9. Bintang

18 3 0
                                    


‼️ HAPPY READING ‼️


Terkadang rasa bimbang selalu berputar dikepala, antara kebahagiaan karena cinta atau kebahagiaan karena bercanda.

Awalnya Galen tidak mengira akan mengenal Inara hingga sejauh ini. Mereka yang biasanya berpapasan hanya melemparkan senyuman kini menjadi teman yang terbilang sangat dekat.

Seiring berjalannya waktu, tanpa sadar Galen sepertinya menaruh hati pada gadis itu. Ia selalu berusaha mencari cara untuk mengusik Inara. Entah dengan mengganggunya atau membuatnya emosi.

Di sorot bibirnya terlukis senyuman kecil ketika mengingat moment kebersamaan mereka.

Angin malam menemani lamunan laki-laki tersebut. Galen dengan sadar melukis seorang gadis berkepang dua lengkap dengan pita biru yang menghiasi rambutnya.

Namun lukisan yang dibuatnya terbilang abstrak. Hal tersebut Ia lakukan agar tidak satupun orang dapat mengenali objek yang dibuatnya.

***

Di sisi lain, tampak seorang laki-laki sedang memandang bintang di kegelapan malam. Laki-laki itu mempunyai kebiasaan untuk berbicara dengan bintang. Namun bukan sembarang bintang yang diajaknya berbicara. Ia hanya memfokuskan pada satu bintang yang paling bersinar.

Tak heran mengapa orang tuanya memberikan nama Biantara. Tara sendiri diartikan seperti bintang.

"Ina, gue jahat ya?"

Pertanyaan tersebut selalu berputar dikepalanya. Sebenarnya Bian belum sepenuhnya melupakan gadis tersebut.

Bagaimana bisa seseorang melupakan cintanya dalam waktu satu hari?

Rasa emosi hari itu telah mengacaukan semuanya.

Ketika sedang memikirkan hal tersebut, muncul notifikasi dari layar handphonenya.

Sayang, anterin aku belanja dong.

Namun laki-laki tersebut tidak menghiraukan pesan dari kekasihnya. Bukan mengapa, hampir setiap hari Aluna selalu meminta ditemani belanja.

Bian yang merasa bosan dengan tingkah laku kekasihnya memilih untuk mematikan daya handphonenya.

Hampir dua jam berlalu, Bian yang merasa sedikit mengantuk itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

***

Keesokan harinya ketika Galen melewati koridor, Ia merasa seseorang sedang mengikutinya dari belakang.

Benar saja saat menoleh kebelakang, berdiri seorang gadis dengan membawa minuman bersoda di tangannya.

Gadis tersebut tersenyum ke arah Galen.

Namun Galen ini tidak merespon sama sekali. Ia melanjutkan langkahnya, tidak lama kemudian gadis tersebut berjalan mengejar sang objek di depannya.

"Galen, tunggu!"

Laki-laki tersebut merasa muak dengan kehadiran gadis di sebelahnya, Ia dengan terpaksa menanggapinya.

"Kenapa?"

"Kok lo jutek banget sekarang? Perasaan dulu pas pacaran sama gue ga kaya gini deh," ucapnya.

"Lo bisa bedain dulu sama sekarang ga?"

"Ya bisa, tapi lo harus tau. Masak pacar gue ga mau nemenin belanja sih, ga kaya lo dulu yang selalu ada setiap saat buat gue."

"Trus?"

"Ih lo ga ngerti ya? Gue pengen sama lo lagi Galen."

Kalimat tersebut tidak di respon oleh Galen. Ia lebih memilih meninggalkan gadis itu tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

***

Bunga-bunga di taman bermekaran menghiasi rerumputan yang hijau.
Terlihat lima orang gadis sedang mengobrol santai sambil memakan cemilan di salah satu bangku taman.

"Ra, gimana pamerannya?" tanya Vania.

"Buat ruangan sih udah di tentuin, tapi buat seleksi karya belum tau kapan di umumin soalnya bukan tugas gue."

"Lo jadi bikin lukisan?" tanya Kesya dengan spontan.

"Jadi."

"Eh btw lo sama Galen makin deket aja gue liat-liat," ucap Kayla sambil menyenggol bahu Inara.

"Apaan sih, Kay. Gue sama Galen cuma ada tugas kepanitiaan doang, ga lebih."

Seseorang yang berdiri di belakang pohon mangga tersenyum smirk mendengar jawaban Inara.

"Dari apa yang gue liat, kayanya Galen naksir sama lo deh." Tegas Kayla yang sering mengamati kebersamaan mereka ketika di dalam kelas.

"Naksir? Eh monyet.. Emang ada orang naksir tapi bikin emosi mulu?"

"Siapa tau itu cara dia biar deket sama lo, Ra." Vania sepertinya mendukung kedekatan antar Galen dan Inara.

"Diem lo, Van."

"Atau jangan bilang lo masih mikirin si buaya darat," kata Tiara yang menatap tajam ke arah Inara.

Inara menarik nafas panjang. "Buaya siapa lagi yang lo bilang?" tanya Inara.

"Noh liat ke belakang," balas Tiara sambil menunjuk objek yang dimaksud.

Terlihat sepasang kekasih sedang berjalan bergandengan tangan. Bian nampaknya kerepotan membawa beberapa kantung plastik berisi makanan milik Aluna.

"Buaya apa babu?" tanya Kayla.

Inara diam saja tanpa merespon ucapan teman-temannya.

-
-

Jangan lupa vote guys 🌟🌟
Terimakasiii


Next

ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang