunci. Mata hitamnya bergerak mencari pintu apartemennya sendiri.
Ada banyak pintu di lantai tersebut, Ara celingukan mencari nomor yang tertempel di pintu.
"46?"
Ara memandangi nomor pintu didepannya.
"46 atau 45? Ck, kenapa aku lupa...sepertinya 46, tadi dia menyebut angka 6"
Ara berkata dengan sangat yakin. Dia kemudian memasukkan kunci kearah lubang knop pintu, tapi tampaknya kunci tersebut tidak cocok, karena sekuat apapun Ara mencoba untuk memasukkan kunci tersebut itu tetap tidak cocok.
"Harusnya pintu ini diperbaiki sebelum di sewa!" Gerutu Ara kesal sambil berusaha memutar knop pintu, berharap pintu di depannya akan terbuka.
Dia sangat ingin istirahat sekarang!
Ceklek.
Pintu akhirnya terbuka, wajah Ara cerah. Ketika tangannya ingin memutar knop tiba-tiba knop pintu bergerak sendiri dan pintu di depannya terbuka perlahan.
Seorang wanita dengan wajah bingung yang rambutnya basah dan tubuhnya terbungkus jubah mandi menatap Ara bingung. Ara di sisi lain juga menatapnya bingung, wanita tersebut tadi masih ada di restoran kenapa sekarang dia ada disini? Di apartemennya?
"Chika?"
"Gistara? Apa yang kamu lakukan?"
"H-harusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di apartku?"
Alis kanan Chika terangkat, merasa bingung dan lucu dengan ekspresi serius Ara.
"Kamu sepertinya salah kamar, ini apartku"
"Salah kamar?" Tanya Ara tidak yakin. Seumur hidupnya, dia hanya melakukan satu kesalahan dan selebihnya dia selalu benar.
Darimana datangnya kesalahan yang kedua ini?
Ara bersedekap dada dan memasang wajah serius.
"Ini kamarku, lihat! Aku punya kuncinya!"
Ara mengguncang kunci pintunya tepat di depan wajah Chika. Melihat itu Chika meraih kunci tersebut dan mengamatinya.
"Lihat, aku benar kan?" Ara tersenyum menang.
"Ini kunci untuk pintu nomor 45 bukan 46. Lihat, ada nomornya di sini"
Chika menunjuk pada sebuah nomor yang tercetak di kunci, Ara menundukkan pandangannya sedikit dan melirik nomor yang Chika tunjuk dengan jari cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooking Love (ChikaxAra)
JugendliteraturYessica Motonui harus memutar otak agar restoran keluarganya tidak tutup karena bangkrut yang di sebabkan oleh dendam sakit hati Javin, mantan tunangannya. Di saat restorannya berada di ujung tanduk, tiba-tiba seorang chef muda bernama Gistara Ran...