Bab 15. Aku memang aneh, karena hidup aku juga aneh

4 2 0
                                    

Setiap orang memang memiliki kisah hidupnya masing-masing. Entah bahagia atau tidak, kamu berhak memilih jalan hidupmu sendiri.

***

Malam harinya setelah makan malam selesai, Zahen menghampiri Kahem yang berada di kamarnya.

"Ka." Panggilnya.

"Apa?" Jawab Kahem, lalu beranjak dari ranjangnya, dan berdiri di hadapan Zahen, yang berdiri di sambil bersandar pada tembok pintu.

"Jaket lo, yang hari itu lo kasih ke Mairi. Gue minta."

"Ha? Buat apaan? Itu jaket gue, buat apa gue ngasih ke lo? Lo kan punya jaket sendiri,"

"Ayolah Ka, gue cuman minta itu doang, Gak minta lo jual ginjal."

"Kasih gue alasan, kenapa gue harus ngasih jaket itu ke lo?" Ujarnya sambil melipat tangan di depan dada.

"Gak."

"Yah kalau gitu, gue juga gak mau,"

"Ck, jaket itu udah jadi bekasnya Mairi, udah di pake sama dia, udah di cuci juga sama dia, udah di simpan di lemarinya, dan udah ada aroma khas dia. Jadi jaket itu harus buat gue." Jelasnya, saling memalingkan wajahnya, karena malu.

Kahem seketika langsung menahan tawanya, sungguh ini adalah hal yang jarang di lihat dari seorang Zahen.

"Kalau gue gak mau?"

"Gue beli,"

"Berapa?"

"Berapa pun, gue bayar,"

"Haha, okay tunggu."

Kahem berbalik berjalan ke arah lemarinya, lalu mengambil jaket yang di maksud.

"Nih, ambil aja. Nanti gue yang bakalan ribet, kalau lo ngamuk," ujarnya sambil menyerahkan jaket itu.

"Thanks," Zahen meraih jaket itu sambil tersenyum, dan Kahem hanya bisa menahan tawanya.

***

Ratu berjalan menyusuri koridor kelas menuju kelasnya, entah perasaannya yang salah atau tidak. Ia merasa ketika ia berjalan, semua murid menatapnya dengan berbagai tatapan benci. Ia berusaha mengabaikannya, karena berpikir itu hanya perasaannya, tetapi tetap saja, tatapan para murid yang melihatnya seperti itu, sungguh membuatnya merasa tidak nyaman.

"Keluarga elit, anaknya otak sulit!" Sindir seorang cewek yang berdiri bersama komplotannya.

"Iya tuh, ternyata selama ini, berdiri di atas otak orang lain." Sambung seorang cewek.

"Kalau gue sih, malu yah. Keluarga gue sesempurna itu, tapi kelakuan gue buruk." Sambung yang lainnya, kemudian mereka semua tertawa mengejek.

Ratu mendengar semua itu, namun ia tidak mau membalas omongan sampah mereka. Dalam benaknya ia berpikir, untuk apa membalas perkataan sampah, dari orang yang tidak tau apa-apa.

Dan seketika, semua perhatian murid teralih pada 4 cewek yang baru datang, dan berjalan di belakang Ratu.

"Kenapa gak balas? Lo gak ada niatan buat nyangkal semua omongan mereka? Kan semua itu gak bener, yah kan gengs?" Ujar Risa pada Ratu, dan bertanya pada ketiga temannya yang kini tertawa kecil mengejek.

"Iyah yah, seorang Ratu, gak mungkin kan manfaatin orang lain demi nilai? Kan Ratu pintar," sahut Tika, sambil merangkul bahu Ratu.

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang