Jaehyun bingung dengan sikap istrinya setelah dipukuli hingga pingsan, sang omega masih berani mengajaknya makan. "Jae, makanannya sudah siap," kata Doyoung sambil menarik lengan Jaehyun yang tengah menonton acara varietas di televisi sebelumnya.
"Nggak usah disentuh! Panggil aja pakai mulut, aku nggak tuli," kata Jaehyun sambil menepis tangan Doyoung.
Doyoung memutar matanya.
"tuli! Aku tadi meneriakkan namanya!" bahkan tidak dijawab! Jaehyun masih mendengarkan celotehnya.
"Kalau kamu mengumpat, jangan sampai aku mendengarmu. Mau aku tampar," ucap Jaehyun dingin. "Ini bukan sekadar tamparan! Kau sudah menggunakan semua ilmu bela dirimu untuk membuatku lupa?" Doyoung mengejek dengan berani.
"Kamu yang mulai tawuran, suka dipukul! Kata Jaehyun sambil duduk di meja makan.
Doyoung mendengus pelan. "Nasi sudah disendokkan ke piring di hadapan suaminya." Akulah yang mulai menjawab Doyoung yang duduk di hadapan Jaehyun.
Keduanya makan dalam diam.
"Mama, katanya mau adakan makan malam buat orang-orang terdekat supaya mama bisa dengan mudah memperkenalkan aku sebagai istrimu," ucap Doyoung memecah keheningan.
"Apakah menurutmu aku setuju?" kata Jaehyun sambil melirik istrinya. "Terserah kamu, yang penting aku sudah beritahu!" katanya sambil meneruskan makannya.
Jaehyun menambah nasi lagi, kuah cumi buatan istrinya memang nikmat sekali, tanpa ia sadari Doyoung tersenyum melihat tingkah kecil itu. "Enak ya?" suamiku? Kata Doyoung sambil mengangkat alisnya.
Jaehyun terbatuk. Doyoung dengan cepat menyodorkan segelas air putih pada Jaehyun. "Nggak enak, mubazir aja! Buang-buang duit gue aja kalau nggak dihabisin," kata Jaehyun sambil menyembunyikan rasa malunya.
Doyoung menggelengkan kepalanya sedikit, mengetahui bahwa suaminya akan menyangkalnya
"Apakah kamu lupa?" Doyoung bertanya. Jaehyun menerima pertanyaan itu dan mengangkat kepalanya untuk bertanya. "Ingatkah saat pertama kali kita pindah ke sini?" Kamu bilang aku tidak bisa makan atau minum jika itu memakai uangmu.
Jaehyun terdiam. "Setelah itu kamu juga makan, kenapa kamu bertanya?" jawab Jaehyun. Bukan itu maksudku! Makanan yang aku sajikan dan yang aku makan semuanya adalah uangku sendiri, jangan khawatir, selama dua bulan kita menikah dan tinggal di rumah ini, aku tidak pernah memakan sedikit pun uangmu, itu saja.
Jaehyun yang sedang berbaring di kamar mengingat perkataan istrinya, ia memilih keluar kamar dan menuruni tangga menuju kamar di ujung dapur.
Klik...
Kamar kecil itu dibuka perlahan dan di sana terlihatlah tubuh istrinya yang sedang tertidur lelap ditutupi oleh kasur lipat, matanya mengamati tempat itu, barang-barang yang tidak terpakai tersusun di satu tempat dan beberapa pakaian sehari-hari istrinya dilipat dan ditaruh di lantai.
"Seberapa kuat kipasnya?" katanya sendiri saat melihat kipas angin kecil yang menggunakan baterai. Dengan perlahan dia mendekati istrinya, matanya mencuri pandang ke arah wajahnya. "Cantik." itulah yang menggelitik hatinya.
melihat istrinya bergerak cepat ia pun berhati-hati berharap doyoung tak membuka matanya. "Maaf hanya sesaat jae berceloteh pada istrinya dalam tidurnya air mata istrinya pun mengalir.
"Dalam mimpimu pun kau terus menangis tapi kau masih menginginkan lelaki jahat sepertiku," katanya lembut sambil membelai pipi Doyoung.
"Maafkan aku, pernikahan kita tidak seindah yang kamu bayangkan," katanya kepada Doyoung dalam mimpinya.
Malam ini Doyoung merasa deg-degan karena dirinya akan dikenali oleh keluarga suaminya, kemeja yang senada dengan suaminya membuatnya sedikit tersenyum.
Senyumnya memudar saat melihat sosok seseorang di samping suaminya, meski wanita itu mengenakan warna yang sama dengan dirinya.
