Bab 4. Ketahuan

21 14 4
                                    

Seperti yang di katakan Diki, pagi ini ia sudah menunggu Mairi di depan rumahnya tapi Mairi tak kunjung keluar. Ia tetap sabar menunggu hingga keluarlah Yunda dari dalam rumah dengan membawa keranjang di tangannya.

"Pagi tante Yunda," Sapa Diki.

Yunda membuka pintu pagar lalu berdiri tepat di hadapan Diki.

"Kamu ngapain di sini pagi-pagi? tanya Yunda.

"Nunggu kak Mai. mau berangkat sekolah bareng,"

"Mairi sudah berangkat duluan,"

"Hah?" Diki kaget, masa sih Mairi sudah berangkat duluan? Ia tidak melihat Mairi menumpang mobil bapaknya.

"Nggak mungkin tan, aku gak liat tuh kak Mai numpang mobil bapak," Tutur Diki tidak percaya.

"Jadi kamu pikir tante bohong?"

Diki diam, ia tidak ingin jadi anak kurang ajar karena menganggap Yunda berbohong. Tapi ia tetap tidak percaya, karena memang ia tidak melihat Mairi berangkat ke sekolah.

"Mending kamu berangkat juga sana, nanti kamu yang telat," Lanjut Yunda.

"Ya udah deh, aku berangkat yah tan."

"Iya hati-hati,"

Diki pun melaju pergi dengan motornya.

Yunda kembali menutup pintu pagar, dan pergi.

____

Sedangkan di dalam rumah, Mairi sedang mengeluarkan cucian untuk di jemur, di belakang rumah.

Yunda berbohong soal Mairi yang sudah berangkat duluan. saat Mairi sudah siap dengan pakaian seragamnya, ia menyuruh Mairi melanjutkan mencuci pakaian yang hanya tinggal bilas lalu di jemur. Tentu Mairi tidak bisa menolak, jika ia menolak dengan alasan akan terlambat ke sekolah, pasti Yunda akan memarahi dan memukulinya.

"Pasti hari ini aku akan terlambat," Gumam Mairi, sambil menjemur pakaian terakhir.

Selesai menjemur pakaian, ia kembali ke dalam rumah dan meletakkan kembali ember pada tempatnya, lalu berjalan keluar dari rumah. Saat sampai di luar ia terlihat kebingungan. dengan apa ia harus berangkat ke sekolah? mobil Jeki yang selalu di tumpanginya pasti sudah pergi ke pasar, dan Diki sudah pergi. Ia tidak tau jika Diki pergi karena di bohongi Yunda, ia juga tidak berharap akan berangkat bareng Diki.

"Bagaimana sekarang, aku semakin telat," Gumam Mairi, ia bingung jika naik ojek uangnya tidak akan cukup untuk ongkos pulang nanti.

Keberuntungan sedang berada di pihak Mairi, di saat ia tengah kebingungan di depan rumah, lewat seorang tukang ojek yang berhenti di depannya.

"Neng Mairi belum berangkat?" Tanya tukang ojek itu,ia adalah bang Udi yang habis mengantar penumpang.

Bang Udi adalah warga di komplek ini juga, sudah menjadi tukang ojek sejak lama dan menjadi ojek langganan para ibu di sekitar komplek.

Mairi menggelengkan kepalanya. melihat itu bang Udi perihatin dan menawarkan tumpangan.

"Bang Udi antarin ke sekolah yah?"

Mairi kembali menggeleng.

"Tapi aku gak ada uang bang,"

"Nggak apa-apa, geratis kok,"

Mairi menatap Udi tanpa berkata apa-apa, dalam benaknya ia berpikir apa tidak apa-apa? ia takut menerima tawaran itu, apa ia tidak akan di marahi?

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang