"Hahh" Galen mendudukan dirinya dilantai rooftop yang dingin, dirinya dilanda pusing dan gelisah.
Galen ingat pernah menyukai Raeya dua tahun yang lalu, dia memperhatikan gerak gerik Raeya yang selalu berusaha mendekati kaiser saat itu.
Galen masih ingat betapa indahnya senyum Raeya, dia masih ingat betapa lucunya pemuda itu saat bibirnya mengerucut tanda tidak puas, dia juga ingat seberapa keras usaha pemuda itu.
Galen seolah hanya menutup mata sebentar dan keadaan telah sepenuhnya berubah, saat ini dia membenci Raeya mati matian entah karena dia berbuat buruk atau karena dia ingin Raeya terlihat buruk dia sendiri tidak mengerti.
"Tadi itu sangat seru haha" Suara yang terdengar tiba tiba mengejutkan Galen.
"Ck si Galen itu memang keterlaluan padahal dia cuman orang luar tapi sok sekali"
Dua pemuda yang baru datang tidak menyadari kehadiran sosok yang mereka bicarakan, mereka berdua mungkin ingin bolos dan bersantai di rooftop.
"Menurutmu siapa yang benar?"
"Tentu saja Raeya, hanya orang bodoh yang menyangkalnya. Kaiser dan 2 temannya adalah contoh itu"
"Aku pernah dengar rumor, katanya Galen pernah menyukai Raeya"
"Hah? Rumor apanya? Memang benar kok"
"Sungguh?! Dari mana kau bisa tahu?"
"Aku beruntung, saat sedang bosan aku berjalan jalan di taman dekat rumahku aku masih mengingatnya walaupun kejadiannya dua tahun yang lalu. Aku melihat Galen membawa buket bunga dan taman itu sepertinya di hias secara khusus tapi ekspresi Galen sangat menakutkan waktu itu.
Aku penasaran dan mencoba menguping, ternyata Galen tidak sendirian dia bersama Tesa disitu aku mendengar Tesa yang membujuk Galen untuk pulang katanya Raeya tidak mungkin datang dan semacamnya, mungkin Galen membencinya karena malu ditolak?"
"Ckckck jangan percaya Tesa dia itu tidak sepolos dan sebaik yang kita lihat, dua tahun yang lalu saat kita masih murid baru Raeya diikutkan lomba oleh sekolah lalu Tesa tidak Terima karena merasa temannya jauh lebih mampu, guru tidak memperdulikan nya tapi Raeya tidak masuk saat hari perlombaan jadi anak itu menggantikannya"
"Lalu apa hubungannya dengan Tesa?"
"Saat itu aku sangat penasaran jadi aku datang ke rumah mereka, saat aku datang kepala pelayan mengatakan kalau Raeya sedang sakit awalnya sih aku percaya tapi aku tidak sengaja menguping percakapan para pelayan.
Katanya 'tuan muda Raeya selalu membuat masalah! Untung saja tuan muda Tesa mengatakan yang sebenarnya kalau tidak teman tuan muda yang malang terpaksa tidak ikut perlombaan' 'kau benar, untung saja tuan menghukum tuan muda dan melarangnya untuk keluar aku harap tuan muda Raeya berhenti merepotkan orang lain' seperti itulah yang aku dengar"
"Jadi maksudmu dia tidak bisa ikut perlombaan karena dikurung di rumah?"
"Yap! Tapi apa peduli ku itu urusannya sendiri aku terlalu malas untuk terlibat"
"Tapi jika kau tidak memberitahukan kebenarannya semua orang akan mengira Raeya sengaja tidak masuk kan?"
"Jadi kenapa? Toh bukan aku yang dimarahi semua orang, lagipula sangat seru melihat dia yang mencoba menjelaskan tapi tidak ada yang mau percaya"
"Ya kau benar juga hahahah"
BRAKK...
Pemuda yang bercerita tadi jatuh tersungkur karena di dorong oleh Galen, dia sedikit ketakutan dan gugup melihat kemarahan yang terpancar dari wajah pemuda itu.
Galen menarik kerah pemuda itu dengan keras lalu memukul wajahnya hingga lebam dia memukul mereka berdua secara membabi buta.
Jadi seperti itu...
Galen selalu ingat hari itu, dia sampai bolos sekolah karena terlalu semangat menyiapkan semuanya tapi dia masih tahu karena Tesa sendiri yang mengatakan padanya bahwa dia akan datang terlambat karena ingin mengantar temannya mengikuti perlombaan terlebih dahulu.
Tapi kenapa Tesa tidak memberitahunya kalau Raeya tidak bisa datang? Kenapa pemuda itu menyemangati nya untuk menunggu Raeya yang tidak diperbolehkan keluar? Kenapa dia membuatnya menunggu untuk seseorang yang jelas jelas tidak bisa datang?
Hari itu, Galen berjanji pada Tesa kalau dia akan pulang sebentar lagi dia hanya ingin menunggu sedikit lagi tapi nyatanya dia menunggu sampai matahari tenggelam, bulan mulai nampak, dan taman menjadi sepi.
Semakin dia menunggu semakin kuat kebenciannya sampai akhirnya dia pulang dengan semua kebencian yang dia tanam dengan sendirinya.
Kenapa Raeya tidak menjelaskan? Karena dia sibuk berurusan dengan para guru dan siswa lain yang sibuk memarahinya karena terlalu tidak bertanggung jawab.
Raeya tidak sempat dan Galen tidak bertanya, bahkan jika dia ditolak hari itu Galen akan menerimanya karena dia tahu Kaiser lah yang Raeya inginkan bukan dirinya.
Tapi semuanya terlanjur kacau, Raeya harus berhadapan dengan tatapan yang tidak sedap setiap harinya sedang orang yang tahu kebenarannya diam menonton keseruan lalu dia datang memperparah luka Raeya dengan membencinya secara tiba tiba.
Hanya karena merasa sakit dia jadi berpikir untuk melukai orang lain, tapi hal apa yang membuat Raeya pantas untuk disakiti?
Tidak ada yang mempercayai pemuda itu.
Tidak ada yang mendukung pemuda itu.
Tidak ada yang mau membelanya walau tahu kebenarannya.
Raeya sudah cukup terluka tapi dia memilih untuk semakin melukainya dengan cara yang sangat jahat.
Galen tidak sadar kalau dia menangis, entah karena merasa bersalah atau karena menyesal tidak bertanya lebih dulu soal kejadian hari itu.
Sesuatu terasa mengganjal di hatinya, dia membenci pemuda itu untuk alasan yang sangat konyol sama konyolnya seperti dirinya.
Jika seseorang punya warnanya sendiri sudah di pastikan mereka akan melihat Raeya sebagai warna hitam pekat yang biasa biasa saja, warna gelap yang akan menghancurkan cerahnya warna lain.
Tapi warna itu adalah warna yang semua orang tetapkan untuknya tanpa bisa dia tolak atau gantikan.
Saat seseorang membutuhkan warnanya yang gelap dia akan membagikannya sebanyak yang mereka butuhkan karena jika terlalu banyak mereka akan marah dan jika kurang mereka akan tidak puas jadi dia harus hidup dengan warna yang suram itu sambil berusaha memberikan yang terbaik yang dia punya.
Apakah itu adil? Tentunya tidak.
Tapi seperti kebanyakan orang, mereka tidak akan peduli selama orang yang menyedihkan itu bukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
C'est Ma Vie
Fanfictionsekuat apapun Raeya berusaha yang didapatinya hanyalah lelah di penghujung jalan. tidak ada yang datang, tidak ada yang pergi, tidak ada satupun yang peduli pada sosok yang kejam sepertinya. harusnya dia sadar diri, harusnya Raeya tidak sok berani...