Purnama membulat di cakrawala malam, berpendar indah di pekatnya langit, ditemani bintang-bintang. Kemilau jingga itu sudah naik ke atas pucuk kepala, tetapi Jongin masih terjaga. Sedetik pun, Ia tak bisa merapatkan mata. Khawatir, pikiran buruk dan semua bayangan hitam berlari mengitari otaknya.
Di musim dingin ini Jongin berdiri di balkon kamar, menatap pekarangan sunyi tak berpehuni. Mobil Audi R8 sangat suami belum pulang ke peraduan. Halaman itu masih sepi, Sehun tidak meninggalkan pesan sepatah pun untuknya.
"Sayang, kamu dimana?"
"Sayang, kenapa belum pulang?"
"Sayang... "
Ada banyak tanya yang dibisikkan Jongin dalam kepalanya, hembusan nafas berat menandakan seberapa gelisah hatinya saat ini menanti kepulangan sang suami.
Ingin rasanya menangis, menatap gawai dengan tampilan barunya masih senyap. Pangggilannya tidak terjawab puluhan pesannya belum terbaca. Jongin menatap centang dia di aplikasi chat, berharap segera membiru.
Chanyeol? Sama saja. Asisten dan majikan itu seakan hilang ditelan bumi. Tidak ada kabar, tidak mengirim berita, bahkan tidak ada jejak-jejak keduanya. Sehun dan Chanyeol lenyap dalam sepi.
"Sayang... "
Bibir dingin itu berucap pelan, memanggil suaminya untuk kesekian kali.
Sedari pagi setelah berpamitan untuk pergi ke kantor, Sehun belum sama sekali menghubunginya, bahkan yang biasanya Ia akan pulang untuk makan siang bersama pun hanya angan, karena buktinya Daddy dari si gembul Yichan itu juga tak kunjung datang.
Bosan menunggu, Jongin memilih masuk ke dalam kamar sembari merapatkan piyama tidurnya yang tipis. Sempat bersin beberapa kali, sebelum menghempaskan tubuh lelahnya di atas sofa kamar. Ia sudah tidak bersemangat lagi
"Ah... "
Jongin menghela nafas berat. Gumpalan dadanya sudah mengeras, meminta dikosongkan. Entah dengan memompa asi atau menyusui lang6. Ia biasanya rutin melakukannya agar pasokan asu tetap terjaga, tetapi sekarang moodnya sedang hancur."Kamu dimana sayang? Kenapa tidak pulang? Apa aku ada salah sama kamu"
Wajah Jongin meredup, rona kecewa dan terluka itu terlihat jelas. Jongin memejamkan mata, bersandar di sofa.
Kantuk yang menyerang, membuat kepala Jongin terkulai. Tertidur dalama, sampai Ia tidak sadar saat Sehun menghubunginya. Denting pesan masuk pun menyusul setelah nada dering panjang.
[ sayang, maaf aku baru sempat menghubungi mu, ponselku tertinggal di mobil. Malam ini sepertinya aku tidak bisa pulang. Aku di rumah sakit. Hubungi aku saat bangun nanti. Love you. ]
_____________
Malam sudah berganti, pagi sudah menyambut. Di ufuk timur, matahari mulai keluar dari persembunyian, menyusup masuk dari celah tirai jendela yang tidak tertutup sempurna.
Mata indah Jongin mengerjap saat merasakan sentuhan dingin di pipi kanannya. Jongin terkejut saat membuka mata, Sehun sudah duduk disampingnya dengan rambut basah.
"Sayang, kamu sudah pulang?"
Tanya Jongin dengan suara serak. Ia berusaha bangkit dari tidur.
"Kenapa tidur di sofa, hmm?"
Tanya Sehun. Ada kilat penyesalan di dalam tatapan laki-laki itu karena semalaman Ia mengabaikan Jongin. Bahkan semua panggilan dan pesan Jongin tak satu pun di yang ga punya. Keadaannya begitu serius, Ia tidak bisa meninggalkan Nara yang sedang mendapatkan musibah kedua kalinya.
"Aku.... Ketiduran menunggumu"
Jongin menatap heran. Ia sudah berpindah tempat, sekarang posisinya bukan di sofa, tetapi ranjang empuk yang terbungkus seprei coklat muda.
"Maafkan aku. Nara menghubungiku kemarin sore. Ibunya masuk rumah sakit dan aku membantu mengurusnya. Aku tidak sempat menghubungi mu"
Sehun menjelaskan sembari mengusap rambut Jongin yang berantakan."Kamu mengabaikanku lagi"
Protes Jongin, mengalungkan kedua tangannya ke leher Sehun dengan manja. Bersandar di dada bidang suaminya, menikmati aroma parfum bercampur sabun mandi. Sehun sudah rapi dengan setelan kerja.
"Maafkan aku, hmm"
Sehun mendekap Jongin dengan erat. Wajah bangun tidur suaminya sangat menggemaskan."Kamu mau kemana hari ini?"
Tanya Sehun sembari mengecupi kening suaminya."Kepalaku sakit, Aku mau tidur saja seharian. Yichan ke mana?"
Tanya Jongin saat teringat pada si gembul. Sejak semalam Yichan tidak menangis kelaparan. Ia hanya menyusui Yichan saat hendak tidur malam saja."Aku sudah meminta Mina mengurusnya. Yichan sudah mandi dan wangi, sudah kenyang juga. Tidak perlu membuatkan kau sarapan hari ini"
Sehun tersenyum.Jongin mengangguk,
"Apa yang terjadi semalam? Kapan kamu pulang?"
Tanya Jongin, masih bermanja-manja di dalam pelukan suaminya."Baru saja"
"Apa yang terjadi?"
Tanya Jongin meminta penjelasan."Ibu Nara kritis. Aku dan Chanyeol mengurusnya. Prosesnya sedikit rumit. Awalnya Nara membawanya ke rumah sakit dekat rumah, tetapi setelah beberapa jam di sana.... Kondisinya menurun. Peralatan di rumah sakit itu tidak lengkap. Dalam keadaan kritis, kami harus memindahkan ke rumah sakit lain. Aku baru bisa pulang pagi tadi"
Sehun menghela nafas lelah, menyandarkan kepalanya di pucuk kepala sang suami."Hmm.. Istirahat lah dirumah hari ini"
Pintar Jongin sambil mengusap punggung lebar suaminya.Sehun tergelak.
"Mana bisa Sayang.. Aku harus kerja, banyak berkas-berkas yang sudah antri untuk aku sentuh sekarang"
Jongin mendongak menatap Sehun, menarik leher sang suami dan mendekatkan kedua kening mereka
"Aku juga butuh disentuh"
Bisiknya sambil menghembuskan nafas ringan didepan bibir tipis suaminya.Lagi-lagi Daddy dari si gembul itu tertawa, mengecup beberapa kali bibir penuh sang suami sambil berkata.
"Nanti malam aku akan memberikanmu sentuhan terbaikku hmm.. Tapi sekarang relakan suamimu ini bertanggungjawab untuk keluarganya dengan pergi bekerja"
Jeda sejenak
"Nanti siang atau sepulang kantor aku mampir dulu ke rumah sakit, tidak masalah kan?"
Tanya Sehun, meminta persetujuan.Jongin menggeleng.
"Jangan pulang malam lagi. Aku tidak akan mengizinkanmu menyentuhku kalau kamu melanggarnya"
Sehun hanya tersenyum tanpa jawaban, segera bangkit dan menggendong Jongin bridal style untuk membawanya ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
the love story of hunkai
FantasíaKisah 𝑂ℎ 𝑆𝑒ℎ𝑢𝑛 dan 𝑂ℎ 𝐽𝑜𝑛𝑔𝑖𝑛 sebagai sepasang orang tua baru bagi putra tunggal mereka 𝑂ℎ 𝑌𝑖𝑐ℎ𝑎𝑛. Sama-sama sebatangkara, dan hanya ditemani oleh para asisten, bagaimanakah mereka menjalaninya kehidupannya?