Senja memerah di sisi barat saat Jongin dan Sehun memutuskan kembali ke apartemen, sudah telalu lama rasanya meninggalkan bayi mereka pada sang pengasuh. Beberapa petinggi lainnya juga sudah berangsur meninggalkan hotel sejak tadi. Jongin bergelayut manja di lengan Sehun saat berpamitan dengan Florence. Sebagai tuan rumah dan ketua panitia acara, tentu saja Flo harus bersikap ramah pada atasan sekaligus owner perusahaan tempatnya bernaung.
"Sehun, Maaf ya Kalau ada kekurangan. Aku dan tim sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan suatu kehormatan untuk kami... Sudah dipercaya untuk menyiapkan acara ini"
Florence menyodorkan tangannya.Belum sempat Sehun menyambut, Jongin sudah mendahuluinya.
"Terimakasih... Nona Flo, aku dan SUAMIKU sangat menyukainya. Benarkan, Sayang?"
Tanya Jongin, mengeratkan dekapan di lengan suaminya.Tangannya masih belum melepas, sedikit meremas jemari Flo. Ia mengirim tatapan tajam dan mengintimidasi. Bermaksud memukul mundur lawan tersembunyi yang diam-diam mengirim signal ancaman dan menebar pesona pada sang suami sejak kemarin.
"Kalau bukan direktur perusahaan, sudah kupastikan dia hancur di tanganku"
Jongin menggerutu dalam hati."Kalau sedang ke Seoul, silahkan mampir ke kediaman kami... Nona Flo"
"Ya, em.... "
"Panggil aku Nyonya Oh"
Tegas Jongin, Ia berusaha tersenyum ramah. Wanita di depannya sudah dimasukkan ke dalam daftar ancaman. Ia tidak mau kecolongan.Sebagai seorang suami, nalurinya sudah sangat terlatih. Bagaimana tatapan seseorang yang ingin menggoda suaminya.
Hidup mengajarkannya banyak hal. Bagaimana menjadi suami dan mempertahankan statusnya itu di hadapan dunia. Ia sudah melihat banyak contoh di luar sana, banyak rumah tangga yang hancur karena adanya orang ketiga di hubungan mereka. Dan Ia tidak ingin rumah tangganya di dalam pusaran itu. Bagaimana pun, Ia akan menjaganya sampai titik darah penghabisan. Ia akan selalu berusaha agar anaknya tidak kehilangan sang Daddy.
"Baik, Nyonya Oh"
"Ah.. aku lupa. Beberapa waktu lalu Nona Flo ini pernah menghubungimu, Sayang. Aku pikir salah sambung, jadi aku mematikannya"
Jongin tersenyum. Ia tahu ucapannya terdengar tidak masuk akal, tetapi Ia hanya ingin memberitahu wanita di hadapannya agar tidak berani menganggu suaminya."Maaf... Nona Flo, suamiku tidak pernah bercerita tentangmu selama ini, jadi aku tidak tahu menahu. Next time, aku tidak akan melakukannya lagi. Maklum saja, suamiku ini tipe pria yang terbuka. Ponsel miliknya jadi ponsel kami bersama. Aku bisa membukanya setiap saat"
Jongin berkata pelan. Berharap Florence sadar, tidak ada ruang untuk mendekati Sehun dengan cara dan alasan apapun.Ia tidak peduli dikatakan orang yang menguasai suaminya. Ia tidak peduli Sehun kehilangan wibawa di depan Flo. Saat ini, Ia tidak melihat Florence sebagai bawahan suaminya, tetapi sebagai ancaman di dalam rumah tangganya. Tatapan dan lirikan Flo selama dua hari di Austria, sapa-sapaan yang terkesan manja, bagi Jongin sudah menodai keprofesionalan Flo dalam pekerjaan. Untuk itu, Jongin merasa Ia tidak perlu bersikap profesional sebagai suami dari pemilik perusahaan. Masih bagus, Ia tidak menegur Flo karena berani memanggil nama Sehun tanpa embel-embel.
____
"Kenapa bersikap seperti itu, Sayang?"
Tanya Sehun. Keduanya sudah berada di dalam mobil."Aku tidak suka dengannya, Sayang. Sejak awal aku tahu arti tatapannya. Apa kamu tidak bisa memecatnya saja?"
Keluh Jongin bersandar di pundak Sehun yang sedang menyetir."Tidak bisa, Sayang. Memecat dan menerima karyawan itu bukan seperti memperkerjakan asistenmu. Ada prosedur dan aturan. Ada kontrak kerja juga, apalagi Flo menempati posisi puncak di anak perusahaan kita. Kalau pun harus memberhentikannya, harus ada alasan yang logis. Misalnya..... dia membuat kesalahan atau____"
"Merebut suami orang"
Potong Jongin."Sayang.... "
"Iya iya aku mengerti"
"Kalau mengerti jangan marah-marah lagi"
Sehun berusaha membujuk. Menautkan jari-jarinya pada jemari Jongin."Iya"
Jongin menjawab dengan wajah cemberutnya. Terbayang, ke depan Ia harus lebih extra mengawasi Sehun."Aku menyukai kecemburuanmu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Cukup fokus pada Yichan dan aku saja. Aku berjanji akan menjaga rumah tangga ini dengan nyawaku"
Sehun mengecup punggung tangan Jongin berkali-kali."Ck.. Ya"
"Sudahlah, sampai di apartemen kita langsung beres-beres saja dan cepat kembali ke Seoul. Aku tidak rela kamu harus berbagi nafas di negara yang sama dengan wanita itu"
Gerutu Jongin."Tidak ingin jalan-jalan, hmm?"
"Nggak"
"Mau belanja dulu? Disini ada pusat brand kesukaan mu loh"
"Gak!'
"Ya sudah, nanti aku akan menyuruh Baekhyun untuk memesan tiketnya. Sekarang kamu senyum dulu, jangan tunjukan wajahmu yang seperti itu pada Yichan"
Jongin hanya mengangguk, mengatur pernafasannya terlebih dulu sebelum berusaha memasang ekspresi yang menyenangkan, siap bertemu dengan putra kesayangannya.
Jongin dan Sehun sudah saling sepakat, apapun masalah mereka entah di luar atau di dalam rumah sekalipun, ketika bertemu dengan Yichan, maka harus terlihat baik-baik saja dan bahagia. Kegelisahan atau masalah mereka bukanlah tanggungjawab Yichan, dia hanya bayi kecil yang menginginkan kasih sayang kedua orang tuanya. Sebisa mungkin Sehun dan Jongin akan memberikan itu semua.
________
KAMU SEDANG MEMBACA
the love story of hunkai
FantasiKisah 𝑂ℎ 𝑆𝑒ℎ𝑢𝑛 dan 𝑂ℎ 𝐽𝑜𝑛𝑔𝑖𝑛 sebagai sepasang orang tua baru bagi putra tunggal mereka 𝑂ℎ 𝑌𝑖𝑐ℎ𝑎𝑛. Sama-sama sebatangkara, dan hanya ditemani oleh para asisten, bagaimanakah mereka menjalaninya kehidupannya?