"Gantengnya," puji Alya sambil memandang layar ponselnya. Ia sedang berada di kantin bersama Leoarga Narmatin. Salah satu sahabatnya sejak kelas 1 SMP.
Jelas Arga yang tahu pujian itu kepada siapa, jadi ia langsung menghela napas kasar. Arga tetap makan baksonya semasih panas.
"Liat deh, fotonya Asta yang baru aja di posting ganteng banget," puji Alya sembari menyodorkan ponselnya kepada Arga.
Karena sudah jengah dengan sifat Alya yang fans Asta, ditambah lagi ia menerima bunga tadi pagi, Arga membalas sedikit malas. "Dia artis, udah pasti ganteng. Mukanya juga perawatan, nggak kaya gue."
"Tapi lo juga ganteng," puji Alya spontan.
Jelas Arga langsung merasa kaget karena tidak ada angin tidak ada hujan Alya memuji soal ketampannya.
Biasanya dulu hanya orang-orang yang tidak terlalu dekat dengannya sering memuji tampan. Wajahnya khas orang indonesia yang memiliki wajah imut serta manis. Terutama fans cewek di sekolahnya, banyak yang mengejar-ngejar Arga seperti Asta.
Melihat Arga melamun dengan senyum kecil, Alya dengan polosnya menyentuh tangan Arga. "Sayang aja lo betah jomblo," kekeh Alya. "Andai aja lo nggak temenan sama gue, jadi tameng gadis gendung kaya gue, lo pasti populer waktu itu."
Alya terlalu pahit mengatakan itu, tapi memang fakta yang Alya. Dia cukup bersyukur dengan adanya Arga di hidupnya, tapi ada juga perasaan tidak enak kepada Arga yang harus kehilangan kepopuleran di sekolahnya gara-gara melindungi korban bully.
Tapi Arga malah tidak menanggapi, dia membantu Alya menambah bumbu kepada baksonya lalu menyerahkannya kepada Alya.
"Lo makan! Cuma di sekolah lo bisa makan sampe kenyang." Arga begitu perhatian, tidak pernah mengabaikan Alya sekalipun.
Arga juga jarang suka basa-basi, tapi ia lebih suka aksi dengan menunjukkan kerja nyatanya.
Karena sudah tinggal hap, Alya langsung memasukan beberapa suap bakso sambil menunjukan tanda jembol kepada Arga.
Arga pun tidak bisa untuk tidak tersenyum kecil.
***
Alya pulang sambil membawa bunga pemberian Asta dengan wajah berseri-seri.Alya yang biasanya pulang naik taksi membiarkan Arga duluan untuk mengambil sepeda motornya di parkiran. Alya juga menolak keras kalau Arga yang mengatar, takut motor sahabatnya itu keberatan.
Saat hendak pulang ia melewati taman sekolah. Dengan perasaan yang sedang bagus, ia berjalan dengan langkah lebar.
Di ujung taman biasanya, sudut dekat dengan tembok terdapat beberapa kursi khusus. Di sana selalu teduh karena berada di bawah pohok rindang.
Terlihat Asta sedang duduk di salah satu bangku, bersama cewek populer di kelas sepuluh. Namanya Pramita Anastya, atau bisa dipanggil Mita. Dia gadis yang sangat rendah hati, banyak disenangi oleh para siswi maupun siswa.
Karena penasaran Alya mendekati mereka, bersembunyi di salah satu pohon rindang ingin sedikit menguping.
"Lo bener-bener kasih bunganya ke salah satu temen kelas? Nggak nyangka gue, kalo lo bakal punya pacar segera," ungkap Mita dengan antusias.
Namun, Asta malah langsung tertawa. "Yang bener aja, lo. Siapa yang mau pacaran sama cewek gendut?" Asta memandang Mita yang terlihat kaget mendengar pernyataan Asta.
Wajah cantik Mita mengambarkan rasa sakit sakit saat mendengar pernyataan sahabatnya yang bisa saja tidak sengaja didengar oleh orang yang dibicarakan.
Akan tetapi Asta tidak peduli sedikitpun. Ia malah melanjutkan lagi. "Lagian gue cuma kasihan, pas gue deketin juga karena penasaran. Tapi liat responnya dia sama aja dengan gadis lain-lain, suka sama gue." Asta tertawa remeh.
Tidak sadar yang ditakutkan Mita memang terjadi, Alya mendengarnya, membuat ia reflek menjatuhkan mawar putih yang sempat dia banggakan.
Pandangan semua orang kepada gadis gendut ternyata sama saja. Tidak harganya dan tetap jelek dari sudut manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love (END)
Teen FictionDi saat Alya merasa terpuruk dengan keadaannya yang gendut dan selalu menjadi bahan bully. Alya berusaha mundur jauh-jauh dari cinta pada pandangan pertamanya, seorang remaja populer sekaligus penyanyi cilik yang sukses hingga usia remaja. Namun, la...