Satu hari berlalu dengan cepat.
Di dalam restorana Motonui, beberapa lampu sudah di matikan. Hanya ada beberapa pencahayaan di sudut ruangan dan juga di dapur restoran.
Chika menyusun piring di rak dengan telaten, sedangkan manager dan Ara saling membantu mencuci piring. Ketiganya bekerja sama dengan wajah bahagia.
"Semoga besok akan ada pelanggan lagi" Ujar manager bahagia, Chika mengangguk menimpali ucapannya, keinginan manager adalah keinginannya juga.
Ara yang sejak tadi diam tampak biasa saja. Matanya justru fokus pada telapak tangannya, sesekali dia secara diam-diam mencuri pandang pada wajah Chika.
"Selesai..."
Restoran kembali bersih dan rapi.
"Bos, kali ini kamu yang mengunci pintu. Istriku mengirim pesan, putri kami masuk rumah sakit" Wajah bahagia manager berubah sendu, tangannya terulur memberi kunci berwarna perak pada Chika.
Chika menerimanya dengan cepat.
"Sakit apa?" Tanya Ara penasaran.
"Dokter masih memeriksanya, kalau begitu aku permisi"
Ara dan Chika menatap kepergian manager dalam diam. Suasana hati mereka yang baik berubah.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Ara.
"Iya..."
"Ayo!" Ara mengulurkan tangan kanannya santai tapi sukses membuat Chika terkejut.
"Kenapa diam?" Alis kanan Ara terangkat.
"Hah? Ohh...tidak ada" Chika menerima uluran tangan Ara, keduanya berjalan keluar restoran beriringan.
Ara sama sekali tidak ingin melepaskan tautan tangan mereka. Telapak tangan Chika yang halus dan jari-jari rampingnya membuat Ara menggenggamnya erat.
Bahkan ketika Chika ingin mengunci pintu restoran dia tetap tidak ingin melepaskan tautan mereka, membuat Chika bingung.
"Ara, kita akan masuk ke dalam mobil" Chika mengingatkan ketika mereka berdua sudah berada di depan mobil dan Ara tetap tidak ingin melepaskan pegangannya.
Ara mengerjabkan matanya, dia menoleh ke arah Chika lalu ke arah mobilnya.
Untuk pertama kalinya Ara sangat membenci mobil dengan jenis seperti itu.
Dengan perasaan enggan Ara melepaskan tautannya, dia meraih kunci mobil dan berjalan masuk lebih dulu meninggalkan Chika dengan kebingungan.
Deru mesin mobil Ara meraung tinggi sebelum melaju sedang menyusuri jalanan aspal yang berkilau di terpa lampu jalan.
Di dalam mobil wajah Ara tegang, tubuhnya tegap.
Saat pantatnya menyentuh kursi mobil dia kembali mengingat ciuman singkatnya tadi pagi.
"Ingin langsung pulang?" Dengan suara pelan Ara bertanya, wajahnya fokus ke depan.
Chika yang menyenderkan kepalanya kebelakang menoleh, dia tampak berpikir. Kedua alisnya terjalin erat, ketika Ara melihat ekspresinya itu hatinya menghangat karena kelucuan.
Kepala Chika miring ke kanan, ada banyak tempat yang ingin dia datangi tapi tidak tahu harus di mulai darimana.
Hap.
Tangan Ara refleks menahan kepala Chika yang hampir terjungkal karena goncangan mobil.
Ara melotot ke arah Chika tetapi tidak memindahkan tangannya sama sekali, berbeda dengan Chika dia dengan cepat menarik kepalanya dan duduk dengan sigap.
"Sorry..." Gumam Chika.
"Kita kemana?" Tanya Ara yang terlihat biasa saja.
Chika menggeleng tanda tidak tahu.
"Aku ingin pula--"
"Kalau begitu ikut denganku" Potong Ara cepat, tanpa menunggu persetujuan Chika dia memutar setir mobil menuju ke arah jalanan lain.
"Kita kemana?" Tanya Chika penasaran karena Ara menyetir mobil menjauh dari jalan utama.
Ara melajukan kendaraannya menyusuri jalanan yang hanya muat dua kendaraan, di sepanjang jalan pohon pinus tumbuh dan menjulang tinggi.
Tidak ada rumah penduduk di sekitar, hanya lampu jalanan yang bersinar terang.
"Kita keman?" Suara Chika bergetar, merasa takut. Dia dengan was-was memandangi Ara.
"Kamu bukan penculik atau psikopat gila kan?"
Citttt....
Ara me-rem mendadak mobilnya, membuat tubuhnya dan tubuh Chika terlempar kedepan. Beruntung mereka berdua sama-sama memakai seatbelt.
"Wajahku mirip penculik?"
Chika menggeleng.
"Mirip psikopat gila?"
Chika sekali lagi menggeleng.
Bukankah Ara terlalu cantik untuk menjadi itu semua?
Chika tersenyum canggung, berbeda dengan Ara yang tawanya justru terlepas.
Punggung Ara bergetar karena tawanya, suaranya yang renyah membuat pipi Chika panas karena malu.
"Kakekku ulang tahun, kita ke puri keluargaku sekarang"
"Hah? Tapi aku tidak bawa hadiah!" Pekik Chika.
Ara tersenyum tipis, matanya dalam. Dengan gerakan pelan dia membuka seatbeltnya dan mendekati Chika.
Nafas Chika tertahan saat wajah Ara kian mendekat.
Ara meremas setir mobil ketika wajahnya hanya tinggal beberapa centi lagi dari Chika. Dengan susah payah dia berusaha menelan salivanya saat matanya menatap bibir merah Chika.
"Kamu hadiahnya..."
Ara menghela nafas panjang, dia kembali ke posisinya semula dan duduk dengan tenang. Chika, disisi lain menatapnya bingung.
Chika tidak dapat lagi menghitung sudah berapa kali Gistara membuatnya kebingungan hari ini.
"Maksudnya?"
Ara menyenderkan tubuhnya ke belakang.
"Keluargaku bukan keluarga baik-baik, sejak kecil aku selalu diajar agar lebih mementingkan uang. Siapapun yang tidak punya kemampuan untuk menghasilkan uang banyak dia adalah sampah keluarga" Ara mulai bercerita.
"Saat itu ayahku masih muda, dia yang sedang jatuh cinta diam-diam menikahi ibuku yang besar di panti asuhan dan hanya pelayan restoran. Seluruh keluarga ayah membencinya, terlebih dia hanya bisa melahirkan anak perempuan sebelum meninggal. Dua bulan setelah ibu pergi, ayah dinikahkan lagi dengan anak rekan bisnis kakek. Mereka punya anak laki-laki"
"Lalu, apa hubungannya denganku?" Tanya Chika.
Ara menggeleng,"Tidak ada..."
"Gistaraaaa"
"Aku tidak punya siapa-siapa untuk di ajak ke pesta ulang tahun kakek. Tidak ada yang ingin datang ke sana denganku, bahkan tunanganku datang dengan wanita lain"
"Jadi kamu mengajakku?"
"Hemm, yah. Tapi jika kamu tidak ingin datang. Kita bisa pulang...ini bukan pertama kalinya aku tidak datang"
Ara tersenyum lebar, matanya dalam menatap Chika.
"Bagaimana penampilanku?" Chika bertanya sambil merapikan rambutnya.
"Cantik...sangat cantik"
"Aku tau, ayo berangkat. Kakekmu akan marah kalau kita terlambat"
"K-kamu mau?"
Kali ini Chika yang tersenyum lebar sebelum mengangguk penuh keyakinan. Karena Ara memintanya, itu berarti Ara percaya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooking Love (ChikaxAra)
Novela JuvenilYessica Motonui harus memutar otak agar restoran keluarganya tidak tutup karena bangkrut yang di sebabkan oleh dendam sakit hati Javin, mantan tunangannya. Di saat restorannya berada di ujung tanduk, tiba-tiba seorang chef muda bernama Gistara Ran...