21. Kita Akan Bersama Alya

46 5 0
                                    

Alya termenung di taman rumah sakit dengan pandangan kosong. Hatinya benar-benar merasa kacau, bukan hanya masalah keluarganya, tapi Alya juga merasa bersalah kepada Arga.

Setelah Alya nekat menolaknya, Arga sama sekali tidak menunjukkan kecewa. Ia masih menjadi Arga sahabatnya. Malahan bukan Arga yang merasa canggung untuk terus merawat Alya, tapi Alya sendiri yang merasa sangat jahat.

Namun, di dalam benaknya ia juga takut kalau sampai menerima Arga hanya karena kasihan. Lalu bagaimana tanggapan keluarga Arga yang telah membencinya sejak awal?

Alya kembali menghela napas, dia memandang lurus ke depan. Di taman memang sedang sepi, karena cuaca yang terik tidak ada ke taman siang begini. Alya saja sekarang sedang berteduh di bawah pohon.

Mengingat lagi kalau waktu telah siang, Alya langsung beranjak. Takut nanti Arga akan mencarinya ke mana-mana. Kemarin Arga telah berpesan kalau dirinya sepulang sekolah akan menemui Alya langsung di rumah sakit.

Di saat Alya telah berbalik untuk menyeret tiang infusnya, Alya hampir terjatuh saking kagetnya melihat Asta sendari awal berdiri di belakang Alya membawa buket bunga matahari.

Asta Pancana Nugraha, orang yang Alya kira telah meninggalkan hidupnya kini berdiri di hadapan Alya. Bukan hanya membuat Alya kaget, tapi getaran hatinya yang tidak bisa bohong kalau Asta satu-satunya orang yang selama ini Alya cintai.

Arga tersenyum lebar, mengakat buketnya lebih tinggi lagi di hadapan Alya. "Maaf gue baru nemuin lo setelah nyari cukup lama," ucapnya dengan sedikit rasa bersalah.

"Tapi kali ini gue dateng, bukan hanya untuk berkunjung, tapi demi membuat hubungan kita lebih jelas lagi," lanjut Asta, yang membuat Alya mematung binggung di hadapannya.

Ada banyak kejutan di depan Alya, serangan itu berjalan hanya dalam waktu beberapa detik. Sangat pantas mengapa Alya hanya mematung menatap Asta tanpa bisa mengeluarkan satupun pertanyaan.

"Alya," ucap Arga yang menaruh bunganya di bangku tempat Alya tadi duduk. Asta juga langsung memegang kedua tangan Alya sedikit hati-hati. Ada jarum infus yang menempel di punggung tangan Alya.

"Lo bukannya pergi?" Pertanyaan Alya membuat Asta semakin merasa bersalah. Cowok itu menggeleng kuat dan semakin mendekati Alya.

Kikisan jarak yang Asta buat sungguh tidak membuat Alya mundur, pandangan Alya benar-benar penuh dengan keingin tahuannya.

"Waktu itu lo salah paham. Gue ngajak lo ketemuan karena mau jelasin, kalau alasan gue menghindar semingguan lebih karena syarat lomba untuk menjadi pangeran dan putri sekolah itu adalah dengan tidak pacaran selain bersama patner lomba."

Asta menghela napas panjang, ia dengan lantang akan menceritakan semuaya kepada Alya, agar tidak ada kesalah pahaman lagi.

"Tapi dengan lo pergi waktu itu, gue juga dapat kebenaran, kalau semua itu hanya akal-akalan Mita. Dia nyuap bu Clara untuk misahin kita berdua." Asta berharap-garap cemas dengan tagapan Alya.

Sejujurnya Asta masih syok dengan fakta kalau sahabatnya berkhinat. Namun, Asta juga tidak bisa menyalahkan. Mita mencintainya diam-diam, sama seperti Arga kepada Alya. Karena dibutakan cinta meraka rela melakukan apapun.

Untuk membuat semua drama berakhir, Asta telah memutuskan hubungan persahabatan mereka. Walaupun terkesan jahat, Asta hanya ingin hubungannya kepada Alya berjalan lancar.

Wajah Alya yang sepertinya tidak menyangka membuat Asta langsung meyakinkan lagi.

"Tapi lo nggak usah mikiran apapun. Yang jelas gue juga datang untuk memperjelas perasaan gue," ungkap Asta melepas tangan kanannya dari tangan Alya, ia mengambil bunganya di bangku untuk diberikan kepada Alya.

Setelah Asta mundur agar lebih enak saling pandang. Alya hanya bisa diam dengan perasana begitu menggebu-gebu.

"Alya, gue dari awal suka sama lo, dan sampai detik ini ataupun akhir hidup gue, gue bener-bener akan sayang sama lo. Alya gue jatuh cinta sama lo saat pandangan pertama, jadi lo mau kan nerima perasaan gue?" Asta terlalu semangat, menyatakan kalimat yang sangat panjang hingga ia melihat senyum Alya akhirnya merekah.

Alya tanpa basa-basi menerima bunga Asta, walaupun Alya ingin berkata banyak, air matanya yang lebih dulu turun menetes. Ini adalah rasa haru di mana akhirnya ada yang mencintai Alya dengan tulus.

"Gue juga suka sama lo sejak pandangan pertama," ucap Alya dengan suara serak, mungkin karena tangisannya.

mendengar itu Asta semakin bahagia, ia memeluk Alya perlahan. Asta benar-benar tidak ingin membuat Alya terluka, karena mulai sekarang Asts yang akan menjaganya.

Saat ini Alya merasa nyaman dengan pelukan Asta, merasa dicintai tanpa syarat seperti yang keluarganya lakukan.

Akan tetapi Alya tidak sadar kalau Arga melihat semuanya. Cowok itu berdiri tidak jauh dari taman rumah sakit, setelah mengatar Asta ke sana, Arga memilih untuk tidak menemui Alya lagi.

Arga pernah jahat, dan ia merasa bersalah. Biarkan Asta yang memiliki Alya seutuhnya.

"Gue udah ceritain semuanya Asta, itu artinya gue percaya sama lo. Gue harap lo jaga Alya sebaik mungkin buat gue," batin Arga yang perlahan meninggalkan tempat itu dengan perasaan ikhlas yang dipaksakan.

In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang