08. Seperti Kencan

58 6 0
                                    

Alya yang datang ke kafe dijemput Asta terus menggenggam tangan cowok itu. Perasaan Alya campur aduk, antara senang dan binggung kenapa Asta sampai mengajaknya ke kafe.

Dulu Alya hanyalah gadis gendut yang tidak memiliki teman. Syukurnya setelah masuk SMP ada Arga yang mau menerimanya sebagai teman.

Hubungan mereka sangat lengket. Layaknya sepasang sahabat yang tidak pernah bisa berpisah di sekolah.

Arga selalu melindungi Alya pada saat dirinya kena bully. Arga juga yang tahu segala keluh kesah Alya, termasuk tentang sikap kedua orang tua Alya yang tidak sebaik di publik.

Banyak hal yang Arga korbankan demi Alya, termasuk populernya sebagai siswa yang sangat tampan di sekolah. Arga banyak dielu-elukan oleh para siswi di SMP-nya dulu.

Namun, karena sikapnya yang selalu melindungi Alya, Arga malah menjadi korban perundungan juga. Ia sering ditertawakan oleh para siswa-siswi karena punya teman seperti Alya.

Tidak jarang Arga dikeroyok oleh beberapa cowok-cowok karena ingin membela Alya. Arga juga memutuskan ikut ilmu bela diri agar bisa melindungi Alya jika perundung Alya bermain fisik.

Akan tetapi Arga tidak pernah mengajaknya ke luar. Kalaupun ada kerja kelompok Arga akan datang ke rumah Alya, atau sekali Alya juga pernah datang ke rumah Arga.

Hubungan mereka memang dekat. Tapi orang pertama yang berani mengajak Alya makan hanyalah Asta. Walaupun kafe pinggiran jalan yang tidak terlalu mewah, Alya tetap senang.

Jantung Alya yang terus berdebar kencang tidak juga berhenti sesaat setelah Asta mengajaknya duduk di dekat jendela. Wajah Asta yang tampan menghadap tepat ke Alya. Mereka memutuskan duduk berhadapan.

"Ekhem, lo mau pesen apa?" tanya Asta sedikit menormalkan suaranya.

Alya yang tidak pernah ke kafe jelas binggung. Ia hanya menatap meja dengan kikuk.

Beruntung Asta peka, ia menyodorkan buku menu kepada Alya sebelum semakin gelisah karena binggung.

"Lo suka kue?" tanya Asta mempermudah Alya memilih. "Minuman atau makanan yang lo suka apa?"

Alya berpikir sebentar, sebelum ia ingat kalau di kafe pasti punya kue-kue enak seperti yang Alya suka lihat di instagram. Jadi setelah melihat menu beberapa kali Alya akhirnya memesan jus jeruk dan kue rasa coklat.

Asta mengangguk, pergi memesankan menu yang Alya minta.

***
"Lo baru pertama kali ke kafe?" tanya Asta, yang kini mereka sudah kembali duduk berjadapan kembali.

Alya yang merasa malu mengakui itu hanya mengangguk. Pengalamannya benar-benar buruk, membuat Alya sedikit anti sosial dan jarang ke luar rumah.

"Mulai sekarang lo bisa sering pergi sama gue," jawab Asta dengan senyum tulus. "Gue juga mau mengenal lo lebih jauh," ucap Asta lagi.

Alya yang binggung hanya terdiam, sampai tangannya kanannya yang memegang sendok meja disentuh dan dielus oleh Asta.

Perlakuan seperti itu terasa sangat ambingu, Alya merasakan pipinya panas dengan detak jantung yang hampir meledak karena Asta dengan setia memegang tangannya.

"Gue mau deket sama lo, boleh, kan?" tanya Asta lebih serius lagi.

"Maksud lo, kita ...."

"Iya, gue pengen PDKT sebelum pacaran. B-bukan karna gue mau cari yang lebih, tapi sebelum menjalin hubungan gue mau lebih kenal dulu sama orang yang bakal gue pacarin. Intinya biar sama-sama nyaman," jelaskan Asta panjang lebar.

Ia ingin mencintai Alya sepenuhnya, mengakui itu dengan menjalin kisah cinta. Tapi Asta tahu kalau semuanya butuh proses, tidak bisa buru-buru.

Seperti kata Arga beberapa hari lalu, ia belum mengenal Alya. Seperti apa gadis itu, dan mungkin masa lalunya juga ingin Asta kenal sedikit.

Wajah Alya yang sepenuhnya memerah hanya bisa mengangguk sambil menjawab. "I-iya," dengan gagap.

In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang