part 4

4.6K 331 1
                                        

ARGALA NAVENDRA

"Tak perlu mengikuti standar penilaian" setiap orang,karena itu melelahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tak perlu mengikuti standar penilaian" setiap orang,
karena itu melelahkan.

~ Argala ~

Tok tok tok....

Tok tok...

Tok..

Suara jendela mobil diketuk dari luar

"Misi kak, mau beli korannya... Berita terbaru hari ini kak, cuma dua puluh ribu aja" Tawarnya saat jendela itu terbuka setengah.

"Mahal banget dek, perasaan biasanya cuma sepuluh ribu?"

"Hidup itu realistis kak, sepuluh ribu dapet apaan! "

"Iya juga sih, tapi ga lu naikin harganya dua kali lipat lah! "

"Mau beli nggak sih, tanya mulu lo! " Sungutnya karna sudah lelah meladeni pertanyaannya mana panas lagi, ayolah dikehidupan dulu mana mau dia panas-panasan begini.

"Iya gue beli satu aja tapi, mahal sih! "

"Dihh, naik mobil mewah beli koran kok nawar!" Ucapnya sembari menyodorkan koran yang dia bawa.

" Nih, ambil aja kembaliannya! " Memberikan lima puluh ribuan kepadanya.

" Heh! , sembarangan lu kira gue pengemis!, tapi okelah gue Terima rejeki gaboleh ditolak kan? Thanks! " Ucapnya sembari melenggang pergi. Akhlaknya minus memang.

" Yess! Mayan buat hidup satu hari " Ucapnya kelewat senang, karna memang sejak ia masuk ketubuh ini dia tidak punya uang sepeserpun.

Kasihan memang, yup siapa lagi kalau bukan ARGALA. Akhirnya ia membuat keputusan untuk tinggal di panti saja daripada hidup dikolong jembatan. Ibu panti? Tentu saja tidak keberatan, toh dia juga yang mengusulkan.

Tanpa gala sadari ada dua laki-laki yang sedang mengawasinya sedari ia menjual korannya di lampu merah tadi.

••Flasback on••




"Gas! Lu se melarat itu kah sekarang? "

" Maksud lu? "

"Si Gala kaga lu kasih uang sampe dia jualan koran begitu? Kalo lo kaga mampu biar gue aja yang ngerawat! Kasian bocil gue! " Sungutnya saat melihat seorang ARGALA NAVENDRA berjualan koran di lampu merah.

Sedangkan yang diajak bicara hanya menautkan alis heran menatap sang anak, perasaan ia bahkan memberikan sang anak Black card tapi kenapa malah cosplay jadi gelandang. Kadang ia heran apakah ARGALA adalah anaknya? Perasaan ke tiga anaknya yang lain normal-normal aja *batinnya*

"Buat aja sono sendiri!" Ucapnya setelah menormalkan raut wajahnya.

"Enak bener tu mulut kalo ngomong!"

"Buatnya juga enak kok!" Jawabnya yang membuat sang asisten melongo.

"Gue juga tau! Buktinya buntut lu ada empat!"

"Tau doang, praktek kaga! "

" Sorry bro gue kaga mau tebar benih sembarangan! "

"Si dongo!! Siapa yang nyuruh elu tebar benih sembarangan! Nikah gob*g!"

"Woy anak gue mane! Cari! Ikutin! " Ucapnya setelah tersadar bahwa anaknya sudah menghilang lagi.

"Iye.. Iye... Ni juga lagi nyari!"

" Kaga ketemu, gaji lu gue potong! " Tegasnya yang di hadiahi bombastic side eye dari Tomi, yup benar mereka berdua adalah Bagas dan Tomi yang sedang menuju kantor dikejutkan hadirnya ARGALA di lampu merah dan sedang berjualan koran.

"Gass..!"

"Hem? "

" Kalo besok lo muntah dar*h jangan heran ya! Itu hadiah dari gue!" Ucapnya sembari tersenyum,lebih tepatnya smirk.

#NB : qoutes by suga

28-02-2024
19.57

ARGALA NAVENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang