10. Romantisnya Asta

50 4 0
                                    

Alya sedang makan bakso bersama Arga di kantin sekolah. Meja yang memiliki empat kursi itu tiba-tiba terisi penuh saat Asta dan Mita bergabung. Sebelumnya pun tidak ada janji.

Mita memilih duduk di samping Arga, sementara Asta di samping Alya. Jelas mereka berempat langsung menjadi sorotan, yang utama adalah Alya, Arga dan Mita, mereka telah menjadi idola di sekolah. Berbeda dengan Alya  yang malah sasaran bully seluruh siswa.

Namun, Asta tidak peduli pandangan lain. Ia yang membawa makok bakso yang masih penuh, memberikan beberapa pentol baksonya ke mangkok Alya. Asta tersenyum manis saat Alya menatapnya binggung atas perlakuan dirinya.

Hal seperti ini memang sering Asta lakukan. Sudah sering Asta mengajak Alya makan di luar setelah latihan untuk lomba pangeran dan putri sekolah. Tapi tetap saja Alya belum terbiasa.

"Lo suka bakso, kan?" ucap Asta yang sudah memperhatikan Alya sering makan bakso kalau sudah ke kantin sekolah.

Alya yang tidak ingin mengelak hanya mengangguk ragu. "Tapi ... um, nanti gue makin gendut," balas Alya, yang sedikit membuat senyum Asta luntur.

Tangan cowak populer itu reflek mengelur pucuk kepala Alya lembut. Menjadikan jantung Alya bekerja keras lagi karena perhatian Asta yang tiba-tiba.

"Lo imut bukan gendut," katanya dengan senyum manis. "Jangan pernah larang diri lo menjauhi makanan apapun yang lo suka," lanjut Asta.

Setelah jantungnya yang berdetak kencang, sekarang pipi Alya ikutan merah menjalar ke telinga. Nasehat Asta mampu membuat Alya tidak bisa berkata-kata.

Itu memang nasehat biasa, tapi kalau Asta yang mengatakannya, entah kenapa tetap terasa beda. kata-kata Asta adalah asupan cinta serta perhatian yang Alya butuhkan selama ini.

Setelah Alya tidak membantah lagi, Asta langsung melepaskan elusan tangannya dan kembali makan bakso yang terasa lebih nikmat kalau berada di samping sang pujaan hati.

Bukan hanya jantung Alya yang berdetak kencang, jantung Asta juga. Padahal dia yang merayu, tapi kenapa  ia  yang merasa salting.

Mereka berdua tidak memperdulikan Arga dan Mita yang meremat sendoknya kuat. Arga sampai mempercepat makannya dan meninggalkan meja setelah berpamitan kepada Alya.

"Gue mau ke kelas duluan," pamitnya yang dibalas anggukan oleh Alya.

Merasa hanya dirinya sendiri yang terjebak, Mita juga beranjak dari duduknya. "Gue juga udah selesai," ucapnya, membuat Asta binggung melihat piring Alya yang masih penuh nasi goreng.

Asta yang khawatir Mita sakit atau nasi gorengnya tidak enak langsung bertanya. "Nasi gorengnya masih sisa banyak, kenapa nggak di makan?"

"Gue lagi diet," jawab Mita yang sedikit tidak masuk akal. Kenapa kalau mau diet memesan nasi goreng di awal?

Karena tidak ingin Mita berdebat lagi, ia langsung pergi meninggalkan Asta dan Alya yang kembali lanjut romantisan seperti orang pacaran.

***
"Hari ini ibu ingin mengumumkan kalau lomba akan diadakan seminggu lagi," pengumuman bu Clara kepada seluruh peserta lomba.

Mereka dikumpulkan di aula, dengan kepala sekolah yang ada di sana. Mereka semua juga sudah diberikan surat undangan orang tua.

Nantinya pemenang akan dipilih oleh orang tua kelas 10. Setiap orang tua akan mendapatkan satu mawar merah untuk putra, dan mawar putih untuk putri.  Peserta akan berjejer di samping panggung setelah selesai menunjukkan bakat masing-masing, menunggu siapa saja yang akan memberikan bunga.

Bukan hanya kedekatan siswa yang diperhatikan, tapi antar orang tua siswa. Acara seperti ini akan membuat kedekatan setiap oang tua terjalin.

Bu Clara juga kembali mengumumkan. "Kalian harus tetap siap, lomba ini akan membawa pandangan positif orang tua kepada sekolah. Jadi sebelum itu ibu meminta kesiapan dan kerja keras kalian." Bu Clara menutup pengumuman dan tentang mekanis lombanya semua siswa tidak ada lagi yang bertanya.

Namun, saat Alya ke luar dari aula, ia langsung meremas surat undangan yang akan diberikan kepada orang tuanya. Alya tidak ingin berharap, jadi biarkan surat itu berakhir di tong sampah saja atau tangan ibunya mendarat di pipi Alya.

Miris memang, tapi Alya masih harus terus bertahan. Ia punya tujuan dan cita-cita untuk masa depannya sendiri. Sampai kapanpun luka tidak akan pernah bisa menumbangkan seorang Alya.


In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang