Bab 7. Hari lahir atau hari mati?

12 10 1
                                    

Kelino tiba di rumah Zahen menggunakan motor milik Zahen. Saat sebelum ia keluar dari rumahnya ia meminta untuk menggunakan motor Zahen dengan alasan bensin motornya tidak cukup.

Kelino mengetuk pintu rumah. Sesaat kemudian pintu terbuka.

"Malam Tante," Salam Kelino pada Arini yang membuka pintu.

"Ehh Elino," Sahut Arini, lalu kepalanya menjulur keluar dan melirik sekitar.

"Kamu sendiri aja? Zahen?" Tanya Arini yang ternyata mencari sosok Zahen.

"Di rumah. Hehe,"

"Ohh yah udah, masuk dulu."

Kelino pun masuk dan langsung berjalan ke lantai atas tempat di mana kamar Zahen terletak. Ia sudah terbiasa seperti ini, dan keluarga Zahen tidak mempermasalahkannya karena mereka juga sudah menganggap Kelino seperti keluarga sendiri.

"Apa ke kamar Kahem dulu yah?" Gumam Kelino saat akan membuka pintu kamar Zahen.
Ia pun berjalan ke arah kamar Kahem yang terletak di sebelah kanan kamar Zahen.

"Kahem lo di dalam?" Tanya Kelino dari balik pintu.

Kahem sedang berbaring sambil bermain handphone. Mendengar suara dari luar pintu kamarnya, ia pun beranjak dan membuka pintu.

"Ehhh. Ngapain?" Tanya Kahem ketika melihat Kelino.

"Mau nyapa doang si. Sebenarnya gue ke sini mau ngambil barang-barangnya si Zahen. Soalnya dia gak mau pulang," Jelas Kelino.

"Kebiasaan dia,"

"Yah udah gue temenin lo kemas- kemas barangnya dia,"

Keduanya pun berjalan ke kamar Zahen.

Beberapa menit kemudian Kelino sudah selesai mengemas seragam dan kebutuhan Zahen lainnya.

"Ehh Ka."

"Hm?" jawab Kahem yang duduk di atas kasur.

"Sebenarnya, permintaan tidak masuk akal seperti apa yang si bodoh itu minta ke lo?" Tanya Kelino, saat ini ia sudah menenteng tas belakang yang berisi barang-barang Zahen.

"Lo tanya aja ke dia, kalau dia ngasih tau. Artinya dia bukan pengecut,"

"Udah. mending lo pulang sekarang. kasian ini udah jam segini, dengan tega dia nyuruh lo ke sini tanpa dewi penjaga," Ledek Kahem.

Keduanya turun bersama, Kahem bermaksud ingin mengantar Kelino hingga ke pintu.

"Gue pulang yah." Pamit Kelino pada Kahem.

"Hmm hati-hati."

***

Setelah Mairi jatuh pingsan. Yunda masuk ke kamarnya dan mengunci diri. Perasaannya bimbang ia takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada Mairi tapi di sisi lain, ia merasa puas.

ARGHHH

"Kenapa? Kenapa jadi begini?" Lirih Yunda, tubuhnya yang bersandar pada pintu mulai luruh perlahan ke bawah dan terduduk.

"Jika semuanya akan berakhir begini. Maka hari itu, aku akan lebih tegas mencegah mereka pergi." Gumamnya sambil menangis.

"Seandainya hari itu aku bisa mencegah mereka." Lirihnya lalu terbayang kembali kejadian 1 tahun lalu.

Flashback

Pagi ini Yunda tengah sibuk membuat kue untuk ulang tahun anaknya yang ke 13.

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang