4. Permen

31 3 0
                                    

‼️ HAPPY READING ‼️

Saat Inara ingin kembali ke kelasnya, tanpa sengaja gadis itu berpapasan dengan laki-laki yang baru saja Ia temui di taman belakang.

Raut wajah laki-laki itu terlihat datar.

Ketika Inara tepat berdiri di samping laki-laki tersebut, Ia mencoba mengajaknya berbicara sekali lagi.

"Bian gue minta maaf soal kemarin, gue ga bermaksud buat lo khawatir." Inara berkata dengan nada pelan sambil menunduk karena merasa bersalah.

Namun, laki-laki itu masih saja diam dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun.

"Gue tau pasti lo marah banget sama gue, iya kan?" tanya Inara yang masih menunduk.

Akhirnya laki-laki itu membuka suara.

"Gue marah banget sama lo, Ra."

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Bian memegang pundak Inara sambil mengelusnya dengan lembut.

"Semarah apapun gue ke lo, gue tetep sayang Ra."

"Jangan buat gue khawatir lagi."

"Gue takut terjadi apa-apa sama lo."

"Kemarin untung aja Aletta sempet nelfon gue, dia bilang lo udah nyampe rumah," sambungnya.

Jangan lupa Aletta, Inara dan Bian sudah berteman sejak SMP, tentu saja Aletta sudah mengenal hubungan keduanya. Apalagi Inara selalu curhat apapun tentang Bian kepada gadis itu.

"Maafin gue ya..." ucap gadis itu sambil memberanikan diri untuk menatap wajah lawan bicaranya.

"Sebenarnya gue mau marah sebulan sih, tapi gue ga tahan liat wajah lo yang gemes waktu ngomel," ujar Bian sambil mencubit pipi gadis di hadapannya.

"Aduhh.. sakit anjing," ucap Inara sambil membalas dengan menjambak rambut Bian. Tetapi karena tinggi gadis itu hanya sebatas bahunya, Inara meraih rambut Bian dengan cara berjinjit.

"Kasihan sampe jinjit, makanya tumbuh itu ke atas bukan ke bawah," ejek Bian.

"Sombong banget asu," sahut Inara dengan nada yang sedikit ketus.

"Yee bocill, jangan ngambek dong nanti cantiknya ilang," kata laki-laki itu sambil merayu dengan mencubit hidungnya.

Sang gadis tidak menjawab, Ia hanya memperlihatkan ekspresi kesal.

"Bocil ga boleh ngambek, nanti om beliin es cream," rayu bian sambil mengedipkan satu matanya.

"Najis, pedo anjing." 

Setelah kalimat itu terucap, Inara menginjak kaki kanan Bian dan langsung berlari ke arah ruang kelasnya.

"Buset tu cewek galak bener."

"Tapi gue suka," sambungnya sambil tersenyum.

***

Saat bel istirahat berbunyi, Inara dan teman-temannya berjalan ke arah kantin untuk membeli makanan. Mereka berharap ada meja kosong, sehingga tidak repot untuk membawa makanan ke kelas lagi.

"Itu ada meja kosong," kata Kayla sambil menunjuk meja yang berada di pojok kantin.

"Yaudah lo tunggu disana, gue yang pesenin," tawar Inara.

"Makasi cintaku," jawab Kayla sambil mencium tangan Inara.

"Najis goblok, gue ga mau di bilang lesbi."

"Mie ayam kaya biasanya kan?" tanya gadis itu.

"Iya sayangku. Aku duduk disana ya, jangan lama-lama nanti kangen," kata Kayla sambil berjalan ke arah meja yang sebelumnya mereka tunjuk.

"Enyah lo monyett," sahut Inara.

Saat makanan mereka sudah selesai dibuat, Inara dan yang lainnya menghampiri Kayla sambil membawa nampan masing-masing.

"Selamat menikmati tuan putri," kata Inara sambil tersenyum ke arah Kayla.

"Terimakasih pembantu."

"Anjing," hanya kata itu yang keluar dari mulut Inara.

Untuk beberapa menit tidak ada percakapan di antara mereka. Hingga akhirnya Kayla melontarkan kalimat sakral.

"Eh tau ga?."

Seketika mereka berempat menghentikan aktivitas makannya.

"Apa?" jawab mereka bersamaan.

"Kalian tau Dea anak kelas sebelah ga?" tanya Kayla.

"Tau, emang kenapa?" tanya Inara balik.

"Katanya dia deket sama Naka, sahabat pacar lo Ra" kata Kayla.

"Pacar ndas mu."

"Ya trus emang kenapa kalo mereka deket?" tanya Inara.

"Gapapa sih, cuma bilang," sahut Kayla dengan wajah gelisah seperti ada yang di sembunyikan.

Inara, Vania, Kesya dan Tiara saling beradu tatapan sambil tersenyum.

"Jangan bilang lo cemburu sama Dea?" tanya Tiara sambil tersenyum.

"Apa sih gajelas lo," sahut Kayla dengan nada ketus sambil kembali memakan nasi gorengnya.

"Ciee ciee.." rayu teman-temannya.

Keadaan kantin terlihat semakin ramai, setelah menghabiskan makanannya mereka bangun untuk membayar dan bergegas kembali ke dalam kelas.

Tidak lupa Inara membeli permen milkita rasa strawberry kesukaannya.

***

Ketika Inara berjalan melewati koridor untuk pergi ke toilet, Ia melihat Bian berdiri seperti menunggu seseorang.

Saat gadis tersebut berjalan di hadapannya,  tiba-tiba Bian memotong langkah Inara dengan berdiri didepannya.

"Minggir gue mau ke toilet," ujar Inara.

Laki-laki tersebut tidak menjawab, tetapi tangannya merebut permen yang di pegang oleh Inara.

Tanpa bertanya terlebih dahulu, Bian membuka kemasan permen tersebut dan langsung memakannya.

"Permennya manis, tapi kayanya bibir lo lebih manis."

Bian berbisik ke arah telinga kanan Inara sambil tersenyum jahil.

"Mesum bangsat!" kata gadis tersebut sambil menjambak rambut laki-laki di hadapannya.

-
-
-
-
-

Jangan lupa kasi ⭐ guyss...

Sekalian boleh dong mampir ke ig aku @mooni.e44

See u

Next

ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang