21. Obsession

18 3 0
                                    


‼️HAPPY READING ‼️

Mata Inara terpaku ketika melihat sosok lelaki itu sedang menatapnya tajam dari arah koridor. Saat menuju kelasnya tentu saja gadis tersebut harus melewati koridor terlebih dahulu. Mau tak mau itu adalah satu-satunya jalan yang dapat di akses untuk menuju kelasnya. Inara berusaha memalingkan wajahnya ketika mendekati posisi lelaki itu berdiri. Ia mengajak teman-temannya berbicara agar pandangannya tak teralih untuk melihat lelaki tersebut.

"Kiww cewek...," kata Naka menggoda Kesya yang berdiri tepat disamping Inara.

"Nakanjing. Cewek gue ga usah di godain goblok," kata Bian menatap tajam ke arah Naka.

"CEWEK LO YANG MANA ANJING?" Tanya Naka.

Bian terdiam. Ia hanya memberi isyarat mata ke arah Inara.

Suara tawa Naka memenuhi area koridor. "BANGSAT NGAKAK GUE. KAPAN JADIANNYA GOBLOK?" Ucapnya.

Tak hanya Naka, mereka yang ada disana juga tertawa melihat kelakuan dua manusia aneh tersebut. Namun, hanya satu gadis yang diam membisu tanpa ekspresi. Ia melanjutkan langkahnya begitu saja tanpa melirik lelaki itu.

"Mau kemana? Ga usah buru-buru," kata Bian sambil menghadang Inara.

"Minggir, gue mau lewat." Ucap Inara tanpa menatap lelaki dihadapannya.

"Busett jutek banget neng."

Inara diam tak membalas.

"Kenapa, Na? Lo marah sama gue karna postingan itu?" Tanya Bian.

Namun, gadis itu masih diam membisu. Ia melihat sekeliling, tatapan tak suka datang dari berbagai arah. Suasana koridor saat itu cukup ramai, tentunya orang-orang melihat aktivitas mereka satu sama lain.

"Ga usah mikirin omongan orang lain. Kita ga salah, Na. Kenapa takut sama omongan mereka?" Tanya Bian.

"Diem, Bi."

"Oke, gue diem. Tapi pulang sekolah lo harus ikut gue!"

Gadis itu tidak merespon ucapan Bian. Ia melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan diikuti oleh temannya yang lain.

Saat sampai di kelas, teman-teman Inara menginterogasinya tentang Bian. Namun gadis itu tak menjawab satupun pertanyaan mereka. Sepertinya Inara sedang tidak ingin membahas lelaki itu.

Ketika bel pulang sekolah berbunyi, seorang lelaki tiba-tiba muncul di kelas Inara. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Ia menggenggam tangan Inara untuk mengikuti langkahnya. Namun, gadis itu berusaha melepas genggaman tersebut. Sekuat apapun tenaga yang Ia keluarkan tentu saja tak bisa mengalahkan tenaga lelaki itu.

"Lepasin, Bi."

"Pulang sama gue," ucap Bian yang masih menggenggam tangan gadis itu.

Di sepanjang jalan menuju parkiran, orang-orang mulai berbisik tentang mereka.

"Bi, lo ga liat orang-orang ngomongin kita? Kenapa sih harus gue? Gue capek diomongin mereka!" Sontak Inara membuat lelaki itu melepas genggamannya.

"Sejak kapan lo peduli sama omongan mereka?"

"Lo malu deket sama gue?"

Deg. Ucapan lelaki tersebut berhasil membuat Inara terdiam dengan jantung yang berdetak kencang.

"Kita mau kemana?" Tanya Inara berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

Lelaki tersebut diam lalu kembali menggenggam tangan Inara menuju parkiran.

"Lonte mau kemana nih?"

"Pelakor berkedok sahabat."

"Jaga cowok kalian guys, biar ga digodain pelakor."

ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang