04 - Tentang Tuan Si Pencuri Detak

56 16 0
                                    

🌸🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸🌸

Aku sempat mengira, kalau kepribadian Calix itu akan sama seperti Ares. Ternyata, aku sudah berburuk sangka setelah mendengar kalau mereka berteman. Tentu saja, Calix persis seperti apa yang pernah aku pikirkan. Dia ramah, manis, tampan, keperibadiannya baik, ceria, dan sedikit misterius. Bagaimana pun, dilihat semakin lama, aku malah semakin jatuh padanya.

Sejujurnya, di balik meja yang masih berantakan, aku diam-diam mencuri pandang. Aku takut, gelisah, khawatir, kalau sampai Ares bercerita yang tidak-tidak tentangku pada Calix.

Ah, sial. Aku terlalu terbuka pada Ares selama ini. Sampai akhirnya, aku ketahuan memata-matai mereka berdua. Aku tersenyum karena tidak sempat membuang muka, lalu lenganku refleks mengangkat sebuah vas berisi bunga yang tidak aku tahu namanya.

"Kapan selesai kalau kerjamu hanya memperhatikan kami? Apa mengangkat bunga akan cepat menyelesaikan pekerjaan kita?" Ares malah banyak bicara,  padahal aku hanya ingin menghabiskan waktuku untuk memandang Calix lebih lama.

"Aku mau bertanya, baiknya bunga ini aku taruh di mana? Tapi, bunga ini apa namanya? Terlihat seperti Lily," ucapku asal, malah membawa langkah Ares mendekat padaku.

"Itu memang Lily, Lian."

Aku tertegun, bukan karena akhirnya akuntahu nama bunga ini, tapi karena baru saja Calix memanggilku dengan nama panggilan yanh terdengar manis, Lian.

Mataku berlarian, kemudian senyum kecil Ares jatuh dalam garis pamdangku. Aku belum pernah melihat senyum seperti itu, sebuah seyum yang mewakili kata selamat.

 Aku belum pernah melihat senyum seperti itu, sebuah seyum yang mewakili kata selamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, iya, Lilinya cantik. Kalau begitu, aku ...." Aku terhenyal, begitu Calix dengan cepqt membawa tubuhku menjauh dari vas yang terjatuh dari tanganku.

Matanya yang bulat bertambah bulat, menatapi pecahan vas yang baru saja jatuh. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Calix entah sadsr atau tidak, wajahnya nyaris menyentuh keningku.

Ya, posisi kami tepat seperti orang yang sedang berpelukan.

"A--aku, iya, tidak. Ah, maksudku tidak apa-apa," jawabku gelagapan.

THE SILENT SUN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang