💍21💍

547 33 1
                                        

"Apa kabar?" tanya ibu Eunwoo sambil memeluk tubuh Doyoung. "Baik dan sehat karena kita punya anak yang selalu menjaga kita," katanya sambil melepaskan pelukan tadi.

"Tugas Eunwoo adalah menjagamu. Ibu dan Ayah juga berterima kasih jika kamu baik-baik saja," kata Tuan Cha. "Nenek lupa Jeno?"  kenapa cuma mamanya aja yang dipeluk?" Jeno juga mau dipeluk sama neneknya, ucap anak Doyoung sambil menarik lengan ibunya Eunwoo.

"Gak bisa! Jeno peluk nenek! Papa juga belum peluk nenek," kata Eunwoo menggoda Jeno. "Jeno, peluk nenek dulu, baru ayah!"  kata Jeno.

"Ayah duluan, Jeno," kata Eunwoo sambil memeluk erat ibunya. Jeno yang melihat itu pun merasa sedih dan langsung berjalan menghampiri Tuan Cha. "Kakek menggendong Jeno, bisakah kamu?" katanya dan Tuan Cha mengangkat tubuh kecil itu.

"Kemarilah ke meja makan, ibu sudah siap memasak untukmu," ucap ibu Eunwoo sembari menggenggam tangan Doyoung, dan Eunwoo pun diikuti oleh Tuan Cha yang tengah menggendong Jeno.

Rumah keluarga Cha menjadi semakin riuh karena kehadiran Jeno.  lalu Eunwoo yang selalu menggoda bayi kecil itu kemudian ketiga lainnya tertawa.

"Berdebat dengan Rose lagi?"  tanya Jaejoong yang melihat wajah keriput putranya dan bahkan berbagai kebutuhan sehari-hari Shotaro.

"Jaehyun terlalu malas untuk menjawab!" kata Jaehyun sambil membawa Shotaro ke ruang makan rumah.

Shotaro segera duduk di kursi dan menaruh makanan di piringnya. "Shotaro makan dulu sama nenek. Papa mandi dulu," katanya sambil mengelus rambut anaknya.

Setelah Jaehyun pergi, Jaejoong memilih untuk duduk bersama Shotaro, merasa kasihan pada cucunya yang berusia empat tahun yang tampak lapar.

"Talas dimakannya pelan-pelan saja, jangan terburu-buru, tidak ada yang mengambil dari shotaro," kata cucunya sambil mengangguk.

Doyoung berjalan menuju ke tempat Eunwoo sambil membawa kotak berisi bekal makan siang Eunwoo, tak lupa Jeno yang sudah disambut oleh para karyawan karena buah hatinya sudah menyambut para karyawan Eunwoo sejak tadi.

Pintu kantor Eunwoo terbuka.  Tubuh mungil itu berlari ke arahnya sambil tersenyum. "Ayah!" Jeno berteriak dalam pelukan Eunwoo, dia meraih tubuh mungil itu dan mengangkatnya.

"Apakah kamu merindukan ayahmu?" tanya Eunwoo. Lalu Jeno langsung setuju.

"Ayah pergi tanpa memberi tahu Jeno.

"Eunwoo, aku bawa bekal makan siang buat kamu nanti," ucap Doyoung sambil menghampiri kedua alpha itu.

"Ke mana kamu ingin pergi?"  tanya Eunwoo sambil melirik penampilan sang omega. "Mau ke mall, aku bosan di rumah selama di sini. Aku juga ingin melihat perubahan di kota ini," katanya sambil mengangkat tubuh Jeno dalam pelukannya.

"Kalau begitu aku akan menemanimu." Kata Eunwoo sambil mengenakan kembali mantelnya. Doyoung mengernyit mendengarnya.

"Jangan khawatir, aku bersama Jeno. Kau terus saja bekerja," kata Doyoung. Tak peduli dengan apa yang Doyoung katakan, tubuh mungil Jeno tetap dipeluk Eunwoo sambil menggendongnya dan meninggalkan ruang kerjanya di belakang Doyoung yang sudah mendesah berat.

"Selalu seperti itu," kata Doyoung mengikuti langkah Eunwoo.

"Jangan turuti semua kemauannya, nanti kamu buang-buang duit saja," ucap Doyoung menghentikan Eunwoo yang tengah membeli mainan untuk anaknya.

"Jika itu bisa membuat Jeno tersenyum, tidak ada salahnya," kata Eunwoo. "Ayah Jeno lapar, bisakah kita makan di sana?"  tanya Jeno sambil menunjuk ke sebuah restoran makanan barat.

"Karena ini pertama kalinya Anda datang ke sini, saya meminta restoran ini untuk menyiapkan beberapa hidangan lezat dan sebagai ucapan terima kasih, bersedia bekerja sama dengan perusahaan kami," jelas Jaehyun kepada rekan bisnisnya yang berasal dari London.

"Kami juga mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda untuk bekerja sama dengan kami dalam proyek ini," kata klien.

Mereka bertiga duduk di belakang, namun Jeno tetap membuka buku menu untuk melihat keterangan makanan di sana. "Ayah Jeno menginginkan daging dan ayam ini, pinta Jeno pada Eunwoo.

"Sebagian besar Jeno marah pada

"Doyoung, jangan membentak," biarkan saja dia lapar, kan?" kata Eunwoo setelah kami berbelanja.

"Eun! Kamu tahu Jeno selalu seperti ini?"  "jadi jangan ikut-ikutan!" kata Doyoung kesal.

"Makan dulu yuk, kamu pesan aja yang kamu mau. Aku ajak Jeno cuci tangan dulu sebentar," kata Eunwoo meninggalkan Doyoung di meja makan yang setengah kesal karena katanya dia nggak diurus.

Doyoung memilih untuk bermain ponselnya sementara mereka berdua pergi mencuci tangan hingga kegiatan itu terhenti saat ia melihat pelayan restoran sedang menyajikan makanan. "Mereka memasak dengan sangat cepat," gumam Doyoung dalam hati.

"Maaf tapi sepertinya kamu salah kirim makanan." Ucap Doyoung sambil melihat makanan yang ada di atas meja.

"Aku akan bertanya kepada mereka tentang makanan kita," kata Jaehyun sambil pergi karena makanannya belum datang selama sekitar dua jam.

"Seperti yang Anda katakan, kami menyajikan makanan yang salah di meja Anda," kata petugas itu, Eunwoo dan Jeno yang datang juga terkejut melihat pelayan kembali untuk mengambil makanan.

Jaehyun yang melihat pelayan sedang mengemas makanan dari meja belakang, mendekat. "Permisi, saya ingin bertanya apakah pesanan saya sudah siap?"  Saya dan tamu saya menunggu sekitar dua jam, belum juga datang.

"Mungkin makanan ini miliknya," kata Eunwoo yang masih tidak menatap wajahnya.

"Sepertinya benar apa yang dikatakan Doyoung. Sementara Jaehyun yang mendengar suara itu terus menatap wajah yang duduk di meja, terlihat jelas bahwa Doyoung juga terkejut melihat Jaehyun di depannya.

"Doyoung lah yang keluar dari mulut Jaehyun sedangkan Eunwoo sudah bangkit menutupi tubuh Doyoung yang tengah duduk.

"Eunwoo, apakah kamu bersamanya juga?" tanya Jaehyun tidak suka melihat mantan sahabat karibnya menyembunyikan jasad yang dirindukannya.

"Kamu terlihat baik," kata Eunwoo. Dia merasakan bagian belakang mantel yang dikenakannya diremas dengan keras oleh Doyoung hingga dia berbalik. "Aku ingin pulang," ajak Doyoung.

"Karena kita pergi duluan, aku harap kita bertemu lagi," kata Eunwoo sambil menepuk bahu Jaehyun. Tubuh Jeno diangkat oleh Eunwoo, membuat Jaehyun melirik bocah berusia lima tahun itu.

"Jeno, kita pulang dulu ya. Mama kelihatan sakit. Bujuk Eunwoo. "Mama sakit?" tapi Jeno ingin makan daging dan ayam, tanyanya tadi pada lelaki itu, bahkan Jaehyun yang masih terdiam memperhatikan wajah lelaki itu, dan dalam hatinya bertanya apakah anaknya dikandung oleh Doyoung.

Melihat Doyoung melewatinya, dia langsung menghentikannya. "Apakah dia bayi kita?" tanya Jaehyun dengan nada gemetar.

"Tidak! Dia milikku!"  "Tidak akan pernah ada kita lagi," kata Doyoung dingin sambil menepis tangan Jaehyun.

"Tapi aku yakin dia bayiku! Kata Jaehyun. Doyoung berhenti saat mendengarnya. "Apa kau lupa bahwa kau tidak menginginkan anak dari seorang pelacur?" Jadi aku menggugurkan bayi itu. Dia adalah putraku satu-satunya.

Jaehyun terdiam melihat kepergian yang ketiga, ia masih bisa melihat wajah lelaki bernama Jeno tengah memeluk tubuh Eunwoo, kepalanya bersandar di bahu Eunwoo, Jaehyun mengangkat tangannya hendak melambai pada Jeno dan dibalas dengan lambaian kecil. jari.

"Maafkan aku, Ayah, karena tidak berada di sana untukmu saat kau tumbuh dewasa," ucap Jaehyun dalam hatinya.

My regret Loving you in the end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang