Bab 12. Menyukai Zahen

11 6 2
                                    

Zahen melangkah mendekati Mairi yang berdiri sambil menggosokkan kedua telapak tangannya. Ia menatap Mairi dengan tatapan tajam.

"Makanya jadi cewek itu jangan lemah!" Hina Zahen.

"Lemah?" Mairi menatap balik Zahen.

Melihat kondisi wajah Mairi, Zahen mengeraskan rahang berusaha menahan emosinya.

"Tapi terimakasih, udah bantuin aku tadi,"

"Hah? Bantuin lo? Lo pikir gue kayak tadi buat bantuin lo?"

"Heh. Nggak! gue kayak tadi karena mereka ngeganggu tidur siang gue. Taman belakang itu tempat gue!" Bentak Zahen.

Mairi mengerjap kaget. Ia hanya ingin berterimakasih tapi kenapa reaksi Zahen seperti ini?

"Maaf," ucap Mairi tersenyum.

Melihat senyum Mairi, emosi Zahen semakin bertambah.

"Gila yah lo? Lo tau gak sih? Kalau senyum lo itu buat orang muak!"

Kelino yang baru keluar setelah menyelesaikan urusannya, melihat Zahen yang sedang memarahi Mairi, langsung bergegas mendekati keduanya.

"Woi lo apaan sih? Udah balik yuk,"

Kelino menarik tangan Zahen dan keduanya pergi dari sana.

***

Mairi tidak kembali ke kelas setelah kejadian itu. Ia memilih duduk menunggu di tempat tadi ia di rundung, hingga waktu sekolah habis.

Dan sekarang sudah waktunya pulang sekolah. Ia berjalan ke kelasnya setelah melihat keadaan sekolah mulai sepi, dan teman-teman sekelasnya telah pulang.

Mairi memasuki kelasnya. namun ia di buat terkejut dengan keberadaan Zahen dan Kahem di dalam kelas. ia berjalan tanpa memperdulikan keduanya yang melihatnya dengan tatapan berbeda.

Zahen dengan tatapan datar dan menusuk. sedangkan Kahem dengan tatapan perihatin.

"Woi dari mana lo?" Tanya Zahen tajam.

"Belakang," Jawab mairi.

Zahen meraih tangan Mairi yang akan meraih tasnya. Ia mencengkram pergelangan tangan Mairi membuat sang empunya meringis.

"Ck, baru gitu aja!"

"Sekarang lo dengerin gue,"

Zahen meraih kedua bahu Mairi membuatnya berdiri menghadap dirinya.

"Mulai sekarang gak ada yang boleh nyakitin lo, selain gue!"

Setelah berkata demikian ia keluar tanpa memperdulikan tatapan menusuk dari Kahem.

"Wahh emang setan tu anak," Batin Kahem.

Kahem melangkah mendekati Mairi yang terdiam menatap kepergian Zahen.

"Pakai ini, jangan sampai sakit."

Mairi semakin di buat heran dengan tingkah kedua bersaudara ini.

Ia tak kunjung mengambil jaket yang di berikan Kahem.

Karena Mairi yang tak kunjung meraih jaket di tangannya.

Kahem pun memakaikan jaketnya pada belakang Mairi.

"Pakai aja, gue cuman gak mau jadi cowok pengecut,"

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang