7. Makan malam

2.1K 305 23
                                    

Disisi lain Raeya dan keluarganya diundang untuk makan malam di rumah keluarga Kaiser. Semua orang di meja berbicara dengan sangat bahagia sedang Raeya makan dengan tenang.

"Raeya bagaimana sekolahmu?" Tanya bibi Ghia, ibu Kaiser.

"Anak itu selalu membuat onar dan menyusahkan Kaiser andai saja dia seperti Tesa" Pertanyaan itu dijawab oleh ayah Raeya.

"Raeya kau sudah dewasa jangan selalu menyusahkan orang-orang" Kata bibi Ghia.

"Benar! Raeya itu pembuat onar dan sangat angkuh" Kata Galen yang ikut makan malam bersama mereka. Leon dan Galen memang di ajak oleh Kaiser sendiri.

Raeya merasakan tatapan mata semua orang di meja pada dirinya, mereka menatapnya remeh dan merendahkan seolah mengejeknya yang tidak diingini sekua orang.

"Bukan salah Raeya, Tesa yang tidak mengingatkan dia agar tidak berbuat onar. Seandainya hubungan kami bisa lebih dekat" Raeya mengabaikan tatapan Tesa yang menatapnya murung, Tesa sungguh punya bakat menjadi aktor aktingnya sangat bagus.

"Kenapa salahmu? Jelas si pembuat onar itu yang terlalu sombong!" Galen menunjuk Raeya dengan tatapan tidak suka.

Keluarganya terus diam, seolah biasa saja mendengar dirinya di hina dan dibentak orang luar. Seringan itulah bobot Raeya di hati mereka sampai abai dengan orang luar yang mengurusi urusan keluarga mereka.

"Sudah, hari ini kita ingin memberitahukan berita bahagia aku harap tidak ada yang akan merusaknya" Ucap Kaiser sambil melihat ke arah Raeya.

"Ekhem... Jadi aku dan Tesa sudah memutuskan. Kami akan menerima perjodohan yang direncanakan sejak lama karena kami saling menyukai dan ingin meresmikan hubungan ini dengan bertunangan" Kaiser berbicara sambil menggenggam erat tangan Tesa, menatap pemuda itu dengan lembut dan serius.

"Selamat! Seharusnya kalian bertunangan sejak lama jika bukan karena seseorang" Sindir Galen.

"Raeya... Maaf, aku tahu kau mencintai Aser tapi aku juga mencintainya dan ingin memperjuangkan hubungan kami. Jadi tolong jangan ganggu kami karena aku tidak akan membiarkannya" Kata Tesa tegas.

"Terimakasih Tesa"

"Apapun untukmu Aser"

Raeya terpaku melihat pemandangan di depannya. Dia lupa kalau dua orang di depannya akan bertunangan dalam waktu dekat.

Raeya menahan air matanya yang akan jatuh, rasanya sangat sakit hatinya sakit.

"Aku ada urusan, aku akan pulang sekarang" Raeya yang beranjak dari duduknya di hentikan oleh Kaiser.

"Tunggu, Galen akan mengantarmu"

Raeya terkekeh apa yang dia harapkan pada seseorang yang sedari awal bukan miliknya?

Raeya dan Galen berjalan perlahan ke arah parkiran

"Jangan ganggu mereka lagi, berhentilah menjadi orang yang menjijikan" Kata Galen tiba-tiba.

"Dia berjanji padaku lebih dulu"

"Ck! Kau itu sudah seperti hama, seperti benalu, seperti lumpur yang terus mengikuti Kaiser kemana saja"

"Apa kau tahu? Dulunya aku menyukaimu Raeya, tapi kau sangat kasar dan bodoh hingga aku muak"

"Kau menyukaiku? Bagaimana bisa hal remeh yang kau rasakan bisa disebut rasa suka? Kau bilang menyukaiku tapi membenciku yang kasar, kau bilang menyukaiku tapi menganggap aku menjijikan, bukankah itu tidak masuk akal?"

"Aku kasar dan bodoh katamu? Jika ada orang baru yang datang mengambil semua yang kau usahakan dengan begitu mudahnya apa kau akan rela?"

"Aku bisa! Aku bisa mengalah karena aku bukan orang serakah sepertimu!"

"Apa menginginkan kasih sayang keluargamu juga disebut serakah?...."

Semua orang meminta Raeya untuk mengalah tapi yang mereka minta untuk relakan adalah kasih sayang keluarganya.

Semua orang mengatakan bahwa dia serakah tapi apa yang tidak ingin dia berikan adalah hal-hal yang harusnya dia miliki.

Jadi kenapa... Kenapa Raeya harus mengalah? Kenapa Raeya bisa menjadi serakah? Saat yang dia ingin jaga hanyalah apa yang ditakdirkan untuknya.

Faktanya Raeya sebenarnya sangat tahu diri, dia tidak memaksakan kasih sayang ayahnya padanya, dia tidak menghasut teman Tesa untuk menjauhi pemuda itu, dia hanya sedikit egois pada Kaiser.

Bahkan jika dia selalu mengganggu Tesa, yang paling menyedihkan sebenarnya dirinya sendiri. Tesa punya banyak orang yang melindungi dan menyayanginya tapi Raeya tidak punya satupun bahkan ibunya sendiri seperti bukan miliknya lagi.

"Kembalilah kedalam, aku sudah memesan taxi tidak perlu mengantarku"

Galen menatap Raeya yang perlahan menjauh, dalam sudut pandang Galen pemuda itu pantas dibenci semua orang karena dirinya yang kasar. Dibanding Tesa yang lembut Raeya terlihat sangat menjijikan, Tesa sangat baik tapi Raeya harus hidup dengan segala pengabaian yang diberikan padanya.

Galen memang pernah menyukai Raeya, dia ingat pemuda itu pernah menolongnya yang hampir pingsan dan mengomelinya karena menyusahkan tapi mendengar hal hal yang keluar dari mulut Tesa mengejar Raeya mengubah pikiran Galen tentang pemuda itu dia berpikir bahwa kebaikan Raeya hanya pura-pura dan dia adalah orang jahat yang ingin menyakiti saudaranya.

Galen mungkin membenci Raeya karena pemuda itu tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan Galen tentangnya.

......

Raeya berbohong, dia tidak memesan taxi buktinya pemuda itu tengah berjalan lemas di tengah perkotaan yang ramai.

Dia melihat sepasang kekasih yang bertengkar, ada juga yang tengah berlutut melamar kekasihnya, ada anak yang naik kepundak ayahnya, ada juga anak kecil yang dibungkus erat agar tidak terkena angin malam.

Jalanan sangat ramai dengan orang yang berlalu lalang, hanya Raeya yang terlihat sedikit menyedihkan dengan pakaian tipis yang dikenakannya.

Banyak pasang mata yang jatuh pada sosoknya yang indah tapi itu mungkin karena bajunya yang tipis untuk udara yang mulai mendingin.

Raeya tersentak, kaget karena tiba-tiba sebuah mantel yang kebesaran ditubuhnya telah di gantung baik di pundaknya.

Raeya berbalik dan mendapati iris gelas yang mampu membuatnya terdiam.

"Sepertinya kita sering sekali bertemu" Orang di depannya tersenyum sampai matanya hilang terlihat lucu untuk wajahnya yang biasanya datar.

"Kenapa tidak pakai mantel atau jaket? Musim dingin sudah dekat dan suhunya turun sedikit"

"Terimakasih"

"Apa kau sendirian?" Tanya Eiran.

"Iya, ngomong-ngomong tempat ini memang biasanya rame?"

"Tidak, di dekat sini ada pasar malam yang baru buka. Mau pergi?"

"Sepertinya tidak per-"

"Ada banyak jajanan didalamnya ayo!"

C'est Ma VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang