Prolog • Hujan dan Bumi

362 29 0
                                    

PROLOG -Hujan dan Bumi-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROLOG
-Hujan dan Bumi-

🕳️🕳️🕳️🕳️


Jatuh cinta sendirian, beberapa orang sudah akrab dengan kalimat itu. Seperti sebuah kutip tanpa isi, kosong dan tampak tidak berarti. Singkatnya, seperti itu, soal jatuh cinta sendirian.

Jatuh cinta pada pandangan pertama adalah kalimat yang bisa mewakili aku, Lilian muda—Lilian berusia 16 tahun yang jatuh cinta pada anak laki-laki murah senyum. Manis sekali, sampai hatiku selalu berdebar setiap kali melihatnya. Senyum yang bahkan bukan terukir untukku—lebih tepatnya, aku jatuh cinta pada pemuda yang tidak pernah berdebar karenaku.

Jiwa mudaku yang serakah, kerap kali ingin melihat senyum itu dalam jarak dekat. Namun, aku takut debarnya didengar tuan sang pemilik senyum itu.

Sadar diri adalah bagian terpenting bagiku. Aku tidak mau terbuai dengan kalimat—cinta tidak datang seperti keajaiban, dapatkan dengan penuh keberanian, atau relakan dengan penuh keikhlasan. Sialnya, aku tidak berani mendapatkan, atau pun merelakannya dengan ikhlas. Aku yang hanya seorang gadis biasa ini, lebih memilih menyimpan cinta itu sendirian.

Meski bukan lagi zamannya mencintai dalam diam, aku menyukai sensasinya. Sebab, aku tidak akan pernah menghadapi perpisahan, karena memang tidak pernah ada ikatan di antara aku dan pemuda itu sebelumnya. Hanya aku yang jatuh, sisanya tidak terbalas.

Namun, semakin lama menyimpan, aku justru jatuh lebih dalam pada cinta yang tidak pernah aku perjuangkan. Aku seolah jatuh, lalu tersesat dalam labirin tanpa akhir.

Jatuh cinta sendirian adalah kata lain dari sakit hati yang tidak akan pernah sembuh, semakin lama disimpan akan semakin lama sakitnya. Sebab, obat patah hati dari cinta yang tidak bisa dimiliki, tidak terobati hanya dengan memandang senyum manis tadi. Bukan pula memiliki—tapi, mengikhlaskan dengan penuh perayaan.

Perayaan patah hati, misalnya?

Meski patah hati setelah mencintai sepihak itu tidak akan berlangsung selamanya, aku akan menerimanya dengan lapang dada, seandainya Calix menemukan bagian lain dari dirinya. Bagian dari takdir yang akan menggenapi setiap langkahnya, sebelum dia kembali pada tempat abadi. Aku akan mencoba untuk ikhlas.

Jika aku masih bertahan dengan perasaanku, maka itu adalah konsekuensi paling sederhana dari caraku mencintai manusia.

Aku akan menunggu momen patah hati itu tiba, sambil menikmati jatuh cinta pada pria yang tidak akan pernah bisa menjadi milikku. Bagaimana pun, sepertinya aku akan tetap jatuh cinta pada orang yang sama, meski harus patah hati berkali-kali nantinya.

Bodoh, bukan? Meskipun begitu, aku tidak akan pernah menyesalinya. Calix Vallerion, satu nama yang sudah abadi dalam setiap barisan puisi-puisiku.

Jari lentik ku berhenti menari pada sebuah kertas putih, secara alami sudut bibir ku tertarik ke atas melekukkan satu senyum sebagai perayaan patah hatiku.

THE SILENT SUN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang