20. Di Mana Alya

47 7 0
                                    

Asta sudah semangat sekali sekolah hari ini. Ada niat hati ingin menyampaikan perasaannya yang memang sudah lama terpendam gara-gara masalah yang selalu mengelilinginya.

Namun, sampai jam pelajaran dimulai, Alya tampaknya tidak datang ke sekolah. Bangku sebelah Asta kosong. Asta sudah menerka-nerka apa yang terjadi dengan Alya, sampai Asta mendengar dari teman-teman kelasnya kalau Alya sudah tiga hari tidak sekolah.

Jelas pikiran Asta mulai panik. Apa mungkin Alya pindah sekolah gara-garanya? Tapi tidak mungkin diabsen Alya keterangannya izin sakit.

Di saat Asta bertanya lebih detail sakitnya dan dirawat di rumah sakit mana. Seorang hanya menjawab kalau Alya mengalami kecelakaannya. Tidak ada yang tahu dirawat di rumah sakit mana, yang jelas mereka juga ingin berkunjung tapi tidak bisa.

Di saat pikiran Asta buntu, ingin meminta bantuan kepada ayahnya. Tiba-tiba ia teringat pada Arga. Sahabat Alya pasti tahu tempat Alya dirawat.

Apalagi saat orang-orang membicarakan Alya, dia menghindar seakan sudah tahu sesuatu.

***
Saat pulang sekolah Asta menunggu kesempatan untuk bisa berbicara dengan Arga. Untungnya cowok itu menjadi orang terakhir yang keluar kelas.

Wajah Arga memang sangat keras, pandangannya tajam seolah bisa menerkam siapa saja. Namun, Asta tetap memberanikan diri.

"Ada urusan apa?" tanya Arga yang sadar kalau Asta sudah lebih dari lima menit memandangnya.

Asta yang ditanya duluan pun dengan cepat menjawab. "Gue mau nanya soal Alya," balas Asta yang langsung ke intinya.

Akan tetapi Arga malah langsung berdecih keras sambil berjalan melewati Asta.

"Gue nggak tahu apa-apa!" datar Arga yang sepertinya tidak ingin kalau Asta tahu keberadaan Alya.

Asta ditinggalkan begitu saja jelas mengejar. Ia meraih lengan Arga lalu membantingnya ke tembok. Pertahanan Arga cukup kuat, buktinya dia tidak meringis sedikitpun. Sebaliknya Arga malah meninju perut Asta cukup keras.

Kesempatan kedua ingin Arga ambil untuk memukul wajah Asta, tapi sayang pukulannya meleset karena Asta menghindar.

Jelas Arga kesal ingin memukul lebih membambi buta. Tidak tahu kalau Asta yang tidak sepintar Arga bela diri dapat melawan dengan baik.

Mereka bertarung sampai lelah sendiri. Sekolah yang sepi dan guru yang telah pergi membuat Asta dan Arga leluasa mengeluarkan jurus masing-masing.

"Lo cuma nyakitin Alya. Lo nggak layak sama Alya!" amarah Arga memuncak, ia mencengkram kerah baju Asta untuk membuat wajahnya tertunduk.

Karena sebenarnya Arga jauh lebih pendek dari Asta. Pertumbuhan Asta sebagai artis cilik cukup diperhatikan oleh manajernya.

Namun, kali ini Asta juga tidak mau kalah, dia mencengkram satu tangan Arga dan memelitirnya ke belakang.

"Lo salah paham, gue kemarin jauhin Alya sementara karena keadaan. Tapi pada saat gue mau jelasin di kafe, Alya salah perkiraan dan pergi lebih dulu."

Arga mendegus sebal, ia ingin melepaskan pelintiran tangannya yang di belakang punggung, tapi sepertinya Asta menggunakan kekuatan penuh, sehingga badan Arga yang lebih kecil tidak bisa berkutik.

"Lagian gue udah nyelesaiin masalah itu, dan sekarang gue mau nyelesaiin sama Alya. Dia harus tau, kalau bener-bener cinta sama Alya. Sampai kapanpun gue nggak punya alasan buat ninggalin dia," ucapnya lagi yang sebenarnya harus dijelaskan oleh Alya. Tapi biarkan sahabatnya dulu yang mendengarkan.

"Enggak," tolak Arga. "Gue nggak akan mau kasih lo kesempatan buat nyakitin Alya!" tolak mentah-mentah Arga.

Setelah mendapatkan kelonggaran Arga mampu melepaskan tangannya, dan mendorong Asta menjauh dari tubuhnya.

"Jangan harap gue kasih tau tempat Alya di rawat!" marah Arga yang menjauhi Asta agar tidak ada urusan lagi.

Namun, Asta mengeluarkan ancaman dengan cepat.

"Oke, kalo gitu Alya bakal tahu kalo lo yang udah neror dia selama. Semua tulisan dan foto ancaman yang ada di loker itu ulah lo, supaya Alya nggak mau deketin gue lagi."

Arga membeku, dia menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

Di sisi lain Asta tersenyum menang. Dia akhirnya berhasil. Usahanya menyelidikan orang yang menyogok wali kelas malah menemukan Arga sebagai salah satu pelaku yang selalu meneror Alya di lokernya.

"Gue kira lo tulus, tapi ternyata lo pelindung sekalugus musuh dalam selimut."

"Brengsek," maki Arga yang telah mengepalkan kedua tangannya dengan marah.

Hatinya benar-benar keruh sekarang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menyerah.

Melihat Arga mulai berbalik adalah kesenangan Asta. Akhirnya ia bisa menemukan Alya.

In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang