22. Rasa

17 3 0
                                    


‼️HAPPY READING ‼️

Keesokan harinya, pukul 06:40 WITA Inara sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia terlihat cantik ketika berkepang dua lengkap dengan pita di ujung rambutnya. Tak lupa sedikit poni panjang menutupi wajahnya.

"Ma, Inara berangkat dulu." Pamit Inara mencium tangan sang wanita di hadapannya.

"Iya, hati-hati sayang." Ujar Ganitha mencium kening gadis itu.

Ketika membuka pagar rumah, sebuah mobil berwarna putih sudah terparkir disana. "Tumben  jam segini udah di depan," batin Inara menghampiri sang pemilik mobil tersebut.

"BURUAN WOII ENTAR TELAT."

"Sabar ini mau masuk," jawab Inara.

Meskipun kini sekolah mereka berbeda, gadis itu masih berteman baik dengan Inara. Bahkan sudah seperti saudara kandung. Aletta menjadi sahabat begitu juga pendengar yang baik bagi Inara. Namun untuk beberapa hari kedepan, mungkin saja mereka akan jarang bertemu karena Ulangan Akhir Semester akan segera dilaksanakan.

Percakapan saat di taman kemarin belum cukup menutupi rasa penasarannya tentang hubungan Bian dan Aluna. Gadis itu bertanya kembali kepada Inara.

"Bian beneran putus sama Aluna?"

"Lah bukannya kemarin Bian udah bilang sendiri ya?" Tanya Inara balik.

"Ya, iya sih. Emang sejak kapan mereka putus?" Aletta bertanya lagi.

"Lumayan udah lama."

"Trus sekarang Aluna gimana?"

"Mana gue tau, kaya penting banget gue mikirin dia." Jawab Inara acuh tak acuh.

"Ciee masih dendam gara-gara Bian pernah pacaran sama dia ya?"

"Apasih."

Aletta tersenyum puas ketika berhasil menggoda Inara di pagi hari. Gadis itu memasang wajah datar sepanjang jalan menuju sekolah.

"Bercanda sayangkuu. Jangan datar gitu wajahnya, nanti ga ada cowok yang naksir."

"Bodoamat."

Setelah sampai di sekolah Inara, tak lupa gadis itu mengucapkan terimakasih walaupun sedikit mengganggu moodnya di pagi hari.

"Makasih."

"Dih, masih pagi udah ngambek aja."

"Buruan ke sekolah, entar lo telat."

"Iya, gue duluan Ra."

Setelah selesai berpamitan, Aletta melajukan mobilnya. Saat di perjalanan Ia merasa aneh dengan mobil yang dikendarainya. Ketika gadis itu turun dan mengecek kondisi mobil ternyata kedua ban belakangnya kempes. Ia melihat sekeliling untuk mencari bengkel yang buka sepagi ini.

"Sialan, ngapain kempes sih. Trus gue berangkatnya gimana?" Batinnya.

Lima menit berlalu, Ia hanya mondar mandir mencari ide untuk berangkat ke sekolah. Seorang lelaki dengan menggunakan motor tiba-tiba berhenti di hadapannya.

"Mobilnya kenapa?"

Gadis itu terkejut ketika seorang lelaki mengajaknya berbicara dari atas motor.

"Bannya kempes," jawab Aletta.

"Berangkat bareng gue."

Gadis itu terkejut. Bahkan yang lebih membuatnya terkejut adalah lelaki itu mengenakan seragam yang sama seperti dirinya. Itu artinya mereka bersekolah di tempat yang sama. Namun, wajah lelaki itu seperti tak asing baginya. Mungkin saja mereka sempat bertemu di sekolah namun tak saling mengenal.

ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang