💍24💍

535 29 0
                                        

Selama dua jam dia berdiri di depan pagar rumah keluarganya sambil memikirkan bagaimana cara memperkenalkan dirinya sebagai seorang ayah sambil berkata kepada Jeno.

Dengan berani dia membunyikan bel. Gerbang yang tadinya tertutup pun terbuka." Jaehyun pun masuk ke dalam rumah. "Sekarang cuaca sedang panas, Bu Cha mengajak sambil tersenyum.

"Apakah kamu ke sini untuk mencari lelucon?" tanya Ibu Cha. Jaehyun tersenyum kecil, membenarkan perkataannya.

Dari bawah, Jaehyun mendengar suara putranya bertanya pada Nyonya Cha. “Lihat siapa yang datang,” kata Nyonya Cha sambil menggendong Jeno ke arahnya.

Jeno terdiam dan kembali menatap neneknya. "Siapa dia?"  "Kenapa dia ingin bertemu Jeno?" tanyanya polos. Jaehyun hanya terdiam, hatinya sedikit sakit mendengar bahwa bayinya tidak tahu bahwa dia adalah ayahnya.

"Dia Papa Jeno" ucap nyonya Cha. Kini mata Hazel terpaku dan mata Jeno berkedip-kedip sambil berpikir. "Tapi Papanya Jeno bukan Om ini," jawab sang Nenek sambil mengalungkan tangannya di leher sang Nenek yang hendak menjejakkan kakinya ke lantai menghampiri laki-laki yang baru saja ditemuinya itu.

Bu Cha jadi kasihan melihat ekspresi Jaehyun. "Jeno, paman ini papa asli Jeno, jadi perkenalkan dirimu sama papa suruh Bu Cha bu bu bu bu bu bu bu."

Jeno menganggukkan badannya, Nyonya Cha sudah turun dari tumpuan, membuatnya menghampiri sang paman yang katanya adalah ayahnya. "Halo papa, namaku Jeno Kim dan aku berusia lima tahun," katanya sambil menunjuk lima jarinya di depan Jaehyun yang sedang tersenyum.

"Bisakah ayah memelukmu?"  Jaehyun bertanya pada putranya.  Namun Jaehyun lebih dulu terkejut karena dialah yang dipeluk oleh tubuh bocah berusia lima tahun itu.

"Jeno, peluk papa dulu," kata anak berusia lima tahun itu sambil tertawa. Tanpa terasa, air mata yang selama lima tahun Jaehyun tahan pun tumpah ruah, ia mendekap tubuh mungil putranya semakin erat, bibirnya mengecup embun di rambut Jeno penuh kerinduan.

"Maafkan aku karena tidak ada di sana saat kau tumbuh dewasa," katanya dengan nada rendah dan sedih. Jeno hanya kebingungan namun ia segera menghapus air mata sang ayah dengan tangan kecilnya. "Mama selalu bilang kalau laki-laki boleh menangis kalau sedang sedih tapi itu hanya ditujukan kepada orang yang merasakan kesedihan yang sama.

Doyoung yang baru saja kembali dari mengantarkan makan siang untuk Eunwoo terkejut melihat putranya duduk di pangkuan Jaehyun di ruang tamu. "Jaehyun?"  "omel Doyoung sambil menghampiri keduanya yang tengah asyik mewarnai buku.

"Bu, pulanglah!" Teriak Jeno seraya bangkit dari pangkuan Jaehyun mendekati Doyoung secepat tangan Doyoung mengangkat tubuh mungil itu dalam dekapannya. "Kamu nakal kalau Ibu tidak bertanya." Doyoung bertanya sambil mencium pipi tembam Jeno.

"Jangan menuduh Jeno apa pun, Mama!"  Jeno mendengus sambil mengerucutkan bibirnya. Jaehyun hanya tersenyum saat mendengarnya. "Aku sedang mewarnai superhero bersama ayah dan ayah membawakan Jeno mobil mainan. Keren, Jeno jelas-jelas ingin tertawa.

"Setelah ayah memberimu mainan warna-warni dan neman jeno, apakah jeno mengatakan sesuatu yang selalu ibu ajarkan kepadamu saat seseorang memberimu sesuatu?"  Doyoung bertanya.

Jeno terus mendekatkan telapak tangannya dan memukul kepalanya pelan. "Aduh!"  Jeno lupa karena dia senang menemukan hadiah." Jeno meminta mama untuk menurunkan tubuhnya.

Kini ia kembali di hadapan Jaehyun dan mengecup pipi ayahnya. "Terima kasih sudah memberikan mainan itu pada Jeno," katanya sambil tersenyum.

Doyoung tersenyum melihat tingkah kecil itu, "Oh iya, kamu dari tadi cari Jeno, kamu sudah makan siang belum?"  walaupun canggung menanyakan hal itu namun doyoung tidak punya pilihan lain, ia pun terpaksa melakukan hal tersebut karena hanya dengan cara tersebut Jeno bisa menjalani kesehariannya dengan sempurna bersama sang ayah, ada kemungkinan ia akan melihat Jaehyun lebih sering memperhatikan pria itu. selangkah lebih dekat ke Jeno.

"Aku akan makan setelah selesai bermain dengan Jeno," kata Jaehyun sambil melirik Doyoung. "Jika kamu terus menunggunya berhenti bermain, tidak ada habisnya jadi kamu harus berhenti," jelas Doyoung.

"Jeno berhenti bermain dan ajari ayahmu untuk mencuci tangannya sebelum makan pinta doyoung." Tapi Jeno masih ingin bermain," kata putranya meminta bantuan Jaehyun.

"Ayahmu akan sakit jika kamu tidak makan dulu."  "lalu bagaimana dia menemani Jeno bermain?" tanya Doyoung sambil mengangkat alisnya.

"Kalau begitu, Ayah akan makan bersama Jeno dan melanjutkan permainannya nanti," katanya sambil menarik tangan Jaehyun menuju ruang makan keluarga Cha.

Ibu Cha tersenyum kecil melihat sikap Doyoung yang ingin melupakan kesalahannya di masa lalu. "Makanan apa yang kamu suka?" tanya Jeno di pangkuan Jaehyun.

Jaehyun yang hendak menjawab pertanyaannya berhenti. "Jeno suka saus cumi pedas buatan ibu, enak sekali.

"Papa juga suka cumi sambal pedas," ujarnya sambil tersenyum, tahu kalau anaknya juga menyukai makanan yang sama dengan dirinya.

Meski begitu, Jaehyun tetaplah ayah Jeno, jadi itu wajar saja, tapi Doyoung terkadang iri pada Jaehyun karena Jeno, mengikuti semua hal mulai dari putra mereka hingga makanan yang disukai dan dibenci Jaehyun semuanya sama persis.

"jeno tidak suka makan ikan, papa juga?"  Tanya Jeno. Jaehyun mengangguk. Jeno terus melirik Doyoung. Seperti yang selalu dikatakan ibu, Jeno seperti ayah yang tampan. Doyoung yang sedang menyuapi makanan tadi terbatuk.

Wajah Doyoung memerah mendengarnya sedangkan Jaehyun hanya terdiam memperhatikan wajah merah itu. "Iya Jeno, dia sangat tampan karena ayahnya tampan dan ibunya cantik," kata Nyonya Cha.

"Apakah menurutmu ibu cantik?" Jeno bertanya. Sementara Jaehyun mengumpulkan keberanian untuk menjawab. Sudut Doyoung sudah mengutuk putranya yang bertanya.

"Jaehyun melirik Doyoung hingga mata cokelatnya bertemu dengan mata indah mantan istrinya." Dia orang tercantik yang pernah aku temui, katanya sementara Doyoung mengalihkan pandangannya.

"Jeno juga berpikiran seperti itu. Mama itu seperti kelinci, temanya kata Jeno anaknya. Ketiganya terdiam mendengarkan pernyataan tersebut. "Jeno masih saja membandingkan mama dengan kelinci Jaemin." Iya, mama memang secantik kelinci Jaemin jawabnya lagi.

"Ayah, apa yang Jeno katakan untuk mengizinkan?"  Mama itu kayak kelinci kalau lagi makan, kalau lagi marah, ekspresinya jelas.

Jaehyun tidak tahu harus menjawab apa tetapi dalam hatinya dia pasti setuju dengan perkataan putranya.

"Ayah akan memikirkannya lagi. Doyoung memutar matanya saat mendengarnya. "Kenapa kau harus memikirkannya?" Aku manusia dan bukan binatang pemalas yang bisa mengerti dirimu. Katanya sambil mendengus kecil.

"Indah sekali kata hati Jaehyun saat bertemu mata Doyoung yang tersenyum menatap Jeno di pangkuannya.

My regret Loving you in the end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang