Satu bulan berlalu, dan Alya sekarang berhasil meraih kemenangan sebagai putri sekolah, mengalahkan sang juara sebelumnya.
Hubungan Alya dengan Asta juga semakin membaik, terutama dengan keluarganya yang menerima Alya dengan baik.Berat badan Alya turun lima kilo dalam sebulan. Untuk membuat Alya nyaman dengan hidup sehat yang secara halus tujuannya adalah menurunkan berat badannya, ibu Asta selalu menyuruh satu keluarga ikut makan apapun yang Alya makan.
Tidak ada yang berani protes, bahkan jika mereka menolak maka ibu Asta akan mengamuk. Sementara jika Alya yang meminta kelonggaran seluruh koki di rumah itu akan mendengarkan.
Alya benar-benar merasakan bagaimana hidup bagaimana di sana. Ibu Asta sangat baik, sementara Alya yang sudah lama mengindamkan itu merasa sangat nyaman.
Saat ini mereka bertiga sedang makan di kantin, Asta, Arga, dan Alya rehat sejenak dari acara sekolah yang snagat melelahkan.
Setelah makanan habis Alya mengakat sebelah alisnya saat memandang Arga bermain ponsel sambil senyum-senyum sendiri.
Di sisi lain Asta yang melihat pacarnya memandang Arga, ia langsung memeluk pinggang Alya yang duduk di sampingnya. Jelas Alya kaget dan memandang Asta semakin binggung.
Saat Alya sadar Asta cemburu ia langsung memukul pelan lengan Asta sehingga wajah sang pacar mendadak cemberut.
"Lo pacaran sama Mita?" celetuk Alya yang seketika membuat kedua pria itu membeku.
Asta yang tidak tahu kalau sang mantan sahabat keberadaannya di mana, sekarang ia malah mendengar kalau Arga tahu tentang keadaan Mita.
Jujur saking kecewanya Arga, ia tidak lagi mau berhubungan dengan Mita dan juga keluarganya. Walaupun rumah mereka dekat, Asta sekarang lebih fokus kepada Alya.
Sementara Arga yang binggung menjawab apa menggaruk kepalanya sebentar. "Mita sekarang jadi ketua OSIS di sekolahnya, jadi karena gue juga lagi nyalonin, gue sedikit nanya-nanya sama Mita," jawab Arga seadanya.
Sementara Alya tetap memandang dengan tatapan tidak percaya. Lain hal Arga yang malah langsung menghela napas kasar.
"Mita sebenarnya baik, cuma kesalahannya yang terakhir kali buat gue bener-bener kecewa. Kalo dia jadi pacar lo, gue bener-bener yakin kalau Mita cewek yang cocok buat lo." Asta memberi nasehat kepada Arga.
Karena mau bagaimanapun Asta tumbuh besar bersama Mita, jadi dengan jelas ia tahu karakter yang dibawa Mita selama ini.
Arga yang memang punya rasa tertarik mengangguk. Jujur ia memang tertarik sebenarnya.
"Hem ... setelah ini gue mau jalan sama Alya, lo jangan ngintilin terus, ya," ucap Asta yang memang ada maunya.
Sementara Asta yang sudah hapal tujuan sang pacar hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Habisnya kita nggak pernah ada waktu berdua. Kalo di sekolah ada lo, sementara pulang sekolah Alya milik mama. Kapan waktu kita bisa pacaran," keluh Asta sambil menunjukkan wajah cemberut kepada Alya agar dipercaya.
Arga sendiri tidak masalah, dia mengangguk dengan senang hati.
"Kalo gitu gue mau rapat dulu," pamit Arga yang meninggalkan mereka berdua sebelum waktu yang diminta Asta.
Jelas pacar Alya itu mengangguk mengizinkan, dia memandang alya puas dan mengacak rambut gemas. "Pacar gue cantik banget," pujinya terang-terangan. Sementara Alya langsung tersipu malu saad sadar ada benyak orang memperhatikan mereka.
Namun, Asta tidak peduli itu, dia menakup lembut pipi Alya dan menempelkan jidat mereka berdua.
"Setelah nanti masalah kamu selesai, janji ya tetep tinggal di rumah aku. Biar akunya nggak kangen-kangen," ucap Asta sambil menggekkan jidatnya dengan Alya.
"Mana mungkin gue ninggalin satu-satunya tempat yang menerima gue apa adanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love (END)
Teen FictionDi saat Alya merasa terpuruk dengan keadaannya yang gendut dan selalu menjadi bahan bully. Alya berusaha mundur jauh-jauh dari cinta pada pandangan pertamanya, seorang remaja populer sekaligus penyanyi cilik yang sukses hingga usia remaja. Namun, la...