╞═════𖠁6𖠁═════╡

71 9 1
                                    

Jongin sudah sibuk dj dapur sejak hari masih petang, bahkan matahari masih malu-malu menunjukkan sinarnya. Memiliki jagoan membuat tugas pagi Jongin bertambah. Selain harus  menyiapkan sarapan pagi Sehun, dia juga harus menyiapkan makanan pendamping untuk anak-anaknya.

Dia baru saja selesai mengupas kentang, brokoli dan salmon, yang nanti akan diblender untuk putra semata wayangnya. Tiba-tiba di tengah kesibukannya, dua tangan kekar menyusup melewati pinggang ramping dan mengunci perutnya.

"Morning, Sayang"
Ucap Sehun dengan suara serak, menjatuhkan dagunya di pundak Jongin.

"Kenapa bangun pagi-pagi sekali?"
Tanya Jongin, menepuk pelan wajah sang suami yang sedang bermanja-manja dengannya.

"I miss you"
Bisik Sehun pelan ditelinga Jongin, sembari mengeratkan belitan tangannya.

"Kita bertemu setiap hari, apa yang kamu rindukan?"
Tanya Jongin. Terlihat dia sedang memotong dua buah alpokat dan membuang bijinya. Dipecahkan telur ayam omega dibagian tengan alpokat dan dibubuhi sedikit garam"

"Sayang, pada hitamnya sedikit saja"
Pintar Sehun samberi mengecup pipi Jongin.

"Ya"

"Selesaikan secepatnya. Temani aku. Tadi aku sudah meminta Mina mengurus Yichan"

"Mau apa lagi? Aku harus belajar membuat resep baru buat Yichan, supaya dia lahap makannya"
Jongin berasalan. Tangannya dengan cekatan memasukkan alpokat telur ke dalam microwave dan mulai memanaskan setelah menyetel waktu dan menekan tombol start.

"Ikut saja denganku"
Sehun melepas celemek dari tubuh Jongin.

Pria matang itu berdiri di depan Jongin dan membetangkan kedua tangannya.

Jongin memainkan kedua alisnya, kebingungan dengan maksud sang suami.

"Lets go!"
Sehun memberi kode pada Jongin supaya meloncat dan naik ke gendongannya seperti dulu, kebiasaan yang sering mereka lakukan saat si kembar belum hadir di tengah keduanya.

Jongin yang sudah paham, segera melempar kasar kain lap dari tangannya dan menghambur naik ke gendongan Sehun. Keduabtangan bergelayut di leher dan kedua kaki melingkar bundah di pinggang sang suami layaknya bayi koala.

"Aku merindukan semua ini"
Bisik Sehun. Ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, berjalan menuju ruang kerjanya.

"Serius?"
Tanya Jongin, mengecup ujung hidung mancung prianya.

"Hmmm"
Sehun mengangguk.

"Kehidupan rumah tangga kita tidak seperti orang lain. Kita bertengkar dan berbaikan layaknya anak kecil. Kita berdebat untuk hal penting. Kita bermain kejar-kejaran di dalam rumah dan ada banyak kegilaan yang mungkin tidak ditemukan di rumah tangga pasangan lain. Dan aku merindukannya sekarang"
Sehun berkata dengan jujur, memilih melangkah mundur sambil menggendong Jongin.

"Ayo, pandu aku sekarang. Aku tidak bisa melihat jalan"
Sehun tergelak, kemudian menutup mulutnya saat berpapasan dengan Bibi Jung yang tersenyum melihat tingkah keduanya.

"Kiri"
Jongin ikut terbahak saat kaki Sehun mulai melangkah.

"Aku ingin menua bersamamu dengan cara seperti ini"
Sehun berkata sambil melangkah mundur.

"Kanan dua langkah adalah pintu kamar ruang kerja"
Jongin memberi arahan.

"Tetap mengarahkan ku seperti ini. Aku sudah tidak muda lagi, mungkin nanti aku pikun atau mataku sudah tidak berfungsi sempurna. Bisa saja salah jalan, dan lupa jalan pulang"
Sehun berucap pelan. Mengedarkan ke sekeliling, kemudian mengecup bibir Jongin.

"Sempurna, Sayang!"
Ucap Sehun setelah melepaskan ciumannya.

the love story of hunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang