Aku lihat Calix melebarkan matanya, setelah mendengar ucapanku."Aku hanya ingin mengatakannya, padamu. Benar kata Ares, sangat tidak adil kalau oramg lain tahu aku menyukaimu, tapi kamu tidak. Maaf, karena siapa pun yang aku temui, aku selalu mengatakan kalau aku menyukaimu."
"Lian ...." Aku tersenyum, lalu memberi payung itu pada Calix, aku tidak mau ketahuan kalau aku sedang menangis, jadi aku memutuskan untuk meleburnya bersama hujan.
Setelah payung itu Calix terima, aku berlari, llenganku berusaha mengusap air mata yang terus mengalir dari pipiku. Dasar cengeng, tapi aku bangga sudah mengatakan kalimat yang sudah aku simpan bertahun-tahun di dalam dada.
Aku menyukaimu, dan aku mengikhlaskan perasaanku.
Katanya, kita seharusnya punya satu momen memalukan dalam hidup. Sekali saja, katanya. Tapi sepertinya, karena kebodohanku, aku melakukannya terlalu sering.
Aku menghela napas panjang, membiarkan orang-orang menatapku yang berjalan sendirian dengan dress cantik kebasahan, selepas kota ini diguyur hujan. Hujan mendadak reda saat aku sudah berlari terlalu jauh.
Aku berlari sekencang yang aku bisa saat aku mengungkapkan perasaanku dengan payah pada Calix. Seharusnya, aku memeluknya, tapi aku malah berlari, seolah aku sudah melakukan kesalahan. Padahal, aku hanya jatuh cinta. Ah, bukan. Aku sedang memasrahkan perasaanku pada tuan yang perasaannya bukan untuk aku.
Ponselku terus berdering, aku tahu pasti itu dsri Ares. Aku mengabaikan panggilan dari Ares, dan melanjutkan langkahku yang tanpa arah.
Aku menghentikan langkahku di sebuah toko baju, riasanku mungkin sudah luntur sejak tadi. Aku melangkah masuk ke dalam sana, pelayan di sana tersenyum hangat menyambutku.
Aku hanya mengikuti kata hatiku untuk mengambil sepotong kain cantik sebaga ganti dari kain yang sudah aku basahi.
"Aku mau ini, boleh aku pakai ruang gantinya?" tanyaku selesai mengambil sepotong dress berwarna krem lalu berdiri di depan kasir untuk membayar.
"Silahkan, Kak. Mari saya antar," ucap pelayan itu kemudian betulan mengantarku.
Aku menghela berkali-kali sebelum akhirnya aku memutuskan untuk mengambil ponselku. Nama Calix dan Ares berada di dalam layarku.
Aku tersenyum, lalu ingin berteriak. Ah, aku tidak bisa meghadapi mereka. Aku terlalu malu menghadapi dua orang itu. Intinya, mulai hari senin, aku akan pulang larut, aku akan menghindari Ares sebisaku dan menyibukkan diri di kantor.
Selesai mengenakan pakaian baru, aku melangkah pergi keluar toko. Hujan sudah berhenti sedari tadi, bahkan matahari sudah naik.
Aku memutuskan untuk pergi ke tempat aku memiliki janji dengan Calix. Sebab, aku tidak ingin pulang sekarang. Tempat tidur bukan solusi untuk perayaan patah hatiku kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SILENT SUN (TERBIT)
Literatura FemininaIni kisah tentang Lilian Anantari, perempuan cantik yang gemar menyimpan cintanya sendirian pada anak laki-laki bernama Calix Vallerion. Bagi Lilian, Calix adalah matahari pada langit sore yang indah. Lilian yang jatuh cinta setiap hari selalu menik...