Bab 2. Taruhan Zahen & Kahem.

50 28 16
                                    

Jika semua orang akan menangis ketika merasakan sakit, maka Mairi akan tersenyum untuk menggantikan ya. dulu ia juga menangis ketika merasakan sakit. namun sekarang ia lupa cara menangis, air matanya seperti sudah habis.

Setelah di tampar oleh Yunda dan di marahi dengan berbagai kata kasar. Mairi kembali ke kamarnya dan duduk di depan jendela sambil memeluk sebuah foto.

Foto itu adalah foto ia bersama ayah dan adiknya, ketika Mairi masih berumur 10 tahun dan adiknya berumur 7 tahun. Pose foto dengan ayah di tengah, sambil merangkul kedua putrinya yang tersenyum. Di foto itu senyum Mairi keliatan tulus, itu senyum yang berbeda dengan senyumnya yang sekarang.

Mairi duduk tanpa berkata apa-apa maupun menangis, matanya terus melihat ke arah luar jendela dengan tatapan kosong. Sudah hampir sejam ia duduk seperti ini, ia tersadar saat hujan mulai turun dan membasahi bumi.

Mairi berdiri dan beranjak ke kasur. ia merentangkan tubuhnya, mengangkat foto yang ia peluk tadi ke atas. Ia menatap lama foto yang sudah terangkat lalu tersenyum.

"Apa Mairi akan terus seperti ini?" Tanya Mairi seakan bertanya pada foto itu. Ia kembali terdiam lalu menurunkan fotonya, menyimpan kembali ke atas nakas.
Ia beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi, ia harus mandi sebelum tidur. untuk makan sepertinya malam ini ia tidak akan di beri makan setelah kejadian tadi.

______

Sedangkan di sisi lain di kamar milik Yunda, wanita itu terduduk dengan menyandarkan punggungnya pada ranjang dan tangannya meramas kuat rambutnya. Ia meraung meluapkan emosinya.

"Arghhhhhh, sialll kenapa? Kenapa harus begini? Seharusnya ini tidak terjadi." keluh Yunda tertunduk dengan tangan yang masih meremas kuat rambutnya. Karena rasa emosi yang begitu menyesakan ia pun menangis.

"Aku juga tidak ingin begini ya Tuhan," Keluh Yunda begitu pilu. Ia terus menangis dan mengeluhkan perasaannya hingga hampir setengah jam, ia tersadar dengan suara ketukan pintu.

Tok tok

"Bu, makanannya sudah aku siapin," Ucap Mairi dari balik pintu.

Yunda mendongak menatap ke arah pintu, kini tatapan penuh amarahnya kembali setelah mendengar suara Mairi dari balik pintu. Ia berdiri dan mengambil vas bunga yang tersimpan di atas nakas lalu melemparkannya ke arah pintu.

Prankkkkk

Mairi terkejut dengan suara itu, lalu  terdiam.

"Dasar anak sial! pergi dan makan saja sendiri." Teriak Yunda.

Mairi terdiam, lalu berbalik ke arah dapur. ia bersyukur sepertinya malam ini ia tidak akan kelaparan. Ia mengambil piring lalu menyendok nasi dan lauk yang ada  dan mulai makan sendiri, ia sebenarnya takut jika ibunya tiba-tiba keluar dan mengusirnya.

***

Bugh

Bugh

"Anj lo Ka, pengecut!" Umpat seorang pria pada pria satunya yang kini sedang ia pukul. Ia adalah Zahen Lio Sakara, Zahen akan melayangkan satu pukulan lagi, tapi di tahan oleh pria itu.

"Cihh. udah bangsat! iyah iyah gue tepatin janjinya," Ujar Pria itu, ia adalah Kahem Lio Sakara.

Zahen melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Kahem, lalu Kahem pun bangun.

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang