💍 CHAPTER 5 💍

1.1K 67 0
                                        

Doyoung melolong kesakitan saat suaminya mengayunkan ikat pinggang ke sekujur tubuhnya. "Jaehyun sakit! Tolong berhenti memukulku!" Ucapnya sambil terisak kesakitan.

Jaehyun lebih memilih tak peduli dengan teriakan kesakitan sang istri, namun semakin kuat ia mengayunkan sabuknya, melihat tubuh sang istri yang melingkar, barulah ia berhenti.

Doyoung menggeser tubuhnya ke sisi sofa agar tubuhnya tak tergeletak di lantai rumah yang dingin. "Kau tahu, ini tidak seburuk sakit hati yang kau berikan pada kekasihku," ucap Jaehyun sembari berjongkok di depan wajahnya.

"Jadi kau memukulku demi wanita murahan itu," katanya sambil menatap tajam ke wajah Jaehyun yang memperlihatkan urat-urat di rahangnya setelah mendengar hinaan itu darinya.

Tanpa peringatan, Jaehyun mencekik lehernya begitu keras hingga ia merasa kehabisan napas. "Kamu tidak takut aku memukulmu, pelacur!" teriak Jaehyun. Dengan napas tertahan, Doyoung tersenyum mengejek pada wajah suaminya.

"Pelacur ini adalah istrimu! Itu tidak mengubah fakta," katanya lemah. Sebelum Doyoung sempat tersenyum kembali, tubuhnya dihajar habis-habisan, perutnya ditendang sekeras-kerasnya hingga tubuhnya ambruk, dan ia diseret dengan keras serta didorong kasar ke arah meja makan hingga kepalanya membentur ujung meja makan.

"Malam ini pelacur sepertimu! Kau akan merasakan sakit yang tak pernah kau bayangkan saat bersamaku!" kata Jaehyun yang terus memukulnya hingga dia kehilangan kesadaran.

Setelah menghajar Doyoung, Jaehyun langsung naik ke atas kamar tanpa mempedulikan istrinya yang sedang berbaring di dapur. "Pelacur seperti dia memang pantas disiksa," katanya.

Merasa tertidur terlalu lama, Doyoung perlahan membuka matanya meski tubuhnya terasa sakit. Ia harus berdiri, ia menyentuh dahinya yang sakit, tangannya berdarah, teringat apa yang diperbuat suaminya kemarin, mendorongnya hingga kepalanya membentur sudut meja.

"Mengapa engkau masih saja mengingat-ingat nasib yang terjadi karena kesalahanmu sendiri, kata hatinya.

Jaehyun yang memeriksa dokumen langsung teringat Doyoung yang masih pingsan saat berangkat kerja pagi ini. "Apakah pelacur itu sudah mati?" katanya.

Ketukan di pintu kantor membuatnya melompat, "Masuk!" Katanya dan dua orang temannya pun muncul. "Sudah waktunya makan siang, Tuan Jaehyun, anda belum keluar?" ejek John yang tengah menatap tajam Jaehyun.

"Sibuk, banyak dokumen yang belum diperiksa," jawabnya, "Tidak seperti kamu! Tidak bekerja dan berharap uang dari orang tua mengejek John.

Eunwoo terdiam sebelum telepon berdering. "Aku mengangkat telepon. Kalian berdua duluan. Tombol layarnya sudah berubah menjadi hijau. Suara si penelepon terdengar lemah.

"Eun, tolong gendong aku, ya? Aku pusing dan badanku sakit," kata suara itu pelan. Eunwoo terus berkata ya sambil berlari melewati teman-temannya.
"Ke mana dia pergi begitu cepat?" tanya John yang ditemani Jaehyun dengan tatapan bingung.

"Saat ini aku ada urusan penting, maaf aku tidak bisa makan siang bersama kalian berdua hari ini," katanya sambil menatap wajah Jaehyun yang terlihat normal tanpa rasa khawatir.

Sebuah mobil sport mahal berwarna biru berhenti tepat di depan pagar rumah, terlihat sosok seseorang tengah bersandar di pagar dan dengan cepat turun dan mendekat.

"Jaehyun memukulmu lagi?" ujarnya saat melihat pipi tembam itu lebam-lebam dan ada beberapa bekas merah di tangan si kecil. tanpa ada respon hanya tangisan yang dijawab oleh doyoung.

"Jung Jaehyun brengsek! Hati Eunwoo berdesir setelah mendengar semua cerita dari Doyoung, bahkan sang omega menolak untuk pergi ke rumah sakit, hanya meminta untuk membeli obat di apotek.

"Doyoung sebaiknya mundur saja. Aku tidak suka kau sakit seperti ini," katanya cemas. "Alangkah baiknya jika kamu menjadi suamiku, mungkin ini tidak akan terjadi dan aku yakin calon istrimu akan beruntung memiliki pria baik sepertimu," kata Doyoung.

"Dan itu tidak terjadi karena kau memaksaku untuk bersama Jaehyun," kata Eunwoo dengan nada rendah. Doyoung terkekeh. "Setelah aku menolakmu, kau masih mau membantuku. Terima kasih," katanya tulus kepada Eunwoo yang mengangguk dan membelai rambutnya dengan lembut. "Itu bukan masalah karena kamulah orang yang aku cintai.

My regret Loving you in the end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang