Bab 16. Bekal untuk Mairi

4 2 0
                                    

Kahem memasuki kelasnya, sambil membawa sekotak makanan di tangannya. Namun wajahnya terlihat bingung, saat melihat orang yang di carinya, tidak ada.

"Mairi ke mana? Nggak biasanya dia keluar kelas,"

"Apa, lagi ke toilet?" Gumamnya.

***
Kembali ke beberapa saat lalu, sebelum Kahem kembali ke kelasnya.

Kahem sedang duduk di bangku kantin sekolah sambil menunggu makanannya datang.

Beberapa saat kemudian, Zahen datang bersama Kelino. Dan langsung duduk di depan Kahem.

"Tumben sendiri, teman lo mana?" Tanya Zahen.

"Lagi ngambil makanan," jawab Kahem.

"Ohhh, ga usah di tungguin. Mending sekarang lo bawa ini ke kelas lo, dan kasih ke dia." Ujar Zahen, sambil menyerahkan sekotak makanan.

"Gue juga butuh makan, entar aja." Tolak Kahem.

Sedangkan Kelino hanya mengerutkan keningnya bingung. Seperti berpikir, apa yang sedang di bicarakan oleh kedua orang itu?

"Lo bisa makan nanti, tapi dia nggak. Jadi sekarang yah Ka." Bujuk Zahen.

"Ck," Kelino berdecih pelan.

"Oi, kalian ngomongin siapa sih? Dia siapa?" Tanya Kelino.

"Kepo lo," Balas Zahen.

"Yah iyahlah, gue dari tadi cuman ha ho ha ho, doang!"

"Diam!" Zahen lalu mengalihkan perhatian kembali ke Kahem.

"Nih, kasih ke dia. Sekarang!" Tekan Zahen.

Kahem hanya memasang raut wajah kesal, lalu meraih kotak makanan itu dan beranjak pergi. Dan setelah itu, seorang cowok datang sambil membawa nampan berisi dua mangkok bakso dan dua gelas es teh.

"Kahem mana?" Tanya cowok itu. Dia adalah Dirka, sahabat Kahem.

"Kembali ke kelas, ada urusan katanya," Jawab Zahen.

Dirka pun duduk dan menyimpan nampan tersebut di atas meja.

"Terus makanannya gimana?" Tanyanya lagi.

"Buat gue aja," sahut Kelino.

"Yah udah," Balas Dirka.

Kelino melirik Zahen sekilas, dan terdapat senyum tipis pada wajah cowok itu.

"Gue pikir, tadi bekal itu buat dia sendiri, tapi ternyata buat orang lain. Apa pacarnya? Tapi siapa?" Batin Kelino

***

Kahem berjalan ke arah tempat duduknya, lalu duduk. Ia berniat menunggu Mairi kembali saja, jika cewek itu sedang pergi ke toilet.

Setelah jam istirahat selesai, dan para murid telah masuk, dan bahkan jam kedua pun telah mulai, tapi Mairi tidak kunjung kembali. Melihat keadaan itu, Kahem merasa heran. Tidak mungkin Mairi bolos.

"Apa jangan-jangan, terjadi sesuatu sama dia?"

Kahem pun beranjak dari bangkunya, dan itu mengundang semua perhatian murid termasuk guru yang sedang mengajar.

Tentang MairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang