Sekarang tinggal tersisa Asta dan Alya di kelas, sementara Arga telah pulang duluan karena tidak terpilih untuk mewakili sekolah. Kalah dua suara dengan Asta.
Alya yang akhirnya ditetapkan untuk perwakilan sebagai putri dari kelasnya. Guru tidak menerima bantahan satupun siswa sehingga Alya langsung terpilih. Itu juga berkat Asta yang meyakinkan guru dengan penuh pertimbangan.
Setelah melihat Asta selesai mengisi formulir, Alya semakin buru-buru mengisi data yang diperlukan. Dia tidak mau ditinggal Asta, entah kenapa firasatnya buruk kali ini.
Namun, sebelum Alya selesai, Asta sudah secepat kilat menyetor formulirnya dan pergi meninggalkan Alya.
"Gue buru-buru ada jadwal manggung, jadi duluan, ya. Alya," pamit Asta setelahnya.
Melihat itu Alya langsung menyerahkan formulirnya kepada bu Clara. Guru itu tampak tersenyum mengentahui Alya akhirnya tetap berani maju walaupun berbagai kritikan diberikan langsung oleh teman kelasnya.
"Untuk jadwal kosong ruang musik ibu akan info segera. Kamu sampaikam juga kepada Asta, ya," ujar Bu Clara, yang dibalas anggukan oleh Alya.
Setelahnya sang guru juga menyusul. Benar-benar meninggalkan Alya sendirian di kelas. Pikirannya yang selalu gelisah membuat Alya ketakutan, ia merasa terancam karena pemilihan tadi.
Sampai pada saat Alya sudah mau mengambil tasnya, beberapa siswi yang Alya ketahui teman kelasnya masuk kembali. Mereka mendekati Alya dan mendorong bahunya keras.
Alya hanya menunduk sambil meringis pelan. Siapa yang tidak kaget saat didorong tiba-tiba seperti itu. Belum lagi wajahnya malah langsung disiram. Mereka bertiga, sementara Alya sendiri, itu yang membuatnya binggung akan melawan dengan cara apa.
"Undurin diri lo sebagai perwakilan lomba itu!" perintahkan salah satu orang yang Alya tahu adalah bendahara kelasnya.
Sementara pemimpinnya yang berambut panjang langsung berdecih. "Lo ngak pantas dampingin Asta. Kasihan nanti dia malu di atas panggung karena pasangannya malah karung beras," ejeknya yang disahuti dengan tawa dua sahabatnya.
Alya yang biasa dipermalukan bisa apa? Ia tidak membalas dan ingin pergi saja dari saja. Sambil mengambil tasnya Alya menyamping agar bisa pergi.
Tapi salah satu dari mereka malah menarik rambutnya yang hanya sebahu. Dua teman lainnya sudah siap dengan gunting serta sisir.
"Kalo lo secara baik-baik nggak mau, gue akan hancurin rambut lo biar sebulan lagi lo nggak ada muka buat naik ke atas panggung," ucap si siswi yang membawa gunting.
Alya hanya bisa memberontak agar jambakan rambutnya lepas, tapi satu temannya lagi malah membantu memegangi Alya.
"Lepas ...." Dengan sekali dorong Alya membuat mereka semua langsung tersungkur, tapi disaat Alya berusaha lari, salah satu dari mereka malah memegangi kaki Alya hingga jatuh tersungkur.
Mereka bertiga tertawa, memegangi badan Alya lagi agar rambutnya berhasil di potong. Membuat Alya hanya bisa menahan sakit diseluruh badan tetapi mereka tidak juga menghentikan aksinya.
Di saat Alya sudah tidak tahu mau berbuat apa, pintu kelas malah ditendang dengan begitu kencangnya.
"Kalian berani sentuh rambut Alya seincinpun, kalian habis di tangan gue!" ancam seorang siswa yang tampak sangat tidak suka kalau Alya disakiti.
Apalagi saat melihat kondisi Alya yang tidak baik-baik saja.
Ketiga siswi yang tidak mungkin melawan cowok hanya mendegus sebal dan melepaskan Alya begitu saja.
"Urusan kita belum selesai," bisik sang ketua geng yang meninggalkan Alya setelahnya.
Sementara siswa yang membantu Alya langsung berlari untuk membangunkan Alya sekaligus memunguti barang bawaan Alya yang jatuh.
"Makasi ya Arga, lo selalu nolongin gue tepat waktu."
"Gue emang akan selalu ada buat lo," balas Arga sambil tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love (END)
Teen FictionDi saat Alya merasa terpuruk dengan keadaannya yang gendut dan selalu menjadi bahan bully. Alya berusaha mundur jauh-jauh dari cinta pada pandangan pertamanya, seorang remaja populer sekaligus penyanyi cilik yang sukses hingga usia remaja. Namun, la...