13 - Satu Debar Di Bawah Hujan

29 13 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌺🌺🌺🌺🌺

Sore hari datang lagi, aku sedikit ragu untuk menemui Calix. Namun, akhirnya aku sampai di pelataran toko lelaki itu. Apa seharusnya aku tambahkan hunga swbagai hadiah lainnya? Tapi, lagi-lagi aku takut kalau Calix tahu perasaanku.

"Ares," panggilku pada lelaki yang masih duduk di atas motor.

Dia menungguku menyiapkan diri sebelum aku menghampiri Calix dan mengganti vas yang aku pecahkan.

"Maksud ucapanmu apa? Kenapa aku harus berhenti menyukai Calix?"

Lelaki itu terdiam sejenak. Bulu matanya yang lebtik jatuh menyentuh pipi, saat dia terlalu banyak menatap kakinya sendiri. Akhirnya, saat mendengar aku menghela napas panjang, pandangan kami bertemu.

"Tidak ada, aku hanya ingin memberitahumu saja. Kalau kamu memang menyukainya, coba menjadi sedikit lebih berani, sebeluk terlalu jauh. Atau, jika kamu memang tidak ingin rugi apa pun, maka coba lihat sekelilingmu. Mungkin saja, kamu bisa menemukan cinta baru."

Aku tahu, Ares berkata begitu karena dia sendiri tahu bagaimana bentuk perasaan itu. Bertahan aku siapa, berjuang untuk apa?

Aku hanyalah orang asing yang tidak sengaja jatuh cinta, pada keindahan yang Tuhan ciptakan. Dia berupa tampan, bernama indah, kekurangannya hanya satu, dia diciptakan bukan untuk aku.

"Menjadi lebih berani? Memang aku sepengecut apa? Ares ...."

Ucapanku terhenti, ketika gerimis kecil datang tanpa diundang. Lengan Ares mengenggamku, kami berlari karena gerimis tadi tiba-tiba datang membesar. Tanpa sadar, aku tertawa di bawah derasnya hujan. 

Sesampainya di toko Calix, bagian atas tubuhku kebasahan. Ares lekas membuka pintu kaca, dia melangkah masuk ke dalam. Namun, dia mendadak menghentikan langkahnya. Tubuhnya dengan cepat memeluk aku, dia menyembunyikan wajahku di balik tubuh tingginya.

"Ares ...."

"Lili, kita pulang saja," ucapnya membuatku penasaran. Apa yang sebenarnya dia sembunyikan di balik tubuhnya.

Namun, aku mendorong tubuh Ares cukup kasar. Tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang. Lalu, aku melihat apa yang di sembunyikan Ares tadi. Seorang wanita yang tidak aku tahu siapa, tengah menangis dalam pelukan Calix.

Tahu tidak, bagaimana rasanya mendengar kabar yang tidak ingin kalian dengar? Tidak tahu apa-apa itu memang lebih baik, daripada mengetahui hal yang seharusnya tidak kita ketahui.

Aku menelan pahit patah hati, padahal memiliki saja tidak pernah. Ceritanya, aku hanya menyukai pria yang tengah memeluk gadis lain di depan mataku. Mataku mendadak panas, taoi aku tidak ingin menangis sekarang. Aku harus menguatkan diri untuk memberi hal yang seharusnya aku beri.

Ah sial, padahal aku sudah terbaawa perasaan untuk hal-hal yang tentu saja palsu. Aku kira, Calix serius saat mengajakku untuk berteman—ah benar. Konteksnya adalah teman. Bukan salah Calix, aku yang terlalu belebihan menanggapi baiknya sebagai balasan atas perasaan yang tidak pernah aku sampaikan.

THE SILENT SUN (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang