Bab 8. Pengkhianat kelas

13 9 13
                                    

Yunda tersadar. Wajahnya terlihat panik.

"Tidak. Dia belom boleh mati," Yunda berdiri dengan tergesa-gesa lalu membuka pintu kamarnya.

Melihat Mairi yang masih tergeletak dengan darah di kepalanya yang hampir mengering. Ia menunduk lalu mengulurkan jari telunjuknya pada hidung Mairi, untuk memastikan gadis itu masih bernafas.

"Masih bernafas. Yah begitu harusnya. Kau hanya boleh pergi dari dunia ini di hari lahir kamu, sama seperti Leeza," Gumam Yunda.

Yunda bergegas keluar untuk mencari  bantuan. Saat membuka pintu untuk keluar, ia malah berpapasan dengan Fara yang baru tiba di rumahnya sambil membawa keranjang yang berisi sayuran.

"Ehh mbak Yunda. Pas banget saya ke sini mau ngasih sayuran sama ini, saya mau pesan kue," Ujar Fara. Namun seketika ekspresinya berubah saat mereka gelagat panik Yunda.

"Pas sekali Bu Fara datang. Tolongin saya Bu,"

"Tenang dulu mbak, ada apa? Tolongin apa?" Tanya Fara bingung.

Tanpa menjawab Fara, Yunda langsung meraih tangan Fara dan membawanya ke dalam rumah. Keduanya tiba di depan kamar Yunda , tempat di Mairi pingsan.

Fara yang melihatnya seketika kaget dan langsung terduduk di samping Mairi, lalu meraih kepala Mairi dan di pangkunya.

"Yunda. Apa yang terjadi? Bagaimana bisa ini terjadi? Apa kau menyiksa Mairi lagi seperti dulu?" Tanya Fara dengan emosi.

Fara dan juga tetangga sekitar mereka mengetahui bahwa setelah kematian Raman dan Leeza. Yunda sering menyiksa Mairi. Tapi saat itu Yunda di laporkan ibunya sendiri dan ia di bawa ke rumah sakit jiwa untuk di tangani, karena di duga mentalnya terganggu.

Melihat Yunda yang hanya memasang wajah panik dan tidak menjawab Fara bertanya sekali lagi.

"YUNDA. Apa kau menyiksa Mairi lagi?"

"Tidak. Ini kecelakaan. Salahnya sendiri karena bernasib sial. Dan jangan salahkan aku, ini semua salah perempuan yang melahirkannya. Salah ibunya. Perempuan murahan itu penyebabnya," Jawab Yunda yang sudah mulai melenceng kemana-mana.

Melihatnya Fara pun memutuskan untuk tidak bertanya lagi, sepertinya keadaan Yunda sedang tidak baik-baik juga. Ia kemudian mengambil handphonenya dari dalam saku celananya dan mulai menelpon Jeki. Saat panggilannya tersambung, ternyata yang mengangkatnya adalah Diki.

"Hallo Buk, Bapak lagi mandi," Jawab Diki saat mengangkat telepon.

"Sudah itu tidak penting. Sekarang suruh Bapakmu keluar cepat dan datang ke rumah Mbak Yunda sekarang."

"Emangnya ada apa? Kenapa harus sekarang? Kan bisa habis Bapak mandi," Jawab Diki.

"Dasar bodoh. Ibu menyuruhmu untuk melakukannya sekarang sebelum terjadi hal lain pada Mairi. Cepat suruh Bapakmu keluar. Mairi harus segera di bawa ke rumah sakit,"

Degggg

Mendengar perkataan Fara, Diki terdiam seketika.

Membawa Mairi ke rumah sakit? Apa yang sebenarnya terjadi? Diki kebingungan.

"Diki? Hallo? DIKIII.." panggil Fara dari balik telepon geram, karena tidak mendapat jawaban dari Diki.

"Iyah Bu, sekarang juga Diki sama Bapak ke sana."

Diki pun langsung bergegas ke kamar orangtuanya. Saat baru tiba di depan pintu kamar mereka, Jeki keluar hanya dengan mengenakan celana  dengan baju di pundak.

Handphone Jeki tertinggal di ruang TV makanya tadi saat Fara menelpon Diki yang mengangkat karena ia sedang menonton televisi.
Dan sekarang Jeki baru mengingatnya dan baru mau mengambilnya.

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang