╞═════𖠁25𖠁═════╡

53 5 1
                                    

Tepat pukul 12.15 mobil yang dikendarai Sehun memasuki sebuah rumah makan yang ada di daerah sekitar kantor pusat. Rumah makan khas Jepang yang memberikan sensasi dan cita rasa dari negara tersebut. Sudah beberapa hari ini Jongin menginginkan makanan khas Jepang yang bercita rasa pedas.

"Sayang, kamu sudah lama sampai?"
Tanya Jongin, menghempaskan tas tangannya di atas meja. Ia memilih duduk di samping Sehun.

"Belum lama"
Sehun menjawab singkat. Tersenyum menatap suaminya yang tampil cantik kali ini.

"Kamu mau makan apa, Sayang?"
Tanya Sehun membuka buku menu

"Aku mau ramen, sama udon ya Sayang. Minumnya samain aja sama kamu"
Jongin menjawab dengan ringan, tangannya segera mengambil ponsel yang ada di dalam tas nya dan mulai melakukan panggilan telfon dengan putra tunggalnya yang ada di rumah.

___________


Setelah hampir dua jam menikmati makan siang, Sehun memutuskan mengajak Jongin kembali ke kantor. Ia ada janji bertemu dengan Nara. Gadis muda itu dimintanya ke kantor untuk mengambil laptop yang sudah di siapkan Taeil.

Sebelumnya, Kris juga sudah melaporkan padanya kalau telah selesai mengantar ibu Nara ke rumah sakit. Ada beberapa kondisi yang membuat wanita tua itu harus menjalani rawat jalan dan mengonsumsi obat-obatan dengan teratur. Tekanan darah tinggi, kolestrol sedikit di atas normal. Ditambah lagi ibu Nara memiliki penyakit gula yang sudah lama dideritanya.

Memilih bertanggungjawab pasca meninggalnya Ayah Nara akibat kelalaian Kent, Sehun pribadi tidak keberatan menggelontorkan sejumlah uang untuk pasangan ibu dan anak itu selagi masih dalam tahap normal.

Mereka kehilangan kepala keluarga dan penyokong hidup, Sehun merasa tidak masalah kalau harus membiayai kehidupan ibu dan anak itu sampai Nara menamatkan kuliah dan bisa mencari uang sendiri. Anggap saja berbuat baik pada sesama. Baginya, uang sebesar itu tidak ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan tas-tas mahal Jongin.

"Temani aku ke kantor, setelah itu kita pulang bersama"

Sehun menggandeng tangan Jongin, berjalan masuk ke kantor. Tampak beberapa staff menyapa keduanya. Seperti biasa, hanya Jongin yang akan menjawab dengan senyuman dan anggukkan. Sehun hanya akan memasang wajah datar.

"Sayang, kamu pulang cepat?"
Tanya Jongin heran.

"Humm, aku ingin bermain lebih lama bersama Yichan, kemarin aku meninggalkannya seharian"

Sehun menjelaskan dan menggandeng suaminya masuk ke dalam lift.

Begitu keluar dari dalam lift, baik Sehun maupun Jongin mengernyit heran saat melihat meja Taeil kosong. Bukannya apa-apa, saat ini sudah hampir jam tiga sore. Tidak biasanya sang sekretaris meninggalkan mejanya dan berkeliaran.

"Taeil, kemana?"
Jongin bertanya berusaha mencari jawaban untuk rasa penasarannya.

Sehun menggeleng, sembari mendorong pintu ruang kerjanya. Ia sudah tidak sabar ingin memeluk dan mencium Jongin. Bahkan sejak dua jam yang lalu, keinginan itu membuncah di dada. Namun apa daya, Ia tidak bisa sembarangan menggerayangi suaminya di tempat umum.

"Sayang, aku merindukan pelukanmu"

Ucap Sehun begitu keduanya masuk ke dalam ruangan. Belum sempat duduk, bahkan pintu ruangan baru saja tertutup rapat. Kecupan hangat di labuhkan Sehun di sekujur wajah suaminya, diakhiri ciuman dalam dan penuh cinta di bibir merah mudah yang menggodanya sejak tadi.

Kedua tangan Jongin sudah melingkar manja di leher sang suami. Tentu saja ia juga memberi sambutan yang tak kalah hangatnya. Pertautan bibir itu begitu dalam, bukan hanya saling menempel. Namun menyalurkan cinta keduanya. Bersandar di pintu Jongin menikmati setiap manis yang dibagi Sehun. Nafas menderu dan beradu, ciuman itu sanggup membuat keduanya hilang kesadaran sesaat. Melayang terbang ke awang-awang.

the love story of hunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang