15. Kisah yang lain

2K 277 4
                                    

Eiran duduk di meja belajarnya dia hanya duduk melamun disana entah memikirkan apa. sebuah ketukan menarik atensinya, dia berjalan untuk membukakan pintu.

Di depannya ada Raeya dengan piyama dan wortel kecil di tangannya.

"Aku tidak nyaman tidur di kamar tamu" Kata Raeya malu malu.

Eiran membuka pintu kamarnya semakin lebar sebagai tanda perizinan.

"Aku di skors selama seminggu" Eiran melihat pemuda yang sedang berbaring di kasurnya sambil menatap langit langit.

"Sungguh?" Eiran ikut berbaring dengan pemuda itu.

"Iya, katanya karena aku banyak menyumbang piala pada sekolah jadi mereka tidak mengeluarkanku"

"Apa kau keberatan mereka melakukan itu?"

"Tidak, menurutku aku sudah sangat beruntung karena tidak di keluarkan benar?" Raeya berbalik mendapati Eiran yang menatapnya sedikit tidak puas.

"Apa itu salah?" Katanya sedikit bingung.

"Salah"

"Bagaimana bisa kau merasa beruntung?
Jelas jelas kau korbannya kenapa harus merasa beruntung karena mereka menghukummu sedikit lebih mudah?"

"Aku ingin ini menjadi yang terakhir kali, aku tidak akan membiarkanmu mengambil kesalahan yang bukan milikmu Raeya. Kau bisa menolaknya, kau bisa membantah mereka kau harus membela dirimu"

"Mereka tetap tidak akan percaya jadi apa gunanya?"

"Mereka mungkin tidak percaya tapi kau masih punya aku kan?"

Lama Raeya terdiam, mungkin bingung harus menjawab apa atau masih ragu membenarkan pertanyaan Eiran.

"Kau hanya perlu mengatakan yang sebenarnya Rae, bantah jika mereka salah lalu biarkan aku yang menyadarkan mereka biar aku yang membuktikan apa yang kau bilang. Kau tidak perlu mengaku salah hanya karena mereka mengatakan kau salah"

Raeya dulunya seperti itu, jika merasa dirugikan dia akan bersuara dia akan membela diri, dia tidak akan terima.

Tapi seiring berjalannya waktu dia mulai lelah, dia mulai mengambil kesalahan yang bukan miliknya kadang dia akan menghubungkan masalah itu dengan dirinya.

Dia berteriak sangat keras tapi tidak ada yang mendengar jadi dia belajar menerimanya diam diam, dia belajar mengobati lukanya sendirian, dia tumbuh dengan pikiran negatif yang orang orang pikirkan tentangnya.

Raeya pikir jika dia menerimanya orang orang akan memaklumi dirinya namun sebaliknya mereka malah semakin melukainya dengan tidak bermoral.

Karena berpikir Raeya akan menanggungnya mereka semakin seenaknya menyalahkannya atas semua hal kecil dan besar yang terjadi.

Dia sudah berteriak sangat keras hingga pita suaranya ingin putus tapi tidak ada yang pernah percaya apa yang dikatakannya.

Sebaliknya Eiran...

Pemuda itu bahkan belum tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi masih ingin mendukungnya, dia tidak berteriak dia bahkan tidak mengatakan apa pun tapi pemuda itu langsung percaya padanya.

"Jangan menangis" Suara lembut Eiran menyadarkannya. Entah sejak kapan air matanya menetes, Raeya rasa dia menjadi sangat mudah menangis saat di dekat Eiran.

"Tidak, aku tarik kembali kata kataku menangis saja jika kau ingin menangis tidak apa apa itu hakmu mulai sekarang lakukan apa pun yang kau mau. Tapi usahakan jangan banyak menangis kepalamu akan sakit dan matamu akan membengkak nantinya oke?"

Raeya mengangguk, pemuda itu menenggelamkan wajahnya di dekapan hangat Eiran.

"Aku punya sebuah kisah, tapi akhirnya cukup menyedihkan kau mau dengar?"

"Mn!" Raeya mengangkat kepalanya secepat yang dia bisa, Eiran tidak bisa menahan senyum melihat tingkahnya.

"Kali ini aku akan menceritakan tentang kisah dua peri penjaga bunga higanbana,  kau tahu bunga apa itu?"

"Aku tahu bunganya indah tapi beracun"

"Bunga higanbana sangat unik salah satunya adalah pertumbuhannya. Setiap kali bunganya mekar daunnya akan gugur begitupun sebaliknya saat daunnya tumbuh bunganya akan layu.

Dalam sebuah legenda diceritakan ada dua peri yang di beri tugas untuk menjaga bunga higanbana di neraka, peri manju dan saka.

Manju bertugas untuk menjaga bunganya sedang saka bertugas untuk menjaga daunnya yang di perintahkan oleh sang dewi.

Sang dewi melarang mereka untuk meninggalkan tempatnya masing masing namun karena penasaran mereka melanggar perintah itu.

Kedua peri itu bertemu pada saat daun higanbana mencapai kelopak bunga, sejak pertemuan itu mereka jatuh cinta pada pandang pertama.

Hal itu diketahui oleh sang dewi, sang dewi sangat murka karena kedua peri itu melanggar perintahnya, dia mengutuk mereka berdua agar tidak pernah bisa bertemu untuk selamanya. Karena itulah bunga yang dijaga manju tidak pernah bisa bersama dengan daun saka."

"Eiran... Kenapa orang yang berkuasa selalu berbuat seenaknya? Bahkan jika kedua peri itu salah mereka tidak menyebabkan kerugian apapun"

"Karena ego, seringkali demi memberi makan ego kita sampai menutup mata atas luka yang kita beri pada orang lain. Ibumu adalah contohnya"

"Ibuku tidak jahat" Kata Raeya pelan.

"Tapi dia meninggalkan mu menderita sendirian"

Dalam pandangan Eiran, orang yang paling berkontribusi atas kematian Raeya adalah ibunya yang bodoh, dan egois.

Raeya juga tahu, dia tidak bodoh selama ini dia selalu menunggu ibunya untuk datang dan meminta maaf tapi itu hanya harapan kosong.

Faktanya Raeya masih tidak bisa membencinya.

C'est Ma VieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang