💍Chp 14💍

643 31 0
                                        

"Kalian berdua punya rumah yang indah, halaman belakangnya seperti taman bunga tapi ibu merasa ada sedikit pasir juga," kata ibu mertuanya saat menjelajahi rumah baru mereka.

"Doyoung nanti kalau mau piknik, ajak anak-anak ke sana biar berasa kayak pantai," ujarnya sembari tertawa.

"Bagus untuk menghemat waktu dan juga bersenang-senang," kata ibu mertuanya sambil mencari keberadaan Jaehyun.

“Di mana suamimu, ibu? Ibu tidak melihatnya? tanya Jaejoong.

"Jaehyun keluar tadi Bu, katanya ada rapat di luar jadwal, dia juga pergi terburu-buru.

Jaejoong mengerutkan keningnya dengan bingung. Bukankah ini hari Sabtu di mana dia mungkin bekerja? Tapi hari ini kan hari libur, katanya dengan bingung.

"Aku tidak tahu itu, kata ibu Doyoung.

Unit apartemen itu menempel di wajah gadis itu dengan senyum sumbing, "Ingat kau tidak datang, telepon selama tiga hari tidak diangkat. Kau diancam duluan, dan langsung datang ke sini," ejek Rose untuk membuka jalan bagi Jaehyun masuk.

"Sudah kubilang berkali-kali, jangan ganggu aku. Apa maumu?" Jaehyun marah. "Keputusan yang aku inginkan adalah memberi tahu istrimu jika kamu ingin bercerai," tanya Rose.

Mata Jaehyun berkilat tajam. "Aku tidak akan menceraikannya, kau mengerti! Jaehyun marah. Rose terkesiap di ruang tamu apartemen. "Masih dengan jawaban itu, kita lihat saja nanti," kata Rose mengejek sambil menatap punggung Jaehyun saat dia meninggalkan apartemen.

Doyoung yang tengah membaca resep di telepon, ucapannya terputus saat pesanan datang. "Nomor siapa ini?" Tanyanya sembari mengklik beberapa foto yang dikirim, matanya terbelalak menatap dua orang yang ada di foto tadi.

Di dalam mobil, Jaehyun merenungkan kata-kata yang terucap, ia sudah tahu kelicikan pikiran wanita itu, apa yang tengah direncanakannya, tanyanya gugup..

Dia akan memastikan rencana Rose untuk menghancurkan pernikahannya dengan Doyoung dapat dicegah. "Sialan Rose Park, bagaimana mungkin aku dengan bodohnya menuruti permintaan itu terlebih dahulu?" Jung Jaehyun marah dan memukul setir mobil.

Doyoung yang sedang menonton drama tersebut terkejut ketika suaminya jatuh di pangkuannya. "Apakah ada masalah pada rapat tersebut?"  Doyoung bertanya sambil membelai surai rambut suaminya.

"Tidak apa-apa," jawab Jaehyun sambil menutup matanya.

"Setelah pertemuan itu, kamu berhenti untuk pergi ke suatu tempat lain?" tanya Doyoung yang masih fokus memikirkan gambar yang dikirimnya tadi.

"Pulanglah sayang, tidak ada jalan lain, kenapa?" kata Jaehyun sambil meliriknya.

"hanya bertanya, jawabnya. Tanpa diduga Doyoung suaminya berbohong tanpa merasa bersalah, sekuat tenaga ia menahan tangisnya, suaranya tenang, tidak ada tanda-tanda ingin menangis. "Sayang, bangun sebentar, bolehkah aku naik ke atas?" untuk membasahi tubuh yang lengket dan berkeringat ini.

Doyoung hanya berjalan ke atas dan mengunci pintu kamar mandi lalu bersandar di pintu dan menangis tersedu-sedu. "Dia mencintaiku tapi kenapa itu tidak cukup! Kenapa dia membutuhkan orang lain?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil menangis.

Sambil menangis, Doyoung dikirimi perintah lagi. "Ayo kita bertemu, aku akan menjelaskan semuanya." Doyoung mengerutkan kening setelah membaca perintah itu.

"Siapa ini? kirim balasan ke pesan sebelumnya.

Malam ini, Jaehyun merasa perilaku istrinya tidak seperti biasanya. Kepala istrinya yang pendiam bersandar di dadanya dan dibelai. "Mengapa istri Jung diam saja malam ini?" tanya Jaehyun.

"Mungkin lelah," katanya sambil menonton drama, Jaehyun memegang tangan istrinya dan mencium telapak tangan Doyoung.

"Kalau begitu, mari kita menyewa asisten. Jaehyun bertanya

"Saya tidak ingin membuang-buang uang!" Lagipula, tugas seorang istri adalah menafkahi suaminya, jadi apakah kamu mau menyewa pembantu untuk menjadi istrinya?" tanya Doyoung.

Jaehyun keberatan. "Tidak! Yang ini saja sudah cukup," jawabnya sambil tersenyum hingga pipinya cekung.

My regret Loving you in the end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang