Ara membekap Chika dengan bibirnya sendiri, rasa manis dan sedikit segar membuat lidahnya panas.
Chika di sisi lain berusaha memberontak, tapi kungkungan Ara yang menahan tengkuknya membuat dia kesusahan untuk lepas.
"Mmhhhppphhh...."
Chika semakin memberontak ketika lidah Ara dengan rakus menerobos masuk ke dalam rongga mulutnya. Bulu kuduk Chika meremang, mata cokelatnya melotot.
Tangannya bergerak-gerak memukul pinggang Ara berharap ciuman keras Ara terlepas.
Tapi Ara, bukannya berhenti justru menarik gaun yang Chika pakai ke bawah dan menimbulkan bunyi sobek yang panjang.
"Lllepasshh---mmphhhh"
Ara sama sekali tidak memberi celah pada Chika untuk berbicara. Sekarang kedua tangannya yang bebas bermain di kulit putih Chika. Merasa repot dengan gerakan Chika, dia dengan keras mendorong tubuh Chika untuk berbaring di ranjang.
Citttt.
Bunyi decitan ranjang terdengar ketika tubuh mereka berdua jatuh di atas kasur yang tidak empuk sama sekali, Chika yang berada di bawah mengigit bibir bawah Ara saat punggungnya terasa kebas.
Ciuman Ara akhirnya terlepas, ada noda darah di bibirnya yang merekah dan bengkak.
"Hah-hah G-gistara sadar!" Bentak Chika, matanya menatap Ara tajam.
Ara yang berada di atasnya menjalinkan kedua alisnya, tubuhnya masih terasa panas dan tidak akan surut sebelum mencapai puncak.
Tapi melihat penolakan dan wajah panik Chika dia dengan sisa tenaganya bangkit.
Di dalam kamar ada kamar mandi, Ara mengusap wajahnya kasar dan berjalan masuk ke kamar mandi.
Suara pintu di kunci dan air yang mengalir deras terdengar.
Chika mematung selama beberapa saat sepeninggal Ara, kemudian bangun. Tubuhnya sudah setengah telanjang, gaun yang dia pakai sobek dan tidak bisa di pakai lagi.
"Huffttt...." Chika menghela nafas panjang. Dia lalu bangkit dan meraih ponselnya, mencari salah-satu aplikasi dan kemudian membeli baju. Satu untuknya dan satu lagi untuk Ara.
Sudah cukup lama Ara berada di dalam kamar mandi tapi belum juga ada tanda-tanda dia akan keluar. Bahkan ketika pakaian yang Chika pesan datang dia belum juga muncul.
Chika mendadak merasa tidak nyaman. Dia berjalan mendekat ke arah pintu kamar mandi dan mengetuknya.
Tok!
Tok!
Tok!
"Gistara..."
"Araa..."
"Raaa..."
Tidak ada balasan, alis kanan Chika terangkat.
Takut terjadi sesuatu pada Ara, dia dengan nekat membuka pintu.
"GISTARA!!!"
Wajah Chika berubah pucat saat membuka pintu kamar mandi dan mendapati Ara yang duduk dan bersender di dinding berlumuran darah di pergelangan tangannya, darahnya bahkan mengalir di sekitarnya dan membuat lantai dipenuhi merah darah.
Chika bergegas ke arah Ara, menepuk pipi Ara yang pucat.
Kelopak mata Ara bergerak dan perlahan terbuka.
"K-kamu..." Lidah Chika tercekat, tidak mampu menyelesaikan kalimatnya.
"Obatnya hah terlalu kuat, rasa sakit membuatnya berkurang" Ujar Ara memberi penerangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooking Love (ChikaxAra)
Ficțiune adolescențiYessica Motonui harus memutar otak agar restoran keluarganya tidak tutup karena bangkrut yang di sebabkan oleh dendam sakit hati Javin, mantan tunangannya. Di saat restorannya berada di ujung tanduk, tiba-tiba seorang chef muda bernama Gistara Ran...