26. Sebuah Perubahan

55 5 0
                                    

Alya yang sedang menikmati makan buah tiba-tiba diganggu oleh Asta yang baru selesai makan siang. Asta pulang agak sore dari sekolah karena sedang mengikuti eskul basket.

Dengan tenangnya Asta duduk di samping Alya, di mencuri beberapa buah anggur dari aras piring Alya sn memakannya tanpa dosa.

Alya menaikkan sebelah alisnya, ia tersenyum dan memeluk Asta dengan erat.

"Gue denger dari anak sekolah lo dijemput paksa sama ibu, lo, ya?" Asta membuat Alya melepaskan pelukannya dan menatap mata Asta secara langsung.

Alya yang sudah malas membahas masalah itu mengangguk lesu.

"Mama udah ngelindungin lo, kan?"

"Lo yang nyuruh mama jemput?" tanya balik Alya.

Kalau benar Alya akan merasa tidak enak, karena secara tidak sadar telah merepotkan mama Asta yang punya banyak kegiatan.

Tapi Asta malah langsung mengelak. "Gue juga nggak tahu kenapa jadi mama yang jemput, tapi kayaknya mama seneng punya anak perempuan, jadi saking senengnya mau ngurus lo secara langsung." Asta tersenyum lembutt, tangannya sudah berpindah itu mengelus rambut Alya.

Merela juga sekarang ada di ruang tamu. Tidak akan pernah ada yang berani mengusik, karena pacaran mereka telah direstui. Mama Asta sampai sudah mengagap Alya adalah anaknya.

Alya yang senang mendengar ucapan Asta lamgsung mengangguk, kepalanya menyeser di dada bidang Asta. Kebetulan juga mereka sedang bersila di atas karpet bulu, bukan duduk di sofa yang telah disediakan.

"Ngomong-ngomong mana ngajakin gue buat ikut olahraga kebugaran, sekaligus buat nurunin badan," kata Alya setelah mereka cukup lama hanyut dalam posisi masing-masing.

"Kalo lo merasa tertekan, apalagi karena dulu lo nggak pernah dapet kebebasan, gue bakal nyuruh mama buat nggak maksa." Asta langsung merasa panik mendengar mamanya meminta Alya untuk ikut olahraga-olahraga seperti itu.

Terutama Alya yang mungkin akan berpikir negatif dan mengira mamanya sama dengan sang ibu. Menginginkan Alya kurus dan langsing.

Namun, Alya menangkap dengan cepat apa yang dikhawatirnya Asta. Begitupun juga Alya sebenarnya sudah diyakinkan mama Asta tentang tujuan olahraga ini. Mama Asta ingin memperhatikan kesehatan Alya, bahkan mama Asta rela ikut olahraga itu demi menemani Alya membentuk tubuh sehatny.

Alya langsung mengelua tangan Asta lembut. "Gue mau ikut Asta. Gue percaya apa yang mama lo saranin pasti buat yang terbaik," ungkapnya yang berusaha membuat Asta tidak usah khawatir.

Tapi Asta yang masih tidak percaya langsung menggeleng. "Lo benaran mau bukan karena terpaksa, kan. Gue nerima lo dalam keadaan apapun, karena yang gue suka dari lo bukan hanya sekedar fisik apalagi enak dipandang. Melainkan gue bener-bener jatuh cinta sama lo."

Alya hampir menangis haru mendengarkan. Asta adalah orang yang Tuhan kirimkan dengan seribu manfaat baik bagi Alya.

Kapan Alya berani bermimpi akan dicintai oleh orang setulus Asta. Bahkan, logikanya saja tidak pernah masuk.

"Gue pengen ngerubah diri gue sendiri atas kemauan sendiri. Jadi lo tenang aja." Alya memeluk Asta, mendekap kehangatan yang selalu ia impikan. "Makasi Asta, karena lo udah mencintai gue setulus itu."

Asta mengangguk, tangannya langsung membalas pelukan Alya dengan lembut. "Gue akan selalu suka sama lo, Alya. Karena cuma lo yang berhasil buat gue jatuh cinta."

"Dan gue akan selalu menjaga cinta itu, bukan hanya sekedar balasan, tapi semua cinta tulus yang gue punya," balas Alya yang sampai meneteskan air mata untuk mengatakan itu.

In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang