C h a p t e r - 12 ( Revolution )

6.4K 100 7
                                    

oOo─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌Chapter 12 : Revolution

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

oOo
─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌─‌
Chapter 12 : Revolution

.
.
.

Tak terasa waktu terus berlalu, tahun yang terus berganti dan umur yang semakin menua, saat masih muda apakah kalian terpikirkan untuk menguasi bela diri, politik, hukum? atau kalian berpikir mengenai bagaimana menangani setiap kasus kriminal yang ada di dunia ini.

Luna Jeanne, detektif muda dari Indonesia yang telah menangani lebih dari 30 kasus di usianya yang baru saja menginjak 24 tahun. Gadis yang memiliki luka garis panjang di bagian punggungnya, dan diubah menjadi tato ular. Bagi dirinya, luka itu adalah tanda kebangaan dirinya terhadap kasus penjualan ginjal anak yang terjadi di Daerah Khatulistiwa.

Luna memiiki partner bernama Robin Shaw, dia adalah perempuan dari Jepang yang ikut menjadi detektif bersama dirinya. Red Line atau RL, adalah singkatan dari mereka berdua, maksud dari Red Line itu, daerah manapun yang mereka injaki pasti akan habis. Termasuk pertumpahan darah, pertarungan senjata ataupun fisik.

Menyesap kopi susunya dengan nikmat, dia menikmati kembali ke pulau lahirnya. Pulau Dewata, siapa sangka kali ini dia akan menangani kasus di daerahnya sendiri. Luna melihat Robin yang tengah menggali informasi kasus, yeah tidak usah diragukan lagi kemampuan gadis Jepang itu. Teknologi di Jepang memang lebih maju dari Indonesia, mereka tau cara menghasilkan uang dengan teknologi.

"Baka, kono gakkou wa warukute hidoi. Anjing nih pemiliknya." gumam Robin.

"Kenapa?" tanya Luna.

Robin membalikkan laptopnya dan menunjukkan kepda Luna, "Yayasan Dharma Lidya, lembaga peatihan kerja yang berdiri dari tahun 2003, mereka bekerja sama dengan beberapa perusahaan Jepang untuk merekrut kenshusei. Demo, perlakuan mereka terhadap siswa dan siswi mereka itu jelek tai."

"Bos dari yayasan ini seorang pecandu narkoba, dan pernah dipenjara karena melakukan kasus pelecehan. Tapi dia cepet bebas, yeaah karena banyak uang si, lo kaya gatau aja orang kaya itu gimana."

Luna membaca dengan teliti tentang riwayat dari bos yayasan itu, ada tiga bos laki laki dan satu perempuan. Yang dimana bahkan perlakuan keempat boss itu bisa dibilng tidak manusiawi.

"Kasus ini perlu polisi, karena bos yayasan emang kelihatannya tiga, kita gatau dibelakang mereka pasti ada yang lain."

Robin tersenyum, "Pak Polisi yang ganteng itu Lun, cepet hubungin hehe."

***

Ibas tersenyum melihat gadis pujaan hatinya datang kembali setelah sekian lama tak berjumpa, Luna datang dengan wajah malas dan memberikan proposal mengenai kasus gelap Yayasan.

"Cium dulu." ujar Ibas.

Luna hanya bisa berdecak dan mendekatkan wajahnya, baru saja dia akan mencium pipi pria itu tapi kepalanya malah ditekan dan akhirnya mereka berciuman bibir.

Fuck, pria ini selalu saja. Mesum.

Ciuman mereka berlanjut lebih intens, Ibas menarik Luna agar gadis itu duduk di pangkuannya. Menggesekkan tongkatnya kepada milik Luna, lalu meremas pantat gadisnya.

"Gw gatahan, ngentot yuk yang."

Luna masih mengambil nafas atas ciuman panjang itu, tapi pria di depannya memang tidak bisa sabaran. Ibas mengangkat Luna bagaikan karung dan membawanya ke ruangan istirahat, membuka baju kancing Luna. Ibas menarik bra pacarnya begitu saja dan menyesap puting Luna, dia memutarkan lidahnya dan menjilatnya dengan penuh nafsu.

Tangannya tak tinggal diam, menelusup ke dalam dalam, dan menggosokan tangannya tepat di lubang yang sempit dan lembut itu.

"Damn! Pepek lo masih lembut ya."

Sialan, Luna menatap tajam Ibas, dia hampir saja memukul Ibas tapi pria itu malah mengocok brutal miliknya. Kepalanya pangling mencari tempat persembunyian agar tidak terlihat Ibas, tapi sialnya lagi lagi prianya selalu menang telak.

Dengan cepat Ibas melepaskan seluruh pakaiannya, dia meludahkan miliknya dan mengocoknya sebentar. Membuka paksa kaki Luna, lalu memasukkan miliknya yang luar biasa itu. Tak Lupa ia mencekik leher Luna, ini adalah posisi favorit Ibas. Gadisnya terlihat lemah, itu hal kesukaannya.

"Pelanin dikit bangsat." ujar Luna dengan nafas tersengal.

"Pelanin? Bukan jiwa gw sayang, lo lupa gimana sex terakhir kita? Lo bahkan sampe nangis minta lanjut karena terlalu enak."

"Mau diingetin hm?"

Niat minta bantuan untuk kasus, malah dibantu buat crot.

VOTMENT + FOLLOW
@LilisMarathon

I B A S ( My Sexiest Man ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang