Arga berjalan menuju kafe di dekat rumah sakit. Sangat kebetulan sekali tadi ia pergi ke rumah sakit naik mobil Arga, sebab pikirannya mengatakan kalau mereka satu mobil, maka ia akan bisa menjelaskan tentang Alya lebih banyak.
Sebelum Arga memilih tempat duduk, pandangan matanya tidak sengaja melihat Mita juga ada di sana. Dia duduk tenang di pojok ruangan sambil menatap ke luar lewat kaca transpatan kafe.
Arga tersenyum kecil, ia menyuruh pelayan nanti membawakan kopinya ke meja Mita. Ia yakin Mita tidak akan menolak kehadirannya.
Setelah mendekati Mita, ia tidak langsung duduk, tapi bertanya lebih dulu. Sebab Mita juga tidak menyadari kebaradaannya.
"Suka kue coklat?"
Mita menoleh, mendapati Arga telah tersenyum kecil di sampingnya. Wajah Mita yang tadinya datar berubah menjadi senyuman tulus.
"Lo di sini?" Mita balik bertanya, bukannya menanggapi pertanyaan Arga yang ingin tahu apakah Mita suka kue coklat.
Karena sudah dibalas ramah, Arga memberanikan diri duduk di depan Mita. Tampaknya Mita juga tidak terganggu.
"Wajar kita ada di tempat yang sama, bukannya dulu sudah pernah berkenalan untuk menjadi seorang teman?" balas Arga yang dibalas kekehan oleh Mita.
Momen itu adalah awal patah hati yang berlanjut sampai sekarang. Sialnya lagi mereka telah mengambil tindakan yang sangat jauh, saking jauhnya persahabatan mereka rusah sekarang. Mungkin lebih tepatnya persahabatan Mita dengan Asta.
Dengan momen seperti ini, Arga malah pokus kepada tawa hambar Arga. Cowok itu sangat tahu tentang apa yang telah terjadi.
Arga hanya menghela napas panjang, ia membiarkan pelayan meletakkan kopinya lebih dulu baru memulai obrolan lagi.
"Kita baru ketemu dua kali, jadi walaupun udah jadi temen, terlalu canggung nggak, si?" tanya Mita yang tidak serius dengan perkataannya, ia hanya berniat bercanda kepada Arga.
"Kalo gitu ayo kita sering-sering ketemu. Kalo bisa ngobrol sama jalan-jalan juga," balas Arga cepat.
Mita sempat terperangah, jawaban yang sungguh membuat hati Mita binggung menanggapi. Tapi tanpa membuat sang lawa bicara kecewa, Mita mengangguk pelan.
Mungkin mereka memang akan menjadi dekat di masa depan.
***
Mita dikeluarkan dari lomba putri sekolah, ia ketahuan menyongok bu Clara, sementara gurunya itu juga dipecat secara tidak hormat.Mita mencoba menerima, mau bagaimana pun hasil ini adalah karma yang dia tanam sendiri. Sekolah benar-benar tidak menerima orang jujur seperti Mita dan bu Clara.
Sekarang orang tuanya sendiri juga pasti kecewa, mengetahui anaknya dikeluarkan dari sekolah karena kesalahan fatal.
Saat Mita berjalan di lorong sekolah untuk ke kelas mengambil tas, ia melihat Arga menyeder di tembok dengan tangan menyilang di atas dada.
Mau tidak mau Mita berhenti, dia tersenyum walaupun terasa sangat kecut. Mungkin ia menyadari apa yang ingin Arga lakukan sekarang.
"Sekarang lo marah, kan? Lo mau batalin pertemanan kita?" tanya Mita dengan tabah.
Tapi Arga bukannya mengeluarkan kata makian seperti bayangan, dia malah menepuk pundak Mita dengan lembut.
"Setiap orang pasti punya kesalahan, tapi orang kaya lo cuma ngelakuin satu kesalahan dalam seribu kebaikan," ucap Arga tersenyun menyemangati.
"Gue juga sama," lanjut Asta, menjadikan Mita sangat syok sekarang.
Tapi secepat mereka kemarin dekat, Arga tanpa memandang keburukan Mita langsung merangkulnya. Arga tahu betul Mita adalah orang baik, yang mungkin ia mengambil satu tindakan salah karena dibutakan cinta.
Arga yakin Mita pasti sudah menyesali semuanya sama seperti Arga.
"Ayo gue anter ke kelas, gue juga yang anter pulang," ajak Arga yang tetap merangkul Mita penuh kehangatan.
Mita pun hanya bisa tersenyum kecil. Entah kenapa hatinya tiba-tiba merasa sangat nyaman sekarang.
"Lo mau bolos?" Mita bertanya di sepanjang jalan, agar suasana hatinya lebih baik nanti.
"Enggap apa-apa, demi sahabat cantik gue selalu rela, kok," jawabnya enteng yang diselingi godaan.
Pipi Mita sedikit memanas mendengar itu, tapi Mita tetap berusaha bersikap senormal mungkin agar Arga tidak mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love (END)
Teen FictionDi saat Alya merasa terpuruk dengan keadaannya yang gendut dan selalu menjadi bahan bully. Alya berusaha mundur jauh-jauh dari cinta pada pandangan pertamanya, seorang remaja populer sekaligus penyanyi cilik yang sukses hingga usia remaja. Namun, la...